JUMLAH angka kasus Covid-19 secara global mulai terlihat mendatar setelah hampir dua bulan terus mengalami kenaikan, demikian penjelasan World Health Organization (WHO) pada Senin (23/8/21).
Pekan lalu, WHO melaporkan lebih dari 4,5 juta kasus baru dan 68.000 kematian baru terjadi di seluruh dunia, naik dari 4,4 juta kasus lebih dan 66.000 kematian pada minggu sebelumnya.
Dilaporkan CNN (25/8/21), jelang akhir pekan terakhir bulan Agustus, pembaruan epidemiologi mingguan WHO menunjukkan angka global kumulatif mencapai lebih 211 juta kasus Covid-19 dengan jumlah total kematian lebih dari 4,4 juta kasus.
WHO menyatakan bahwa jumlah kasus saat ini terlihat stabil setelah meningkat sejak pertengahan Juni.
Meskipun pada bulan Mei kurva kasus global berada di dataran tinggi, wabah akibat varian Delta yang sangat menular membuat angka kasus di banyak negara terus melonjak selama dua bulan terakhir.
Salah satunya adalah Amerika Serikat yang pada pekan lalu melaporkan 1,02 juta kasus baru yang menjadi jumlah kasus baru tertinggi (meningkat 15% dari pekan sebelumnya). Angka itu diikuti Iran, India, Inggris, dan Brazil.
WHO menunjukkan bahwa wilayah Pasifik Barat dan Amerika mengalami peningkatan kasus terbesar pada minggu lalu yaitu 20% dan 8%. Naiknya angka kasus di wilayah Pasifik Barat didorong meluasnya wabah varian Delta di Australia. Selama satu minggu terakhir, Australia berulang kali mencapai angka kasus harian tertinggi, melampaui yang pernah terjadi Agustus tahun lalu.
Sementara itu, Asia Tenggara dan Mediterania Timur melaporkan penurunan infeksi. Adapun angka kasus Covid-19 di wilayah lain dilaporkan stabil.
Tak hanya di Australia, Selandia Baru juga melaporkan angka infeksi yang meningkat, meskipun negara itu segera memberlakukan lockdown setelah mengonfirmasi satu kasus baru yang ditularkan secara lokal. Rabu lalu tercatat 62 kasus baru hingga total kasus mencapai 210 kasus.
Para pejabat di Australia dan Selandia baru menyarankan untuk mengubah pendekatan metode penanganan Covid-19, dari upaya membasmi virus menjadi pembelajaran untuk hidup bersama virus.
PM Australia Scott Morrison hari Minggu lalu mengisyaratkan akan mengakhiri pembatasan untuk bisa menghilangkan kasus Covid (nol kasus). Menurutnya, lockdown hanya diperlukan saat ini saja namun bukan untuk jangka panjang.
PM Scott menambahkan bahwa negaranya akan mengubah pendekatan penanganan pandemi, dari awalnya mengurangi angka kasus menjadi fokus pada pasien yang mengalami Covid-19 berat dan membutuhkan rawat inap.
Serupa dengan Australia, Menteri Tanggap Covid-19 Selandia Baru Chris Hipkins melalui TVNZ menyatakan bahwa varian Delta membuat pemerintah mempertanyakan keberlangsungan strategi eliminasi virus corona di sana.
Menurut Menteri Chris, Delta membuat seolah semua perlindungan yang diciptakan tak lagi memadai dan kurang kuat. Maka Selandia Baru mengamati dengan cermat langkah apa yang bisa dijalankan termasuk menyiapkan rencana jangka panjang di masa depan.
Varian baru SAR-CoV-2 yang lebih menular memaksa percepatan dan peningkatan angka vaksinasi, serta mengharuskan protokol kesehatan ditaati secara disiplin. Tidak ketinggalan upaya menjaga kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial untuk menjaga ketangguhan masyarakat.
WHO mencontohkan apa yang terjadi di Inggris. Dengan tidak mengendurkan protokol kesehatan, angka rawat inap harian akibat Covid-19 bisa diturunkan hampir tiga kali lipat.
WHO menegaskan bahwa relaksasi kebijakan kesehatan masyarakat dan sosial harus sangat berhati-hati dan harus diseimbangkan dengan cakupan vaksinasi dan memperhatikan peredaran Variants of Concern (mengacu pada klasifikasi WHO tentang mutasi virus Covid-19).
KOMENTAR ANDA