BANGLADESH boleh berbangga. Salah satu ilmuwan perempuannya, yang membantu mengembangkan vaksin oral untuk melawan kolera, unggul sebagai penerima Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang setara dengan penghargaan Nobel di Asia.
Dia adalah Firdausi Qadri, perempuan berusia 70 tahun, yang selama ini mengabdikan dirinya pada penelitian ilmiah demi ilmu pengetahuan Bangladesh terutama untuk pengembangan vaksin.
Manila Award Foundation, yang memberikan penghargaan itu, mengatakan bahwa Qadri, yang bekerja di Pusat Penelitian Diare Internasional di Dhaka, Bangladesh, memainkan 'peran kunci' dalam menciptakan vaksin yang lebih murah untuk melawan wabah kolera dan tipus.
Qadri juga menjadi bagian dari juru kampanye vaksinasi massal di kamp-kamp pengungsi Rohingya di distrik Cox's Bazar di Bangladesh tenggara, yang telah mencegah penyebaran wabah dalam beberapa tahun terakhir.
Penyakit Kolera menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan menyebabkan diare akut.
Dalam pernyataanya, Qadri menyampaikan terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan kepadanya.
"Saya kewalahan, hati saya membuncah. Tetapi saya sangat senang dan tetap harus merendah," kata Qadri dalam pesan video yang dibagikan oleh yayasan tersebut.
Penghargaan Ramon Magsaysay, dinamai sesuai nama seorang presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat, diberikan pertama kali pada 1957 untuk menghormati orang dan kelompok yang menangani masalah pembangunan. Tahun ini, penghargaan tersebut hampir saja dibatalkan karena pandemi Covid-19.
KOMENTAR ANDA