Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

TANGGUNG jawab sebagai orangtua dimulai ketika janin berada dalam kandungan seorang ibu. Selama sembilan bulan lebih, ayah dan ibu belajar untuk menjaga bayi selalu sehat dan bertumbuh kembang dengan baik. Tak hanya soal asupan yang bergizi, tapi juga pada pola pikir dan perilaku sebagai orangtua.

Setelah anak lahir, kepengasuhan anak menjadi lahan ibadah yang terbentang luas bagi orangtua.

Besarnya tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dalam mendidik anak agar tumbuh menjadi pribadi saleh dan tangguh menghadirkan hal-hal yang harus 'diwariskan' dari orangtua ke anak.

Dalam kitab Al Adab fid Din, Imam al-Ghazali menyebutkan lima adab yang wajib dilakukan orangtua kepada anak, dikutip dari nu.or.id.

#1 Membantu anak bersikap baik kepada orangtua.

Ketika kita mengasihi anak dengan sepenuh hati, ketulusan kita akan terpancar dan 'memantul' kembali. Anak yang merasakan kasih sayang orangtua akan memberikan kembali kasih sayang itu kepada orangtuanya. Kebaikan yang berbuah kebaikan.

Sebaliknya, ketika kita kerap berbuat kasar, suka menghakimi, juga tidak mau hadir dan terlibat dalam hari-hari anak, jangan heran bila kelak kita akan merasa sendirian karena anak menjauh bahkan tak segan membentak kita yang sudah tua.

#2 Tidak memaksakan anak berbuat baik di luar kemampuannya.

Berbuat baik memang harus ditanamkan sejak dini. Namun bukan berarti kita boleh memaksa anak melakukan perbuatan baik di luar kemampuannya.

Misalnya dalam mengajarkan anak berpuasa di bulan Ramadhan, jangan langsung memaksa anak usia 4 tahun untuk berpuasa sehari penuh. Ajarkan perlahan-lahan. Toh, anak seusia itu belum wajib berpuasa.

Contoh lain, kita memaksa anak harus menjadi peringkat pertama di kelas. Kita memaksanya ikut les ini dan itu hingga anak kelelahan. Padahal kita tahu kemampuan akademik anak tidak terlalu baik karena ia lebih pintar dalam hal lain seperti olahraga dan seni.

#3 Tidak memaksakan kehendak di saat anak merasa susah.

Anak bisa merasakan bad mood layaknya orangtua. Misalnya saja karena pelajaran yang susah atau karena teman yang tidak mau bermain dengannya.

Kita sebagai orangtua harus mampu berempati terhadap kondisi psikologis anak. Di saat anak sedih atau gelisah, kita harus bisa menghiburnya. Berbicara dari hati ke hati juga memberinya sedikit waktu untuk sendiri. Jangan memaksa anak mengerjakan banyak hal di saat ia sedang susah.

#4 Tidak menghalangi anak untuk taat kepada Allah Swt.

Jika kita merasa tidak punya bekal pengetahuan agama yang cukup, kita bisa memanggil ustaz/ ustazah untuk mengajarkan ilmu agama kepada anak. Kita juga bisa sekalian mengkaji dan berguru.

Jangan sampai kekurangan diri kita menghalangi anak untuk mendekat dan taat kepada Khaliknya. Dukunglah anak untuk menjadi pribadi yang istiqamah di jalan Allah.

#5 Tidak membuat anak sengsara di kemudian hari akibat pendidikan yang keliru.

Banyak orangtua merasa kesejahteraan anak (baca: kemapanan finansial) adalah bekal utama bagi anak di masa depannya. Tak heran banyak dari kita bekerja teramat keras dengan alasan "demi anak". Sejak kecil, anak terbiasa hidup dalam suasana nyaman, berlimpah, memakai dan menggunakan barang-barang berkualitas premium.

Kita tidak peduli di usianya yang menuju remaja dia masih harus selalu dibangunkan setiap pagi, disiapkan seragamnya, juga disiapkan sarapannya di meja makan.

Kita tak menganggap masalah jika anak cuek melihat potongan kertas dan sisa rautan pensil bertebaran di bawah meja belajarnya. Kita tak protes bila anak berteriak memanggil si mbak berkali-kali untuk mengambilkannya minum atau meminta kita mengerjakan PR karena merasa tidak bisa.

Jangan sampai anak kelak tak mampu hidup di atas kaki sendiri, tak mampu bangkit dari kesulitan, dan tak bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama dan agama. Jangan tunda untuk menempa ketangguhan anak sebagai bekal terbaik untuk masa depannya.

Nah, ayah bunda, mari tanyakan kepada diri sendiri, sudahkah kita melaksanakan lima adab tersebut?

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur