Vaksin adalah salah satu cara terbaik saat ini untuk mencegah mortalitas (kematian) dan morbiditas (keparahan) akibat paparan Covid-19/ Net
Vaksin adalah salah satu cara terbaik saat ini untuk mencegah mortalitas (kematian) dan morbiditas (keparahan) akibat paparan Covid-19/ Net
KOMENTAR

DINAMIKA seputar penanganan pandemi Covid-19 bergulir sangat cepat. Ada beberapa hal yang sebelumnya menjadi patokan, kemudian tidak lagi dianggap signifikan perannya. Ada hal yang sebelumnya dianggap tidak penting, sekarang dianggap urgen.

Misalnya tentang masker, dari penggunaan satu masker menjadi masker dobel untuk memperkuat pencegahan penularan Covid-19 akibat virus varian baru.

Contoh lainnya adalah tes PCR bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri. Bagi OTG maupun yang terkena gejala ringan, ketentuan isoman 10 hari + 3 hari tanpa gejala sudah menjadi syarat kesembuhan. Puskesmas bisa mengeluarkan surat keterangan selesai isolasi mandiri jika syarat durasi dan tanpa gejala tersebut sudah terpenuhi. Penyintas tidak perlu lagi PCR berkali-kali.

Ada juga tentang vaksin AstraZaneca. Distribusinya sempat dihentikan karena ada beberapa kasus terkait pembekuan darah yang diduga diakibatkan vaksin tersebut. Namun akhirnya terbukti bahwa vaksin AstraZaneca terbilang aman bahkan cukup tangguh menghadapi virus varian baru.

Demikian pula tentang jangka waktu vaksinasi bagi penyintas Covid-19. Orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 tetap harus menunggu tiga bulan untuk mendapat vaksin meskipun ketentuan itu sudah tidak dicantumkan secara tertulis dalam surat edaran Kementerian Kesehatan yang berlaku saat ini.

Menanggapi berbagai dinamika tersebut, dr. Ajeng Larasati Andhika, PRP menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 adalah pandemi baru yang mana perjalanan penyakit serta virusnya belum diketahui pasti sebelumnya.

"Maka berbagai perkembangan terbaru melalui penelitian yang sedang berjalan hingga kemudian menghasilkan pengetahuan baru, akan sangat berkembang dan mempengaruhi kebijakan pemerintah di mana pun saat ini," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini kepada Farah.id.

Jika pun ada peraturan terbaru dari WHO dan Kementerian Kesehatan, pastilah akan ada sosialisasi di kalangan para tenaga kesehatan, terutama para dokter.

Menurut dr. Ajeng, sosialisasi digalakkan terutama untuk para dokter dan nakes yang bertugas menangani Covid di garda terdepan dengan risiko terinfeksi lebih tinggi.

"Pro kontra terhadap apakah vaksin bisa diberikan pada penyintas Covid-19 tanpa menunggu tiga bulan jelas ada. Beberapa sumber menyebutkan kita tidak perlu vaksin jika sudah sembuh dari covid 19 karena sudah memiliki antibodi yang cukup. Walaupun benar bahwa kita mendapat antibodi setelah terpapar, beberapa pakar dan sumber juga menyebutkan bahwa antibodi yang kita dapatkan tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap varian baru daripada yg diberikan oleh vaksin. Data dari CDC juga menyebutkan jika kita sudah terpapar, maka risiko untuk reinfeksi juga lebih tinggi pada kelompok yg tidak tervaksin," ujar dokter yang berpraktik di Surabaya ini.

dr. Ajeng menjelaskan bahwa imun cenderung terbentuk sekitar satu bulan setelah paparan Covid-19 dan menetap sekitar tiga - enam bulan. Vaksin adalah salah satu cara terbaik saat ini untuk mencegah mortalitas (kematian) dan morbiditas (keparahan) akibat paparan Covid-19.

"Setelah terpapar Covid-19 dan sembuh, imun kita memiliki efisiensi yang sama seperti setelah mendapat vaksin pertama sehingga tubuh kita bisa membentuk antibodi terhadap virus dan menambahkan proteksi setelah kita terimunisasi. Karena menurut CDC pun, perlindungan terhadap Covid setelah terpapar juga tidak diketahui jelas durasinya," kata dr. Ajeng.

Salah satu pakar yang menyatakan bahwa orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 harus segera mendapat vaksin adalah epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman.

Mengutip Kompas.com (14/7/21), Dicky mengatakan bahwa penyintas Covid-19 harus segera divaksinasi Covid-19 tanpa harus menunggu tiga bulan. Vaksin itu dibutuhkan untuk mencegah reinfeksi Covid-19 dari varian virus berbeda.

Menurut Dicky, vaksin bisa memberi antibodi lebih tinggi dan perlindungan terhadap Covid-19. Vaksin juga memberikan proteksi pada level tertentu terhadap varian Delta.

Sementara itu, waktu tiga bulan yang disyaratkan bagi penyintas Covid-19 lebih kepada pemerataan vaksin. Dengan imunitas alami yang dimiliki orang yang baru sembuh, maka pemberian vaksin diprioritaskan untuk mereka yang belum pernah terpapar Covid-19 juga mereka yang sudah lebih dari tiga bulan dinyatakan sembuh.

 

 




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News