KOMENTAR

HARI kedua rangkaian talkshow & webinar Professional Women's Week 2021 pada Selasa (21/9/21) diawali dengan diskusi bersama sociopreneur Ibu Tri Mumpuni, Direktur Eksekutif IBEKA (Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan).

Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bu Puni dan IBEKA telah membangun 440 desa yang bisa menjadi contoh bagaimana local resources dapat dikelola dan dinikmati hasilnya oleh masyarakat desa.

Gerakan yang dilakukan Bu Puni merupakan satu bentuk keberdayaan perempuan untuk bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan aktif membangun desa, perempuan membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pelaku perubahan dan tidak hanya bergantung pada program pembangunan yang dicanangkan pemerintah.

Menurut Bu Puni, salah satu alasan mengapa masih banyak masyarakat desa yang jauh dari sejahtera adalah karena sumber daya desa mereka diambil dan dipergunakan, tapi hasilnya tidak dibagikan kembali ke masyarakat lokal.

Pembangunan berkelanjutan yang ideal menurut Bu Puni adalah ketika masyarakat desa diajarkan bagaimana menjalankan, mengelola, mengevaluasi, dan merawat bidang pembangunan tersebut. Termasuk teknologi yang diterapkan di dalamnya. Itu berarti memperkuat manusia berkualitas untuk memperkuat desa dari segi finansial, teknologi, dan manajerial.

"Yang terjadi saat ini, orang datang ke desa mengambil sumber daya dari desa tapi hasilnya tidak dibagi untuk masyarakat lokal. Tidak ada masyarakat desa yang dilibatkan dalam pembangunan," kata Bu Puni.

" Jika berbicara tentang apa yang dilakukan pemerintah, biasanya mereka menugaskan pihak swasta. Seringkali keterlibatan masyarakat desa diabaikan, tidak berkelanjutan, profit oriented. Napas kami adalah khirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya. Karena itu kami bekerja lillahi ta'ala," tegasnya.

Untuk memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam program pemberdayaan di desa mereka, Bu Puni mengatakan kuncinya adalah membangun kepercayaan. Rakyat dimanusiakan, dibuat organisasi agar rakyat bertanggung jawab terhadap program tersebut.

Misalnya program air bersih, harus ada transfer pengetahuan dan transfer teknologi, juga pembentukan organisasi penanggung jawab yang anggotanya adalah masyarakat. Ini akan menimbulkan rasa memiliki dan ingin menjaganya baik-baik.

Multiperan yang Berjalan Harmonis

Dengan kesibukan sebagai sociopreneur yang mengharuskan bergerak dinamis dan pergi ke banyak tempat, Bu Puni punya kiat khusus agar multiperan yang ia jalani bisa berjalan harmonis.

Sebagai istri dan ibu, Bu Puni mengupayakan agar aktivitasnya di luar rumah tidak mengganggu perannya di rumah. Karena itu ia dikenal sebagai sosok yang penuh perencanaan. Ia tidak mau ada urusan yang mengharuskannya keluar rumah secara mendadak.

"Minimal sehari sebelumnya saya diberi tahu jika ada acara. Penting bagi saya untuk menyiapkan segala keperluan suami dan anak, termasuk mengomunikasikan jika saya tidak ada di rumah saat makan malam karena harus memenuhi undangan," jelasnya.

Bicara tentang profesionalisme, Bu Puni menegaskan bahwa perempuan harus menjadi profesional dalam urusan apa pun, termasuk dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Perempuan harus mampu mengerjakan apa pun dengan sebaik mungkin.

Saat ditanya siapa sosok yang menginspirasi Bu Puni untuk menjadi sociopreneur? Menurut Bu Puni, dari sekian banyak inspirasi, sosok ibunyalah yang memperkenalkan jiwa sosial kepadanya sejak kecil. Di tahun 70-an, ibunya membuka kursus baca tulis tanpa memungut biaya. Bu Puni terbiasa menemani sang ibu berkeliling dari desa ke desa untuk memberi penyuluhan kesehatan terutama untuk anak-anak perempuan.

Itu pula yang mendasari Bu Puni membuka sekolah tingkat SMP dan SMA gratis. Menurutnya, anak-anak dari kalangan kurang mampu yang bersekolah kelak dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka.

"Dari ibu saya, saya sadar ternyata menyenangkan melihat orang lain bahagia dengan apa yang kita lakukan. Terlebih lagi jika kita menolong kaum dhuafa. Doa mereka diijabah Allah. Kita harus lebih memperhatikan mereka yang kekurangan," ujar Bu Puni.

Ia juga menekankan pentingnya membentuk kelompok untuk bisa memberdayakan masyarakat. Membentuk kelompok yang berisi orang-orang berpikiran positif agar bisa saling menguatkan.

"Untuk bisa optimal menjalankan multiperan di segala bidang, perempuan jangan takut pada apa pun. Karena di setiap persoalan, Allah itu hadir," pungkas Bu Puni.




Kolaborasi Internasional: Dosen Keperawatan Indonesia-Filipina Bersatu dalam Upaya Edukasi Kesehatan Masyarakat Manila

Sebelumnya

Catatan Akhir Tahun Paramadina x INDEF: Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi yang Konsisten untuk Menjadikan Indonesia Negara Berpenghasilan Tinggi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E