SAAT anak memasuki usia remaja, berbagai problema kehidupannya bermunculan. Mereka mulai mengenal lawan jenis, mengenal betul apa yang diinginkan dan tidak diinginkan, dan terkadang terlalu egois dengan pendapatnya sendiri.
Saat seperti ini, hal-hal sepele bisa saja membuat si remaja menjadi depresi. Ditambah kondisi pandemi yang semakin mempersempit ruang gerak dan ekspresinya. Sulit bagi mereka mengeksplorasi diri sesuai keinginannya.
Di sini orangtua diminta peka terhadap kondisi anak remajanya dan tahu betul ciri-ciri seperti apa ketika anak mengalami depresi.
Depresi pada anak remaja bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi emosional dan perubahan perilaku. Dari sisi emosional, biasanya si remaja akan kehilangan motivasi dan semangat melakukan aktivitas. Ia juga bisa merasa sedih, frustasi, bahkan tidak punya harapan.
Ciri lainnya adalah mudah tersinggung dan marah pada hal-hal kecil, kehilangan rasa percaya diri, merasa tidak berguna dan gagal, menjadi sulit berpikir, berkonsentrasi, dan membuat keputusan. Bahkan parahnya, mereka bisa berpikir untuk bunuh diri.
Sedangkan dari sisi perubahan perilaku, anak akan mudah lelah dan kehilangan energi, insomnia atau justru terlalu banyak tidur, perubahan pola makan (tidak nafsu makan atau malah nafsu makannya membesar).
Anak juga akan menutup diri, tidak memerhatikan penampilan, prestasi di sekolah menurun, cenderung melakukan hal-hal negatif, dan memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Bila ayah bunda menemukan perubahan perilaku seperti ini dari anak remajanya, ada baiknya segera melakukan hal berikut:
1. Komunikasi dengan anak
Coba dekati anak dan tanyakan apa yang sedang terjadi padanya. Dengarkan dulu dan simpan segala pertanyaan hingga ceritanya selesai. Biarkan anak meluapkan semua yang ada di hati dan pikirannya. Dengan begitu, anak tidak akan merasa sendiri dan selalu dilindungi.
2. Bantu anak melalui masa-masa sulitnya
Ada banyak perubahan emosional dan perilaku saat anak mengalami depresi. Pastikan ayah bunda selalu mendampinginya melewati masa-masa sulit itu. Perlahan, bantu mereka untuk kembali ke pola hidup sehat. Ingatkan untuk istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang bergizi.
3. Lakukan kegiatan yang menyenangkan
Masa-masa sulit saat depresi bisa perlahan diakhiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Ajak anak bermain yang digemari, atau ajak mereka berlibur. Pastikan anak bisa keluar dari permasalahannya.
4. Bersabar dan pengertian
Menghadapi remaja yang sedang mengalami depresi memang tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran dan pengertian yang luar biasa dari orangtua. Hindari penggunaan kata-kata yang kasar atau nada membentak, sehingga hubungan orangtua dengan anak tetap baik.
5. Ikuti pengobatan dan perawatan dengan teratur
Jika pada akhirnya orangtua membutuhkan bantuan psikiater, dengarkan dan ikuti apa yang disarankan. Dengan begitu orangtua akan tahu bagaimana cara menanggapi dan memberikan dukungan.
Sejatinya, depresi pada anak remaja bisa dihindari bila mereka mendapat support system yang bagus dari orangtua. Menjaga hubungan baik dengan temannya, tidak mengekang dan membiarkannya tetap aktif, rutin berkomunikasi, dan peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada anak, bisa ayah bunda lakukan sejak dini untuk mencegah depresi pada remaja.
KOMENTAR ANDA