“APABILA pedang melukai tubuh, masih ada harapan sembuh. Tapi jika lidah melukai hati, ke mana obat hendak dicari.”
Bagi generasi jadul, kalimat di atas tentulah pernah akrab di telinga, terutama bagi penggemar dai kondang sejuta umat Zainuddin MZ., yang dulu pernah begitu tersohornya.
Hampir setiap insan tahu betapa perihnya tikaman lidah, dan betapa panjangnya derita yang diakibatkannya. Bahkan tak jarang orang yang dulunya gilang-gemilang, kemudian malah terpuruk lalu hancur karena tikaman lisan.
Tapi, apakah setiap kita mengetahui dosa-dosa yang ditimbulkan oleh lidah yang tiada bertulang ini?
Lidahmu adalah pedangmu yang dapat memenggal kepalamu. Ungkapan ini pun pernah dipopulerkan, karena ternyata lidah kita bukan hanya dapat mencelakai orang lain, tetapi juga menjadi bencana terhadap diri sendiri.
Apa bencana terbesar bagi seorang yang tidak pandai menjaga lisannya? Apalagi kalau bukan kedudukan dirinya yang buruk di hadapan Allah. Karena dia akan memperoleh kebinasaan di dunia dan akhirat.
Kisah orang yang binasa oleh lidahnya tidak kurang banyak sih!
Semasa Rasulullah, ada yang mulutnya yang amat berbisa, di antaranya adalah istri Abu Lahab. Sampai-sampai Al-Qur’an menyebutkan dirinya dalam surat Al-Lahab, dan melabeli perempuan itu dengan julukan tukang pembawa kayu bakar. Kita tahu dong kayu bakar itu buat apa?
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam buku Sirah Nabawiyah menyebutkan, istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah, saudari Abu Sufyan, tidak kalah sengitnya dalam memerangi beliau daripada suaminya. Dia pernah memasang duri di jalan yang dilalui Nabi dan di depan pintu beliau pada suatu malam.
Dia adalah wanita yang sok berkuasa, panjang lidah, banyak bualan dan tipu muslihat, suka mengobarkan api fitnah dan menyalakan bara peperangan untuk melawan Nabi. Oleh karena itu, Al-Qur'an mensifatinya sebagai pembawa kayu bakar.
Tak ketinggalan Abdurrahman Umairah dalam bukunya Tokoh Yang Diabadikan Al-Qur`an 4 mengungkapkan, istrinya bernama Ummu Jamil. Nama sebenarnya ialah Arwa binti binti Harb bin Umayyah. Dia adalah saudara perempuan Abu Sufyan. Sang istri mendukung kekafiran dan keingkaran dan kebengalan suaminya. Dia menyakiti Rasulullah. Lidahnya sangat petah menuturkan ucapan keji dan perkataan tajam tentang Rasulullah.
Sang pembawa kayu bakar, itulah julukan buruk bagi orang yang lidahnya amat berbisa. Dan tersedia pula neraka yang menyala-nyala sebagai ganjaran dari Tuhan atas kejahatan lidahnya.
Inilah bencana yang teramat buruk. Ketika dibenci oleh manusia saja teramat berat rasanya, apalagi kalau yang ditanggung itu kemurkaan Tuhan dan juga siksa-Nya.
Nabi Muhammad pun tidak kalah sering mengingatkan betapa pentingnya menjaga lidah. Beliau tidak mau umatnya mengalami kebinasaan disebabkan oleh bencana lisan.
Aidh Al-Qarni dalam buku Yakinlah, Dosa Pasti Diampuni Sepuluh Amalan Pelebur Dosa menyimpulkan, setiap kali Rasulullah mengingatkan seorang hamba tentang dosa, beliau pasti mengingatkan tentang dosa lidahnya. Sebab, lidah cepat melakukan dosa dan kesalahan. Lidah mudah berbicara tanpa perhitungan.
Lidah mudah mengeluarkan perkataan yang dapat melukai perasaan seperti membicarakan orang lain, mengadu domba, mengeluarkan kata-kata buruk, serta ucapan batil yang dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam api neraka selama 70 musim gugur.
Inilah inti yang perlu kita ingat! Mengapa bencana lidah itu paling penting kita berhati-hati? Sebab lidah itulah bagian tubuh yang paling cepat berbuat dosa. Cepat sekali malah!
Pernahkah kita mendengar pengakuan seseorang yang baru saja melakukan dosa lisan, “Tak sadar saya, tiba-tiba terloncat saja kata-kata itu!”
Betapa liarnya lidah dan betapa mengerikan dampaknya.
Namun kita tidak dapat berdalih di balik kemampuan bermain lidah. Karena sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Dan saat lidah tergelincir itulah terjadi apa yang dikatakan, mulutmu adalah harimaumu yang akan menerkam kepalamu.
Lidah itu memberi rasa sakit tak terperi yang langsung menancap ke jantung hati orang lain. Dan jangan kaget apabila keperihan itu berbalik ditancapkan orang terhadap diri kita. Lalu kemalangan itu akan kian menyedihkan tatkala kemurkaan Tuhan pun ditimpakan pada yang tak menjaga lisannya.
KOMENTAR ANDA