Wartawab senior Ilham Bintag saat menjalani tes swab antigen/Ist
Wartawab senior Ilham Bintag saat menjalani tes swab antigen/Ist
KOMENTAR

UNTUK pertama kali setelah PPKM diberlakukan, Sabtu (18/9) saya ke Mal Puri Indah. Di lobby utama, petugas mal menyeleksi pengunjung dengan SOP cukup ketat.

Pengunjung harus memiliki aplikasi Pedulilindungi di ponsel. Aplikasi digunakan untuk Scan QR Barcode. Yang masuk hanya pengunjung yang sudah dua kali vaksin.

Pemeriksaan berikutnya adalah suhu badan. Dengan kondisi itu pengunjung bukan hanya terseleksi dari batas kapasitas yang dibolehkan. Tetapi terutama dengan seleksi itu dipenuhi target bahwa pengunjung aman Covid-19.

Jumlah pengunjung mal memang belum banyak. Namun, itu adalah permulaan mal dapat beroperasi dengan aman dan nyaman walau dalam PPKM.

Hari Minggu (19/8) saya trip ke Bandung.  Ketika check in di hotel, petugas memberitahu kewajiban semua tamu menginap menjalani tes swab antigen. Biaya Rp 100 ribu/jiwa menjadi tanggungan tamu.

Semua tamu dengan senang hati memenuhi kewajiban itu untuk mencapai keseragaman pemahaman soal perlindungan kesehatan dan rasa nyaman. Ini menjadi kebutuhan mendasar masyarakat beraktivitas di masa pandemi.

Tingkat hunian hotel ternyata tidak berkurang karena aturan tersebut. Di masa PPKM, setiap akhir pekan Pemkot Bandung juga memberlakukan aturan ganjil genap bagi kendaraan yang masuk di Kota Kembang.

Itulah fenomena menarik sebulan terakhir di Tanah Air. Merespons penurunan kasus positif Covid-19, masyarakat justru menunjukkan sikap bijaksana dan waspada. Seperti sudah tertanam kuat di mindset mereka masih dalam keadaan bahaya: serangan balik virus sewaktu- waktu bisa terjadi.

Ini belajar dari pengalaman berbagai negara maju menangani pandemi. Banyak negara yang awalnya jumawa unjuk kobolehan berhasil mengendalikan pandemi, namun kelabakan ketika mendapat serangan balik virus ganas itu. Sebut saja, AS, Inggris, Selandia Baru, Australia, dan bahkan Singapura.

Pemerintah negara-negara maju itu kelabakan karena warganya menunjukkan sikap tidak perduli pada situasi mutakhir pandemi.

Sejauh pengamatan, kepatuhan masyarakat kita akan menjadi modal besar, sekaligus senjata pamungkas untuk melawan Covid-19.

Contohnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang kembali diperpanjang mulai Selasa (21/9) untuk dua pekan ke depan atau hingga 4 Oktober, tidak lagi menghadapi resistensi dari publik. Sehingga Koordinator PPKM Luhut Binsar Panjaitan pun bisa santai mengumumkan perpanjangan itu, Senin (20/9) petang.

Walau diperpanjang, toh ada kreasi-kreasi pemerintah yang secara spesifik memberi pelonggaran pada beberapa sektor kegiatan masyarakat. Seperti untuk tempat wisata, bioskop yang boleh beroperasi dengan kapasitas 50%.

Demikian dengan Mal/Pusat Perbelanjaan, yang boleh dibuka dengan pembatasan 50% dan menerima kunjungan anak di bawah 12 tahun. Restoran boleh beroperasi dengan kapasitas 50% dan durasi waktu makan di tempat kini 60 menit atau satu jam.  

Pemerintah menyatakan akan terus menerapkan PPKM di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali selama virus Corona belum sepenuhnya hilang. Penerapan PPKM di Jawa-Bali akan dievaluasi tiap satu pekan dan di luar Jawa-Bali tiap dua pekan sekali.

Luhut mengatakan PPKM akan selamanya menjadi instrumen pemerintah dalam pengendalian Covid-19 di Tanah Air.

Dunia Tercengang

Satu bulan terakhir kasus positif di Tanah Air memang mengalami penurunan cukup signifikan, khususnya di wilayah Jawa-Bali.

Mari lihat data mutakhir, Senin (20/9). Penambahan kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir "tinggal" 1.932. Berbanding terbalik dengan jumlah pasien yang sembuh dan meninggal. Penambahan pasien sembuh sebanyak 6.799 orang. Sedangkan yang meninggal 166 jiwa.

Beritasatu yang mengutip laporan Kementerian Kesahatan RI, Senin (20/9/2021) hingga pukul 12.00 WIB memberitakan jumlah kasus aktif turun menjadi 55.936 kasus atau berkurang 5.033 kasus dibanding hari Minggu (19/9/2021) sebanyak 60.969 kasus.

