TERJADINYA badai sitokin pada beberapa pasien Covid-19 terus menjadi pertanyaan. Sebab, peradangan yang diakibatkan oleh sistem imun yang berlebihan menanggapi virus ini belum diketahui apa penyebabnya.
Karena penyebabnya pun belum bisa diprediksi, maka cara pencegahan dan mengatasinya tidak bisa dijawab secara pasti. Ahli hanya menyarankan mengonsumsi makanan bergizi untuk menjaga sistem imun.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr RA Adaninggar, SpPD mencoba menjelaskan beberapa pertanyaan mengenai badai sitokin.
Apakah vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke tubuh seseorang dapat menguatkan sistem imun yang kemudian menyebabkan terjadinya badai sitokin?
Vaksinasi itu bertujuan untuk membentuk antibodi pada seseorang sebelum virus menyerang. Sementara, badai sitokin terjadi saat proses pembersihan virus di fase awal tidak optimal, sehingga virus masih banyak. Padahal seharusnya, di fase awal ini virus sudah ditangani dengan baik, sehingga si virus tinggal sedikit.
Justru vaksinasi diharapkan dengan adanya antibodi yang sudah terbentuk, virus yang masuk akan cepat dinetralisir sehingga di fase awal viral load menjadi rendah.
Viral load yang rendah ini akan membantu sistem imun membersihkan virus. Jadi tidak akan ada reaksi yang berlebihan, karena viral load di awal sudah ditekan.
Apakah badai sitokin sama dengan proses penyakit pada autoimun?
Tidak sama. Pada badai sitokin terjadi respon berlebihan terhadap patogen (virus atau bakteri) dari luar akibat proses pembersihan di fase awal tidak optimal.
Sementara pada autoimun, tentara imun kita salah mengenali musuh. Jadi, sel tubuh yang harusnya berteman dengan sistem imun, justru dianggap lawan oleh sel imun itu sendiri.
Hal inilah yang menyebabkan kerusakan terjadi pada beberapa sel tubuh.
Apakah badai sitokin yang terjadi pada pasien Covid-19 disebabkan konsumsi vitamin yang berlebihan saat sebelum sakit?
Tidak. Sekali lagi ditegaskan, badai sitokin terjadi karena proses pembersihan virus yang kurang optimal di fase awal, sehingga viral load menjadi tinggi.
Atau bisa juga terjadi pada varian Delta. Di mana varian ini bisa berkamuflase, sehingga sistem imun tidak bisa mengenalinya di fase awal.
Ini alasan mengapa viral load menjadi tinggi, sehingga respon sistem imun menjadi berlebihan. Jadi, tidak ada hubungannya dengan konsumsi vitamin sebelum sakit.
Apakah badai sitokin bisa ditangani dengan obat-obatan sejenis steroid di fase awal terinfeksi?
Tidak. Memang obat-obatan steroid merupakan obat anti peradangan, tapi pada fase awal kerja sistem imun di tubuh kita tidak boleh ditekan.
Jika kita mengonsumsi obat-obatan steroid tersebut, maka sistem imun akan menjadi tertekan untuk membersihkan virus. Ujung-ujungnya, viral load justru tinggi dan terjadilah badai sitokin.
Obat-obatan steroid tepat digunakan apabila terjadi tanda-tanda keradangan yang luar biasa. Di sinilah pentingnya pemantauan pada pasien Covid-19.
Jadi sekali lagi, obat-obatan steroid tidak dipakai untuk pencegahan badai sitokin!
Apakah badai sitokin bisa terjadi pada orang yang sudah sembuh lama, misalnya lebih dari 1 bulan dinyatakan sembuh dari Covid-19?
Tidak. Badai sitokin terjadi pada fase akut, di mana fase akut ini masih dalam suatu proses penyakit yang belum selesai, yaitu sekitar 1 sampai 3 minggu setelah terinfeksi, meskipun hasil SWAB-nya dinyatakan negatif.
Makanya saat pasien masih terjadi keradangan padahal hasil SWAB-nya sudah negatif, jangan terburu-buru menyebut sembuh dari Covid-19. Sebab Swab itu hanya pemeriksaan di nasofaring (tenggorokan).
Jadi kesimpulannya, badai sitokin terjadi saat sistem imun tidak bekerja maksimal membersihkan virus di fase awal. Hal ini menyebabkan viral load menjadi tinggi yang berujung pada munculnya badai sitokin.
KOMENTAR ANDA