Ilustrasi sekolah tatap muka/ Net
Ilustrasi sekolah tatap muka/ Net
KOMENTAR

PEMBELAJARAN tatap muka (PTM) masih berpeluang besar memunculkan klaster-klaster baru. Sebab, tingkat vaksinasi Covid-19 pada anak sekolah, khususnya pada anak sekolah dasar (SD), masih terbilang rendah.

Meskipun pemerintah kian gencar mensosialisasikan imunisasi Covid-19 pada anak sekolah, dan jumlah vaksinasi orang dewasa sudah hampir mencapai target herd immunity, masyarakat tidak boleh lengah.

Ada beberapa titik yang bisa memunculkan kembali ledakan kasus positif Covid-19. Seperti dijabarkan oleh dr RA Adaninggar, SpPD, ada beberapa titik lengah yang harus diwaspadai oleh semua pihak untuk mencegah munculnya klaster sekolah.

1. Saat diperjalanan

Perjalanan menuju dan pulang sekolah menjadi titik lengah yang harus diwaspadai. Baik guru, murid, maupun pegawai sekolah lainnya wajib mengikuti protokol kesehatan dengan disiplin.

Mengapa? Selama perjalanan, menuju maupun pulang sekolah, murid maupun guru berinteraksi dengan banyak orang yang tidak serumah (di jalan/kendaraan umum).

Apalagi jika pemakaian masker tidak benar, kebiasaan pulang sekolah yang tidak langsung menuju rumah, namun berkumpul dulu dengan teman. Atau berkerumun untuk jajan di depan sekolah.

2. Di lingkungan sekolah

Beberapa hal yang menjadi titik lengah selama ada di lingkungan sekolah adalah kejujuran, baik dari murid maupun guru. Bisa saja ada yang tidak jujur, bahwa sebenarnya sakit namun memaksakan datang ke sekolah.

Atau, kebiasaan makan bersama di sekolah (anak-anak PAUD), ventilasi kelas yang tidak baik (penggunaan pendingin ruangan sehingga kelas tertutup rapat), dan durasi belajar yang lebih dari 4 jam.

Titik lengah selanjutnya adalah jumlah siswa yang melebihi kapasitas sehingga tidak ada jaga jarak. Adanya kerumunan di sekolah, seperti kegiatan olahraga, ataupun pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan semua pihak di sekolah.

"Ingat, interaksi tidak hanya terjadi di sekolah. Bisa saja saat anak bermain di rumah, mereka terpapar. Atau aktivitas lain yang dilakukan guru, juga sangat memungkinkan," tulis dr Ning di akun Instagramnya.

Untuk itu, lanjut dia, diperlukan beberapa prinsip guna mencegah munculnya klaster sekolah, yaitu jujur, empati, dan pengendalian diri.

1. Jujur

Jujurlah jika anak sedang sakit, atau ada guru yang tidak enak badan, atau bila ada anggota keluarga yang sedang tertular Covid-19.

Begitu pula jika berstatus sebagai kontak erat, usai berlibur ke daerah berpotensi tinggi Covid-19, maupun jika ada anggota keluarga lain yang memiliki penyakit penyerta.

2. Empati

Cara empati yang paling mudah adalah bersikap kooperatif saat petugas melakukan tes dan tracing. Sadar diri untuk tidak masuk sekolah jika memang terpapar, sadar diri untuk melakukan protokol kesehatan.

Lakukan vaksinasi dan berikan izin kepada anak yang sudah bisa divaksinasi. Tidak diperkenankan memaksa orangtua yang belum memberikan izin anak untuk melakukan PTM.

Untuk guru, berikan hak yang sama kepada murid yang melakukan pembelajaran tatap muka dan yang belajar secara daring. Dan, sekolah wajib peka kepada anggota sekolah yang memiliki komorbid.

3. Pengendalian diri

Konsistenlah menjaga protokol kesehatan, kendalikan diri untuk tidak makan bersama orang yang tidak serumah.

Pikirkan kembali ajakan berkumpul tanpa prokes yang ketat. Juga, jaga anak-anak dengan tidak melakukan aktivitas berisiko tinggi terpapar Covid-19.

"Tidak ada seorang pun yang aman sampai semuanya berlaku aman. Jadi, lindungilah anak Indonesia," pesan dr Ning.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News