Penurunan kasus aktif hingga di bawah angka 100.000 mulai terjadi pada 13 September 2021, dan hingga kini  terus menunjukkan tren penurunan. Kasus aktif adalah jumlah pasien positif Covid-19 yang masih menjalani perawatan di rumah sakit atau sedang isolasi mandiri.

Sementara angka positivity rate harian Covid-19 tercatat terakhir dengan angka 1,28 % atau semakin turun jauh di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni sebesar 5%.

Menurut Kemenkes dalam 24 jam terakhir jumlah orang yang diperiksa sebanyak 150.714 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan Minggu (19/9/2021) sebanyak 133.765 orang.

Media Beritasatu juga kemarin, memberitakan pernyataan Gubernur DKI, Anies Baswedan yang menyebutkan dunia tercengang melihat Indonesia bisa mengendalikan pandemi Covid-19 dengan baik. Menurut Anies, Indonesia saat ini berada dalam situasi aman dari penyebaran Covid-19, setelah menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19 yang mencapai puncaknya pada Juli 2021 lalu.

“Hari ini dunia menengok ke Indonesia dengan rasa cengang betapa kita bisa menjalani masa ujian kemarin dengan baik dan sekarang kita di fase yang jauh lebih aman,” ujar Anies saat memberikan sambutan di acara peringatan Hari Rapat Raksasa Ikada ke-76 Tahun 2021 yang disiarkan oleh Youtube Pemprov DKI Jakarta, Senin (20/9/2021).

Menurut Anies, kunci bangsa Indonesia bisa mengendalikan pandemi Covid-19 adalah kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam melawan dan menangani Covid-19. Dia menilai pemerintah tidak bisa bekerja sendirian dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan juga masyarakat tidak bisa dibiarkan berjalan sendirian dalam berjuang mengatasi virus yang mematikan ini.

"Alhamdulillah selama beberapa bulan ini kita menyaksikan kerja kolosal yang luar biasa, kita sekarang mengistilahkan dengan terminologi kolaborasi, kerja bersama seluruh komponen, baik yang berada di jajaran atas nama negara dan maupun di jajaran atas nama rakyat dengan berbagai badan yang ada di dalamnya, bekerja bersama-sama menghadapi pandemi ini, dan itu mengantarkan kita semua melewati masa-masa sulit beberapa bulan yang lalu,” jelas Anies.

Pernyataan Anies itu mendapat konfirmasi dari Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Panjaitan, kemarin.

"Sekarang tidak ada lagi level 4 di Jawa-Bali. Yang ada, Level 2 & 3," kata Luhut.

Virus Covid-19 Tidak Lenyap

Perkembangan paling menarik yang kita catat yaitu lahirnya "kesepahaman" antara Pemerintah, Ahli Kesehatan, dan Masyarakat. Seperti yang disebut ileh Gubernur Anies Baswedan. Ketiga unsur itu telah menyadari penurunan kasus positif Covid-19, bukan karena virus sudah lenyap atau melemah.

Penurunan lebih disebabkan karena kita mematuhi aturan PPKM. Tidak keluar rumah jika tidak karena keperluan mendesak. Selalu memakai masker di mana pun berada, menjaga selalu jarak interaksi, dan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Faktor penunjang lainnya, yaitu semakin banyaknya masyarakat yang sudah menjalani vaksinasi. Sampai Senin (19/ 9) menurut Kemenkes, jumlah rakyat sudah divaksin sekitar 124 juta (79.617.095 vaksin I dan 45. 194.640 vaksin kedua) dari jumlah sasaran sebesar 208 juta.

Luhut On The Tracki>

Perubahan mencolok Pemerintah diwakili oleh penampilan Luhut Panjaitan. Sebulan terakhir kelihatan adem. Sudah on the track sebagai pengayom, sebagaimana mestinya pemerintah mengambil posisi. Bahkan, Luhut sangat realistis.

Kita mencatat pernyataannya yang menyebut 2-3 tahun tahun ke depan kita masih akan hidup berdampingan dengan Covid-19, adalah pandangan yang berpijak pada kemyataan yang ada.

Masyarakat Harus Bijak

Karenanya, Luhut meminta, masyarakat lah yang harus bijaksana mengatur hidupnya supaya tidak terpapar Covid19. Perubahan komunikasi Luhut juga diakui oleh pakar epidemilogi Pandu Riono, yang cukup lama jadi "seteru" Luhut dalam urusan pandemi ini.  

Semoga saja kondisi ini terus demikian hingga kita benar-benar mendeklarasikan diri sebagai bangsa merdeka dari Covid-19.




KBRI Kairo Dorong Peningkatan Ekspor dan Investasi Indonesia di Mesir

Sebelumnya

Tiada lagi Bang Muin

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News