Ilustrasi terapi aaPRP/ Net
Ilustrasi terapi aaPRP/ Net
KOMENTAR

BELAKANGAN ini ramai diperbincangkan terapi aaPRP untuk mengatasi pasien Covid-19. Terapi autologius activated platelet-rich plasma ini dikenalkan oleh seorang dokter bernama Dr Karina F Moegni, SpBP.

Lewat Internasional Journalnof Inflamation yang dikutip dari Hindawi, Karina dan tim peneliti mengungkap bahwa aaPRP merupakan terapi tambahan yang menjanjikan untuk pasien positif Covid-19 yang mengalami gejala berat.

Benarkah demikian? Apa sebenarnya terapi aaPRP? Seberapa besar efikasinya terhadap penyembuhan pasien Covid-19 dengan gejala berat?

Apa Itu Terapi aaPRP?

Karina dan tim telah melakukan ujicoba terapi aaPRP pada 10 pasien Covid-19 bergejala berat di RSU Koja, Jakarta Utara. Seluruh pasien dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan menerima terapi aaPRP sebanyak 3 kali.

Terapi ini dilakukan dengan mengambil darah pasien. Kemudian protein dari trombositnya dipisahkan dengan menggunakan alat tertentu. Lalu, protein dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien melalui cairan infus.

"Trombosit mengandung ribuan jenis protein. Salah satunya memiliki sifat antiradang yang bermanfaat mengatasi badai sitokin pada pasien Covid-19 dengan gejala berat," kata Karina.

Di dalam trombosit juga terkandung protein pembangun yang mampu memperbaiki sel-sel rusak akibat infeksi virus Corona.

Covid-19 diketahui dapat meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi. Sitokin sendiri pada dasarnya merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam keadaan normal, ia bertugas membantu koordinasi sistem imun melawan infeksi virus dan bakteri.

Sayangnya, pada pasien Covid-19 bergejala berat, sitokin justru diproduksi secara berlebih, yang kemudian dikenal dengan sebutan badai sitokin. Akibatnya, ia justru memberikan respon berlebih ketika menghadapi infeksi dan menyebabkan peradangan hebat yang merugikan tubuh.

Dan sejauh ini, badai sitokin merupakan salah satu penyebab kematian pasien Covid-19 gejala berat dan kritis.

Seberapa Efektifnya Melawan Virus?

Melalui Clinical Trials.gov, Karina memaparkan, melalui studi uji klinis fase I dan II, terapi aaPRP diklaim akan digunakan dan tidak menyebabkan efek samping serius pada pasien Covid-19 bergejala berat.

Terapi PRO disebut dapat menurunkan ekspresi gen inflamasi IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNFα. PRP juga mengurangi produksi sitokin inflamasi IL-1β dan TNFα. Selain itu, PRP juga disebut mengandung antagonis reseptor interleukin 1 (IL-1RA) yang tidak lain merupakan sitokin antiperadangan yang menekan sekresi IL-6.

Gampangnya, hasil penelitian sementara mengungkapkan terapi aaPRP dapat mengendalikan peradangan serta meningkatkan regenerasi jaringan pasca infeksi virus Corona.

Terapi aaPRP Vs Konvalesen

Terapi yang dilakukan dr Karina ini mendapat tanggapan beragam, salah satunya dari Ketua Satgas Covid-19 IDI Prof Zubairi Djoerban.

"Posisi saya mendukung tiap inovasi untuk pengobatan Covid-19, termasuk terapi aaPRP, asalkan mengikuti kaidah ilmiah dan pengujian. Yang penting, jangan overclaim dulu. Kita ini sudah berpengalaman banget soal klaim. Tunggu saja sampai ujiklinisnya selesai," tulis Prof Beri di akun Instagramnya.

Sementara, dr Arina Heidyana menjelaskan, meski sama-sama menggunakan darah, terapi aaPRP berbeda dengan plasma konvalesen. Jika terapi plasma konvalesen merupakan sumbangan dari penyintas Covid-19 yang telah sembuh, terapi aaPRP dilakukan oleh pasien dan untuk pasien sendiri.

"Plasma darah penyintas Covid-19 mengandung antibodi yang telah terbentuk sebagai respons tubuh ketika terinfeksi virus. Tetapi terapi ini lebih berisiko, mengingat konvalesen menggunakan darah orang lain, sehingga reaksi transfusi masih tetap ada walaupun dari golongan darah yang sama," demikian dr Arina.




3 Resolusi Sehat Menjelang Tahun 2025: Jangan Abai Mengelola Stres

Sebelumnya

Cara Mengolah Kentang yang Tepat Agar Nutrisinya Terjaga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health