Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ANAK juga bisa patah hati, layaknya orang dewasa. Patah hatinya seorang anak disebabkan orangtua yang salah memberi perhatian.

Ternyata bagi seorang anak, tercukupinya semua kebutuhan tidaklah cukup membuatnya menjadi seseorang yang sangat bahagia. Buat mereka, ada hal-hal lain yang harus dipenuhi agar kebahagiaannya menjadi lengkap.

Sadar atau tidak, patah hatinya seorang anak biasanya disebabkan oleh 5 hal berikut ini:

1. Lama menunggu, yang didapat hanya bentakan

Seorang anak akan merasa kehilangan saat ayah bunda berangkat kerja. Mereka akan merasa sangat kesepian dan memendam rindu. Rasa rindu itu perlahan akan hilang, saat di jam-jam sore mereka tahu bahwa parents akan segera pulang. Anak bahkan rela menunggu di depan pintu untuk menyambut ayah bunda.

Tapi apa yang mereka dapatkan? Saat ayah bunda membuka pintu, anak langsung menyerbu. Bukan sambutan hangat, ayah bunda yang sudah lelah setelah seharian bekerja malah memintanya untuk menyingkir.

"Sana, main sendiri dulu. Ayah lelah!"

Kalimat ini langsung membuat anak terdiam dan akhirnya tidak punya kata-kata lagi untuk mengajak orangtuanya bermain.

2. Giat berusaha, tapi tak dihargai

Bagi seorang anak, membuat ayah bunda bangga adalah hal yang sangat penting. Suatu ketika, mereka akan giat berusaha untuk menjadikannya kebanggaan ayah bunda.

Misalnya saat ulangan tiba, seorang anak berusaha untuk mendapatkan nilai sempurna, walaupun hal itu sangat sulit. Memang, angka 100 tidak didapat, tapi usahanya sudah sangat luar biasa.

Saat "waktunya tiba", ditunjukkan hasil usahanya, tapi kalimat ini yang didapat, "Loh, kok cuma dapat segini?"

3. Berjam-jam bersabar, tapi kalah dengan medsos

Dari pagi anak sudah bersabar menunggu parents mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari membersihkan rumah, memasak, hingga mencuci.

Saat waktunya tiba, anak langsung mendekat untuk menanyakan jawaban dari tugas sekolahnya. Namun, lagi-lagi ia harus merasakan patah hati saat parents mengatakan, "Aduh, Bunda kurang paham sama pelajaran ini. Coba deh kamu cari jawabannya di google!"

Oke, kalau seperti itu saja mungkin anak tidak akan terlalu patah hati. Tapi kemudian, ia melihat ayah atau bunda berbaring sambil memegang gadget dan asik sendiri, tidak memedulikannya.

4. Ramah dengan orang lain, tapi tidak pada dirinya

Ayah bunda sangat mudah memaafkan kesalahan orang lain. "Oh iya, nggak apa-apa kok. Wajarlah, namanya juga anak-anak."

Tapi, kalimat seperti itu tidak pernah didengar anak saat mereka melakukan kesalahan. Justru yang didapat sebaliknya.

"Loh, kok bisa begitu? Kamu hati-hati dong!"

5. Banyak pertanyaan, dijawab dengan pelototan

Kepala anak kecil itu penuh dengan berbagai pertanyaan. Ada hal yang aneh, dia bertanya. Apapun yang mengusik pikirannya, pasti akan ditanyakan kepada parents.

Tapi, bukan jawaban yang diterima malah pelototan mata dari ayah dan bunda. Anak akan dibilang bawel, kepo, tidak boleh banyak omong.

Ingat, tugas ayah bunda tidak hanya memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan anak saja. Anak memiliki hak atas orangtua, yang harus ayah bunda penuhi.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting