Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SELAMA pandemi Covid-19, hand sanitizer menjadi satu kebutuhan yang wajib ada di rumah dan menyertai ke mana pun kita pergi. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun seringkali tidak bisa dilakukan di semua tempat, membuat kita mesti memakai hand sanitizer untuk memastikan tangan bersih setelah menyentuh berbagai benda.

Namun karena pandemi masih jauh dari kata selesai, meskipun kurva kasus Covid-19 mulai melandai, muncul kekhawatiran bahwa memakai hand sanitizer berkali-kali setiap hari dalam jangka waktu panjang tidaklah aman, khususnya untuk kulit kita.

Ada pula kekhawatiran yang muncul bahwa penggunaan alkohol dalam hand sanitizer dilarang dalam agama (Islam). Namun dalam situs resminya, World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa hand sanitizer berbasis alkohol yang terdaftar sebagai salah satu obat-obatan esensial WHO dibolehkan menurut Alquran.

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia juga menyatakan bahwa penggunaan hand sanitizer untuk salat diperbolehkan karena berbeda dengan alkohol yang diharamkan dalam Islam.

Pada prinsipnya, WHO menjelaskan bahwa hand sanitizer berbasis alkohol aman digunakan semua orang. Hanya sedikit kandungan alkohol yang diserap kulit dan sebagian besar produk sudah mengandung zat pelembap untuk mengurangi kekeringan pada kulit.

Agar efektif membunuh kuman dan bakteri, hand sanitizer disarankan memiliki kandungan alkohol paling sedikit 60%. Namun seperti dilansir Balmonds, alkohol bisa menggerus minyak alami yang menjadi perisai kulit lalu membawa alergen (substansi penyebab alergi) masuk ke aliran darah.

Faktanya, sejumlah orang diketahui mengalami alergi akibat penggunaan hand sanitizer tidak hanya disebabkan kandungan alkoholnya tapi juga bisa karena bau dan pewarnanya.

Ciri Alergi Alkohol

Reaksi alergi alkohol bisa berbeda pada setiap orang. Penting bagi kita mengenali ciri-ciri alergi alkohol agar bisa ditangani sebelum menimbulkan reaksi yang membahayakan.

Beberapa reaksi alergi alkohol yang banyak terjadi adalah gatal, kulit kering, ruam, bengkak, kulit pecah-pecah, dan kulit terkelupas.

Adapun gejala yang lebih serius adalah dermatitis kontak iritan serius atau dermatitis kontak alergi yang tergolong reaksi alergi ekstrem (anafilaksis). Misalnya pada orang yang memiliki alergi kacang lalu tanpa sengaja menyantap roti dengan selai kacang, bisa mengalami anafilaksis sulit bernapas karena saluran napas membengkak.

Pada penggunaan hand sanitizer dalam kadar normal, hand sanitizer tidak terhirup dalam jarak sangat dekat dan tidak tertelan, pada umumnya reaksi alergi yang timbul tergolong tidak ekstrem.

Apa yang Harus Dilakukan?

1# Setop pemakaian hand sanitizer yang dipakai saat ini. Untuk sementara beralih ke mencuci tangan dengan air hangat dan sabun (pembersih) berbahan alami.
2# Mengonsumsi obat antialergi. Salah satu contoh obat antialergi adalah cetirizine yang bisa mengusir gatal.
3# Berkonsultasi dengan dokter kulit atau ahli farmasi untuk memilih hand sanitizer yang aman sesuai kondisi kulit sekaligus mengatasi masalah kulit yang dihadapi.
4# Biasakan untuk menggunakan pelembap setiap hari. Kulit kering mudah mengalami iritasi. Namun beri jeda waktu beberapa saat setelah membersihkan tangan memakai hand sanitizer untuk membiarkannya membunuh kuman dan bakteri.
5# Tes lebih dulu hand sanitizer ke kulit sebelum membelinya. Jika tidak ada reaksi alergi, aman untuk digunakan. Namun tetap perhatikan perkembangan kondisi kulit selama beberapa hari.

 

 

 

 




Indonesia Raih “Best Tourism Villages 2024" UN Tourism untuk Desa Wisata dengan Sertifikat Berkelanjutan

Sebelumnya

Konten Pornografi Anak Kian Marak, Kementerian PPPA Dorong Perlindungan Anak Korban Eksploitasi Digital

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News