TIM MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) gagal menemukan siapa yang berhak menerima anugerah MURI atas rekor sumbangsih terbesar (Rp 2 triliun) dari warga perorangan untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia melawan pagebluk Corona.
Mendadak terberitakan bahwa putri bungsu almarhum penyumbang yang mengaku atas warisan pesan ayahnya akan menyumbang dua triliun rupiah dipanggil polisi atas dugaan melakukan penipuan.
Bahkan ada laporan bahwa pihak tersangka sebelumnya sudah terlibat pelanggaran hukum lainnya di Jakarta. Maka syukur-alhamdullilah MURI batal memberikan penghargaan kepada pihak yang sama sekali tidak layak menerima penghargaan.
Harapan
Sebenarnya sangat menakjubkan bahkan mengharukan apabila ada warga Indonesia sedemikian baik hati sehingga tulus ikhlas menyumbangsihkan dana dua triliun rupiah yang berarti memiliki duabelas angka nol di sisi kanan angka dua.
Kalkulator jadul saya tidak mampu menghitung angka tigabelas digit. Dua triliun rupiah sangat bermanfaat untuk pembangunan rumah sakit baru, menggratiskan PCR, memberi pesangon untuk para karyawan terkena PHK, nafkah bari para pedagang kaki lima dan asongan.
Selain itu uangnya bisa digunakan untuk membeli laptop bagi para murid pedesaan serta Bansos bagi para keluarga miskin, menyediakan oksigen gratis bagi rakyat miskin gawat-darurat terpapar Corona yang membutuhkan oksigen.
Maka dapat dimengerti bahwa banyak pihak yang kecewa apabila ternyata sumbangsih dua triliun rupiah itu hoax alias omong kosong belaka.
Teka-teki
Namun kemelut kesimpang-siuran sumbangsih dua triliun rupiah jelas merupakan teka-teki misterius yang memicu beraneka ragam pertanyaan.
Misalnya kenapa ada pihak yang sedemikian desperate sampai melakukan sesuatu kejahatan terkesan konyol? Kenapa ada yang berupaya menembus kubu-kubu sistem keuangan era digital yang lebih cenderung abstrak ketimbang kongkrit?
Apakah sang pelaku menderita gangguan krjiwaan sehingga tidak memikirkan risiko apa pun dengan menyerahkan selembar bilyet giro dengan nilai dua triliun rupiah kepada pemerintah daerah disaksikan gubernur dan Kapolda?
Atau semua itu memang disengaja sebagai jebakan Batman demi suatu kepentingan jauh lebih besar lagi?
Apakah segenap peristiwa ini sudah diperhitungkan masak-masak oleh pihak pelaku yang jenius serta berpengalaman dalam menipu? Segenap pertanyaan ini mustahil kita sendiri yang menjawabnya.
Maka marilah kita sabar menunggu hasil pemeriksaan polisi terhadap pihak terperiksa atas dugaan melakukan penipuan dan/atau membuat hoax sehingga memicu kegaduhan di tengah suasana prihatin menghadapi pagebluk Corona alih-alih mereda malah mengganas.
KOMENTAR ANDA