DATA Centers for Disease Control and Disease (CDC) Amerika Serikat sampai Februari 2021 menunjukkan lebih banyak perempuan melaporkan efek samping setelah divaksinasi Covid-19 atau yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi).
Dilansir Health, dari 13,7 juta dosis yang diberikan, para penerima diminta melapor melalui V-safe, kuisioner yang dibuat CDC untuk menampung keluhan pribadi terkait efek samping setelah vaksinasi Covid-19.
Dari 6.994 orang yang melaporkan efek samping, 79,1% di antara mereka adalah perempuan. Dan hanya 61,2% dari mereka yang divaksinasi adalah perempuan.
Data lain CDC yang dimuat dalam Journal of The American Medical Association (JAMA) berdasarkan riset Desember 2020 – Januari 2021, dari 19 orang mengeluhkan efek samping berupa reaksi alergi parah yang mengancam jiwa (anafilaksis) setelah mendapat vaksin mRNA, semuanya adalah perempuan.
Sebuah artikel The New York Times juga memperkuat temuan CDC. Teknisi medis di State College, Pennsylvania, Shelly Kendeffy (44) menceritakan pengalaman divaksinasi bersama rekan-rekan kerjanya. Delapan laki-laki dan tujuh perempuan yang diberikan dosis kedua vaksin Moderna mengalami reaksi yang berbeda-beda.
Enam perempuan melaporkan tubuh pegal-pegal, panas dingin, dan kelelahan; bahkan salah satu di antara mereka mengalami muntah. Sementara di pihak laki-laki, hanya ada empat yang mengeluh gejala ringan. Empat lainnya tidak mengalami gejala sama sekali.
Mengapa lebih banyak perempuan melaporkan efek samping vaksin Covid-19?
Pada titik ini, para ahli tidak mempunyai jawaban pasti. Belum ada informasi yang cukup untuk menghasilkan kesimpulan kuat tentang alasan mengapa lebih banyak perempuan mengalami efek samping vaksin. Namun para ahli mengatakan bahwa hal itu tidak selalu buruk.
"Mungkin saja karena memang lebih banyak perempuan yang melapor dibandingkan laki-laki," ujar peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security Amesh A. Adalja, MD.
Namun menurut profesor Vanderbilt University School of Medicine sekaligus ahli penyakit menular William Schaffner, MD, ada beberapa alasan yang menyebabkan lebih banyak perempuan mengalami efek samping vaksin Covid-19.
Berikut ini 3 fakta yang bisa menjelaskan mengapa perempuan lebih banyak mengalami efek samping vaksin Covid-19.
#1 Perempuan memiliki sistem imun yang lebih reaktif dibandingkan laki-laki.
Kondisi itulah yang menyebabkan lebih banyak perempuan menderita penyakit autoimun dibandingkan laki-laki. Jika ditanya bagaimana perempuan bisa memiliki sistem imun yang lebih reaktif, Prof. William menduga hal itu diakibatkan hormon.
#2 Perbedaan hormon yang berpengaruh pada sistem imun tubuh.
Hormon estrogen (yang dominan pada perempuan) cenderung 'meningkatkan' sistem kekebalan tubuh sedangkan hormon testosteron (yang dominan pada laki-laki) cenderung meredamnya.
#3 Respons imun yang kuat adalah salah satu tanda sistem imun tubuh yang sehat.
Kesimpulan sementara yang bisa dibuat adalah munculnya efek samping vaksin Covid-19 kemungkinan menunjukkan respons imun tubuh yang kuat. Meski demikian, kesimpulan sementara itu memerlukan penelitian lebih mendalam.
#4 Tidak ada perbedaan dosis vaksin antara laki-laki dan perempuan padahal metabolisme tubuh keduanya terhadap vaksin tidak sama.
Menurut ahli kesehatan perempuan Jennifer Wider, MD, uji klinis vaksin sering tidak memperhitungkan perbedaan metabolisme tubuh laki-laki dan perempuan dalam mengolah vaksin. Bisa jadi, dosisnya menjadi lebih tinggi bagi perempuan hingga respons antibodi terhadap vaksin juga leibh tinggi.
#5 Respons antibodi perempuan terhadap vaksin lebih kuat dibandingkan respons antibodi laki-laki, terutama perempuan dewasa.
Dua hal yang mendukung fakta tersebut adalah penelitian terkait vaksin flu dan vaksin H1N1. Diketahui bahwa perempuan berusia 20 – 59 tahun lebih banyak mengalami efek samping vaksin Covid-19 dibandingkan laki-laki, meskipun lebih banyak laki-laki yang divaksinasi, ditulis Health.
Seburuk apakah itu?
Menurut banyak ahli, berbagai kondisi di atas tidak lantas menjadi sesuatu yang buruk. Namun demikian, Rajeev Fernando, MD, seorang ahli penyakit menular yang banyak berkeliling RS di berbagai penjuru dunia, mengingatkan perempuan untuk waspada.
KOMENTAR ANDA