KONTROVERSI kisah cinta Putri Mako berujung dramatis. Putri dari keluarga kekaisaran Jepang itu resmi menikah dengan laki-laki kalangan biasa yang sempat dijuluki media sebagai "laki-laki paling dibenci di Jepang", Kei Komuro (26/10/21).
Putri Mako rela melepas status sebagai anggota kekaisaran, rela melepas uang mahar 1,4 juta USD, dan berencana pindah ke New York dengan status sebagai warga biasa.
Tak ada tayangan televisi tentang pernikahan putri kerajaan yang biasanya membuat decak kagum. Putri Mako dan Kei menikah dalam suasana sederhana di kantor pencatatan pernikahan di Tokyo.
Setelah pernikahan, pasangan ini hanya menjawab lima pertanyaan dari media nasional yang telah disetujui sebelumnya.
Jalan menuju altar sungguh berliku. Sejak keduanya bertemu saat kuliah di International Christian University, Tokyo awal tahun 2000-an, media tak berhenti membicarakan asal-usul Kei yang sederhana dan tindakan Putri Mako yang dinilai tidak pantas bagi seorang anggota keluarga kekaisaran.
Mengumumkan pertunangan pada tahun 2017, rencana pernikahan di tahun 2018 tertunda karena Kei menghadapi tuntutan hukum. Saat itu, Kei dan ibunya dituduh oleh mantan tunangan Kei karena gagal membayar pinjaman 4 juta yen. Uang itu dipercaya Kei dan ibunya sebagai hadiah.
Kei lalu menggegerkan media sosial dengan membuat dokumen setebal 28 halaman berisi pengaturan keuangan dan rencananya mengembalikan uang itu kembali. Hal itu bersamaan dengan Putri Mako yang didiagnosis mengalami gangguan stres pasca-trauma akibat skandal hukum Kei tersebut.
Namun Putri Mako mengatakan bahwa Kei tidak tergantikan. Dan menurutnya, pernikahan adalah sebuah pilihan yang mereka butuhkan agar hati mereka bisa bahagia. Ia juga menyesalkan banyaknya kritik yang mengabaikan perasaannya dan bagaimana cerita bohong menyebar luas hingga tampak menjadi berita yang benar.
Tingginya keinginan untuk mengatur pernikahan Putri Mako salah satunya disebabkan menurunnya jumlah keluarga kekaisaran dan krisis suksesi. Hal itu kian diperburuk dengan penolakan kekaisaran yang berusia 1.500 tahun itu untuk mengizinkan perempuan menjadi kaisar. Putri Mako mengikuti jejak bibinya, Sakayo (putri Kaisar Akihito) yang menikah dengan seorang perencana kota di tahun 2005.
Jajak pendapat menunjukkan lebih dari 80 persen masyarakat Jepang memberi dukungan untuk perempuan menjadi kaisar dan diberi izin untuk tetap berada di keluarga kerajaan setelah menikah dengan warga negara biasa. Namun minoritas konservatif yang sangat vokal menentang setiap perubahan aturan suksesi demi melestarikan monarki turun-temurun tertua di dunia ini.
Empat tahun terakhir Putri Mako selalu diawasi media dan kekuatan konservatif Jepang. Kini, Putri Mako berencana untuk menetap di New York, Amerika Serikat mengikuti sang suami. Kei telah lulus dari Fordham Law School dan lulus ujian pengacara New York. Ia dilaporkan sudah bekerja di sebuah firma hukum terkemuka di Manhattan.
Sekilas tampak seperti kisah Harry dan Meghan, banyak pihak berharap Putri Mako tidak 'menonjolkan' diri saat memulai babak baru kehidupannya di Amerika. Terlepas dari keputusan Putri Mako menempa jalannya sendiri, budaya pengorbanan dan kepatuhan yang menjadi ciri keluarga kekaisaran diharapkan dapat terus melekat pada dirinya—meski dalam bentuk yang berbeda.
Dalam konferensi pers sebelum pernikahannya, Putri Mako mengatakan "Yang saya inginkan adalah menjalani kehidupan yang damai di lingkungan saya yang baru."
Selamat menempuh hidup baru, Mako Komuro.
KOMENTAR ANDA