PERNIKAHAN yang bisa bertahan lama adalah mimpi setiap pasangan. Namun pada kenyataannya, mimpi itu tak senantiasa selaras dengan usaha keras pasangan suami istri menciptakan keharmonisan.
Banyak sudah contoh di sekitar kita tentang kegagalan berumah tangga dengan faktor penyebab yang berbeda-beda. Mulai dari ketidakcocokan yang makin hari makin lebar jurangnya, hadirnya orang ketiga, finansial, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KRT).
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang bisa merusak keharmonisan rumah tangga, pasutri harus mampu mencermati kondisi rumah tangga dengan baik. Karena ternyata ada beberapa perbuatan yang diam-diam bisa menghancurkan keutuhan rumah tangga kita.
Apa saja yang harus kita waspadai?
Ada lima hal yang diam-diam merusak pernikahan menurut @surgaparenting. Jujurlah mana yang paling sering terjadi di antara kita dan pasangan.
#1 Interaksi diam-diam
Interaksi dengan lawan jenis selain pasangan bisa berawal dari media sosial. Saling stalking, memberi tanda like, berbalas komentar, lalu berlanjut DM hingga pertemuan offline. Interaksi diam-diam ini bisa menjadi pintu untuk perselingkuhan meskipun tidak bisa digeneralisasi.
Jika kita dan pasangan sama-sama tipe orang yang kerap membagikan kisah kehidupan di media sosial, tak ada salahnya membuat kesepakatan untuk terbuka tentang followers dan friends dalam jejaring kita dan menghindari komunikasi dua arah dengan lawan jenis.
#2 Jarang ngobrol di malam hari
Kita sering menonton film dengan adegan suami istri yang mengobrol sebelum tidur. Ternyata, kebiasaan itu bukan sekadar indah di layar melainkan juga dalam kehidupan nyata. Dengan mengobrol sebelum tidur, kita dan pasangan bisa saling bercerita tentang hari masing-masing. Mulai dari hal yang penting untuk diketahui bersama hingga hal-hal remeh dan lucu yang bisa membuat kita berdua tertawa.
Jika ada masalah, sebaiknya diselesaikan saat itu juga hingga kita bisa tidur dengan nyenyak. Obrolan di malam hari juga bukan tidak mungkin menjurus pada suasana romantis yang bisa berakhir dengan kemesraan suami istri.
#3 Sibuk dengan gawai
Jika pun tidak aktif di media sosial, banyak pula pasangan yang dekat di mata tapi jauh di hati karena 'dipisahkan' layar gawai. Entah itu mengecek e-mail yang masuk, memeriksa pesanan pelanggan online shop, membaca deretan pesan dalam whatsapp atau telegram, hingga membaca berita-berita terbaru di media online.
Masalah screen time memang bukan hanya dialami anak-anak selama pandemi melainkan telah menjadi masalah akut yang membuat hubungan suami istri menjadi hampa. Ingatlah, selama ada gawai tak ada pembicaraan dari hati ke hati.
Sadari segera bahaya gawai, buatlah perjanjian kapan saja prime time untuk pasangan dan keluarga yang bebas gawai.
#4 Jarang mengeluarkan rayuan gombal
Jurus rayuan gombal ternyata bukan milik remaja yang sedang jatuh cinta. Memelihara cinta juga perlu 'disirami' rayuan gombal agar pasangan merasa penting dan berarti bagi kita. Tanpa gombalan, hari-hari kita akan berjalan 'kaku' bahkan tegang. Sedikit aja diterpa masalah, kita dan pasangan bisa langsung menutup diri.
Sesekali melakukan hal romantis bisa membuat hati kita dan pasangan bisa berbunga-bunga. Dari situlah kita tahu bahwa pendar cinta masih menyala di hati kita berdua. Namun satu yang perlu diperhatikan, lakukanlah dari hati. Jangan sampai rayuan gombal kita manfaatkan untuk menutupi kebohongan atau kesalahan.
#5 Tidak jujur dalam keuangan
Dari sekian masalah finansial yang menjadi faktor penyebab hancurnya rumah tangga, ternyata bukan hanya soal ketimpangan penghasilan atau kemiskinan. Ketidakjujuran dalam alokasi finansial rumah tangga juga bisa menyebabkan bubarnya hubungan suami istri.
Istri mengeluh mengapa budget kebutuhan bulanan sangat kecil, tidak sampai 1/3 penghasilan suami. Atau sebaliknya, suami heran mengapa istrinya selalu meminta uang tambahan padahal ia telah memberikan uang bulanan sesuai kesepakatan berdua.
Jangan sampai pengeluaran rahasia lambat-laun menggerogoti kepercayaan antara suami istri. Jujurlah dengan kondisi finansial pribadi kita jika memang masih ada tanggungan utang maupun tanggungan kebutuhan untuk orangtua, anggota keluarga lain, atau pengeluaran rutin lain seperti sumbangan bagi fakir miskin dan anak yatim di yayasan yang kita percayai.
KOMENTAR ANDA