HARUSKAH pergi konsultasi lagi ke dokter? Haruskah mendaftar paket medical check up lengkap seharga jutaan rupiah untuk memastikan kondisi terkini pascaCovid? Mengapa batuk tidak hilang juga? Apakah long Covid bisa menular? Mengapa saya sering merasa sedih setelah sembuh?
Lima pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya bisa jadi menghantui para penyintas Covid-19 yang baru sembuh. Untuk menjawab "apa saja yang harus dilakukan setelah sembuh dari Covid-19?", simak penjelasan dr. RA Adaninggar, SpPD dan Olga Putri Atsira yang dihadirkan @pandemictalks berikut ini.
Perhatikan Kriteria Sembuh
Untuk tahu kapan seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, Pedoman Kemenkes Revisi 5 tahun 2020 dan Pedoman Protokol Tatalaksana COVID-19 Revisi Juli 2021 menyebutkan dua kriteria.
Pertama, lepas isolasi. Bagi pasien tanpa gejala maupun yang bergejala ringan dan sedang, isolasi sudah dilakukan minimal 10 hari + 3 hari bebas gejala. Sementara bagi pasien dengan gejala berat atau kritis, isolasi sudah dilakukan minimal 10 hari + 3 hari bebas gejala + 1 x tes PCR dengan hasil negatif.
Kedua, mengantongi surat pernyataan sembuh dari dokter. Keputusan lepas dari isolasi merupakan keputusan klinis dokter.
Yang Harus Dilakukan & Yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Sembuh
Jika memang sudah sembuh, jangan ragu untuk memulai aktivitas seperti biasa.
Bila tidak ada gejala, kita boleh melakukan check up rutin untuk melihat ada tidaknya gangguan organ yang disebabkan Covid-19. Namun bila ternyata masih ada gejala, segera kontrol rutin ke dokter sesuai gejala yang dirasakan.
Meski bisa beraktifitas kembali, satu hal yang harus diperhatikan adalah kita tidak boleh memaksakan diri. Jika tubuh masih belum fit dan masih lemas, kita bisa kembali ke rutinitas dengan cara bertahap.
Setelah sembuh, kita tidak perlu melakukan tes swab PCR secara berkala jika tidak ada tanda-tanda terinfeksi kembali seperti muncul gejala lagi, perburukan gejala sebelumnya, juga adanya kontak erat baru.
Selanjutnya, kita tidak boleh merasa kebal Covid-19 lalu mengabaikan protokol kesehatan. Ingat, tidak ada jaminan penyintas Covid-19 bisa kebal dari reinfeksi.
Jika Terjadi Long Covid
Banyak penyintas yang mengalami gejala menetap selama beberapa waktu bertanya-tanya apakah long Covid mereka bisa menular.
Seorang penyintas harus memahami bahwa long Covid adalah sisa gangguan pada organ yang terjadi setelah infeksi. Long Covid tidak menular, karena itulah ia diperbolehkan kembali pada aktivitas sedia kala meski harus kontrol rutin untuk memonitor long Covid.
Pengobatan long Covid disesuaikan dengan gejala yang dirasakan. Termasuk, dokter dapat memberikan tambahan untuk menambah kekuatan imun tubuh. Agar long Covid bisa diatasi, kita harus menaati saran pengobatan dari dokter.
Yang Terjadi Pada Organ Tubuh
Perlu diketahui, penderita Covid-19 dengan gejala apa pun bisa mengalami gangguan organ dan berpotensi menjadi long Covid meskipun tidak semua penyintas Covid mengalaminya.
Menurut penelitian Third of people infected have long term symptoms (O'Dowd, Adrien, 2021) yang dilakukan di Inggris, sebanyak 30% penyintas Covid-19 mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh hingga empat bulan setelah dinyatakan sembuh.
Gangguan organ tersebut dapat berupa ruam kulit, rambut rontok, gangguan tidur, sulit konsentrasi, gangguan penciuman dan pengecapan, hingga yang terbilang berat seperti radang pada jantung, gangguan ginjal, jaringan parut pada paru, dan lainnya.
Bagaimana Dengan Kondisi Psikis?
Penyintas Covid-19 berpotensi mengalami trauma psikis berupa perubahan suasana perasaan dan perilaku.
Setelah sembuh, kita bisa merasakan trauma terhadap beberapa hal yaitu isolasi yang membuat kita sendirian dan terpisah dari keluarga, prosedur medis yang terasa tidak menyenangkan, penyakit yang mengancam jiwa—yang membuat kita berjuang keras untuk sembuh, juga stigma dan pengucilan yang terjadi saat kita sakit.
Jika mengalami berbagai trauma tersebut, jangan anggap remeh.
KOMENTAR ANDA