Selamat tahun baru 1 Muharam 1443 Hijriah, jangan lupa untuk selalu mengucapkan alhamdulillah ‘ala kulli hal/ Net
Selamat tahun baru 1 Muharam 1443 Hijriah, jangan lupa untuk selalu mengucapkan alhamdulillah ‘ala kulli hal/ Net
KOMENTAR

1 MUHARAM sebagai awal dimulainya tanggal dan bulan baru dalam penanggalan kalender Islam dikemas dalam tahun yang disebut Hijriah. Penanggalan Hijriah dimulai dari hijrahnya Rasulullah Saw. bersama umat Muslim dari kota Mekah ke Madinah.

Sebagai salah satu hari besar dalam agama Islam, 1 Muharam identik dengan semangat untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik. Lalu, bagaimana kita menyikapi tahun baru ini di tengah pandemi yang belum juga usai?

Peringatan 1 Muharam biasanya digelar dalam suasana penuh suka cita. Di beberapa kota di Tanah Air, digelar pawai obor di jalan-jalan utama. Demikian pula di sekolah-sekolah, digelar lomba-lomba keislaman untuk menyemarakkan hari besar ini.

Namun sudah dua tahun ini tahun baru Islam kita lalui dalam ujian yang sedemikian menguji keimanan dan kesabaran kita. Suasana pandemi Covid-19 yang mengglobal tidak mengizinkan kita untuk merayakannya beramai-ramai. Kita dituntut menjadi bijaksana, jangan sampai suka cita menyambut tahun baru berpotensi menyebarluaskan SARS-CoV-2 dan para virus mutasinya.

Pada hakikatnya, umat Islam hendaklah memaknai hijrah sebagai momen perubahan dari kebiasaan baik menjadi lebih baik. Dari kebiasaan yang kurang baik menjadi baik. Itulah yang harus kita camkan di masa pandemi ini.

Di tahun baru Islam ini, lihatlah betapa pandemi meng-‘hijrah’-kan kita menjadi hamba yang bersyukur. Pandemi juga telah mengubah mayoritas kita menjadi lebih peduli dengan kesehatan diri dan lingkungan sekaligus menyadari pentingnya kesehatan yang merupakan bagian dari kasih sayang Allah.

Pandemi mengubah kita menjadi pribadi istiqamah yang berjuang menjaga diri sendiri dan keluarga agar tetap sehat.

Momentum 1 Muharam juga seyogyanya membuat kita tersadar untuk tidak menyia-nyiakan hidayah Allah manakala kesempatan terbuka lebar. Kita sepatutnya merenung sambil mengingat ketika dulu pintu mesjid terbuka lebar dan adzan membahana hingga ke rumah atau tempat kerja kita dalam lima waktu. Tapi entah mengapa kaki terasa berat melangkah ke mesjid untuk menunaikan salat berjemaah.

Sementara kini, pandemi memaksa banyak mesjid menutup pintu rapat-rapat. Jika pun terbuka, salat berjamaah hanya bisa dilaksanakan oleh segelintir umat yang berdiri berjarak. Tidakkah kita tertampar?

Tahun baru Islam juga kerap dijadikan momen istimewa untuk memperkuat silaturahim. Bagi umat Islam, menjaga silaturahim adalah sebuah keharusan dalam hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia).

Dan bukan sekadar keharusan, karena silaturahim memang mengandung banyak kebaikan bagi yang melakukannya. Saat bersilaturahim, kita biasanya akan bersalaman. Jabat tangan yang identik bagi umat Islam saat bertegur sapa. Jabat tangan ini telah lama tidak kita lakukan semenjak pandemi.

Silaturahim sebagai penanda tahun baru Islam juga bermakna kumpul-kumpul. Berkumpul untuk menggelar kajian majelis ilmu di mesjid atau di rumah kerabat. Tapi kini, yang bisa kita lakukan hanya sebatas ‘berkumpul’ secara virtual dari depan layar smartphone atau laptop. Tak ada jabat tangan, tak ada pelukan yang berbalut ukhuwah Islamiyah.

Meski demikian, hakikat dan semangat 1 Muharam tak boleh memudar dalam hati kita. Jangan lantas memaksakan diri berkumpul secara tatap muka. Di tahun baru Islam ini, perjuangan kita memutus rantai penyebaran virus Covid-19 justru harus lebih giat dan konsisten.

Mari jadikan momentum tahun baru Hijriah ini sebagai momen perubahan kebaikan menjadi lebih baik, istiqamah dalam kebaikan, serta memperkuat keimanan sebagai satu-satunya tempat mencari ketenangan di tengah kejenuhan melawan badai pandemi.

Semoga Allah menganugerahkan dan menetapkan kita dalam sikap istiqamah untuk hijrah menjadi manusia yang lebih baik.

Selamat tahun baru 1 Muharam 1443 Hijriah, jangan lupa untuk selalu mengucapkan alhamdulillah ‘ala kulli hal.

 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur