SUSTAINABLE Muslim Fashion ISEF 2021 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) diharapkan dapat menjadi wadah akselerasi implementasi ekosistem fesyen muslim serta membangkitkan optimisme pelaku usaha syariah di masa pandemi.
Fashion Parade dalam rangkaian Sustainable Muslim Fashion Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 pada Kamis (28/10/21) menghadirkan keragaman budaya Indonesia yang sangat kaya juga akulturasi yang menambah indah keberagaman masyarakat Indonesia.
Hari kedua gelaran Sustainable Muslim Fashion ISEF 2021 menghadirkan rangkaian kegiatan exhibition dan fashion show busana muslim karya para perancang mode Indonesia dan anggota Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) sektor fesyen dan aksesoris yang telah menerapkan branding sustainable fashion dan optimalisasi inovasi serta pemanfaatan digitalisasi.
Dengan berbagai keunikan setiap daerah, para desainer kenamaan Indonesia dengan bebas mengeksplorasi wastra nusantara dengan filosofi yang ada di belakangnya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia di berbagai provinsi di Indonesia bekerja sama dengan para desainer berbakat Tanah Air mempromosikan kain tradisional khas daerah agar menjadi sumber kebangkitan perekonomian masyarakat lokal.
Rangkaian fashion show di Assembly Hall JCC diawali dengan Fashion Parade 2 yang menampilkan karya dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu x Rengganis; Forestree by Batik Blimbing dan Dekosi accessories by Bura'pia handcraft; Agus Sunandar; Batik Dwi Putro dan Batik Kampung Katak; Oase Gallery by Fitria Gustina berkolaborasi dengan accessories by D'Leonia Collection and Handicraft dan Bule Bule by Wjj accessories by Sumakul; Nina Nugroho; Tenun Bumpak Leny Fashion dan Tenun Sipirok; Batik Zaenal Gedog Swarnabhumi by Griya Batik Sri Rahayu dan accessories by Marco; Sasirangan Duan dan Batik Adi Busana by Sri Rahayu; dan Kursien Karzai.
Kemudian Fashion Parade 3 menampilkan koleksi dari desainer Nuniek Mawardi; Gaya Indonesia by TUTYADIB; Batik Prabulinggih; Vee House by Alvy Oktrisni; B.eco by Wiks Soemitro accessories by Na Handcraft; Batik Jambi Al-Fath dan accessories by Manika Kaltim serta Indah Mutiara Lombok; Alrafi by Ade Herman dan accessories by Amaopi; Zulvaa by Lailla Zulvaa dan accessories by LILARA; Tiyasa x Zya Indonesia; Swarna Alam by Yuli Hasan berkolaborasi dengan accessories by Alishamarsya dan Galeri Wong Kito; Meeta Fauzan; ELEMWE; Kasuari Batik; dan ditutup oleh koleksi dari Ayu Dyah Andari.
Sustainable Muslim Fashion ISEF tahun ini memberikan pengalaman berbeda bagi para desainer untuk mempresentasikan karyanya di atas runway dengan konsep teatrikal di Lower Lobby JCC.
Pada hari kedua, Fashion Presentation kembali menyampaikan pesan yang kuat tentang sustainable fashion dengan menampilkan karya pembuka dari NBRS x La Perle dengan tema Collabs for Blessing dan dilanjutkan dengan rangkaian karya dari Elsiera x Tya’s - Islamic Fashion Institute; Thiffa Qaisty x Rorokenes; OLANYE by Eko Tjandra x PYO Jewelry serta Songket by Kabupaten Batubara; IR & IR; Agung Bali Collection x Wati Bahalap Bags by WH Bali; dan Aninda Nazmi.
Setiap desainer memiliki kisah dalam proses pembuatan karya mereka.
Ada Batik Kampung Katak yang menghadirkan batik Bangka Belitung, dengan motif yang menggambarkan kemajuan pembangunan di kota Pangkalpinang tanpa melupakan kearifan lokal, salah satunya yaitu tudung saji. Bukan hanya sebagai penutup hidangan di atas meja, tudung saji juga biasa dipakai dalam acara Nganggung atau makan bersama saat memperingati Maulid Nabi Muhammad. Menggunakan material katun Bemberg dengan siluet A-line, busana Batik Kampung Katak menampilkan casual elegant look.
Lain lagi kisah Batik Dwi Putro. Seolah menjadi reinkarnasi akulturasi budaya China yang sejak lama terjadi di Tanah Air, lahirlah batik dengan desain dan motif yang terinspirasi masjid Cheng Ho dan sebuah jalan bernama gang Mahjong. Busana cheongsam bermotif batik dan lurik berpadu menjadi sebuah modern outfit dalam permainan warna gelap dan cerah.
Warna-warni kehidupan juga terpotret dalam koleksi bertema Retreat dari Rengganis. Kisah perjalanan hidup manusia menemukan cahaya setelah terombang-ambing dalam kegelapan pandemi diterjemahkan dalam busana yang didominasi warna kebiruan dipadukan warna netral seperti putih dan abu-abu yang menggambarkan kegundahan hati, dengan siluet longgar serta aksen rajut yang menyiratkan kehangatan. Koleksi ini juga memasukkan Batik Besurek khas Bengkulu dengan ornamen dekoratif yang terinspirasi tulisan Arab.
Kearifan lokal juga tersaji dalam koleksi Janggawari dari NINA NUGROHO. Kali ini koleksi NN terinspirasi keberdayaan perempuan Suku Baduy melalui aktivitas menenun. Kain tenun Janggawari didominasi warna alam dengan filosofi kukuh mempertahankan martabat Suku Baduy dari pengaruh budaya luar. Corak sederhana mencerminkan sikap hidup dan adat istiadat yang tetap dijaga ketat sebagai warisan nenek moyang.
NN menghadirkan 8 koleksi desain busana kerja dengan bahan taffeta Victoria berbalut tenun Janggawari dalam versi high end. Tak hanya siluet A-line yang dituangkan dalam konsep 2in1 fashion, koleksi terbaru NN ini juga menghadirkan long outer 2in1 dan disempurnakan aksesoris kancing Swarovski nan mewah.
ELEMWE memilih menghadirkan kemeriahan tradisi Ibu Kota dalam batik Betawi, salah satunya adalah sogan bajaj cokelat. Lily Mariasari sang desainer dikenal sebagai sosok yang selalu mendukung perajin batik Betawi untuk terus melejitkan inovasi dalam desain. Motif kesenian Betawi juga bangunan kebanggaan Jakarta. ELEMWE juga menampilkan koleksi outer yang bisa dikenakan laki-laki dan perempuan yang memadukan batik Betawi, tenun Betawi, serta songket.
Sesuai dengan tema besar New Normal is Sustainable Fashion, maka semua karya yang dihadirkan para desainer merupakan kontribusi nyata untuk gaya hidup berkelanjutan. Perlahan tapi pasti, para desainer Indonesia berkreasi dengan cerdas memanfaatkan kain-kain tak terpakai yang didaur ulang atau menggunakan cara ramah lingkungan dalam rantai produksi fesyen.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada kinerja ekonomi dan keuangan syariah global maupun domestik. Dalam tataran ekonomi dan keuangan syariah global maupun domestik, sektor yang terdampak paling besar adalah sektor pariwisata diikuti oleh sektor fesyen.
Meskipun kondisi perekonomian nasional sempat terpuruk akibat pandemi, lambat laun situasi mulai kondusif dan perlahan aktivitas ekonomi mulai berjalan. Inilah momentum yang tepat untuk kebangkitan kembali industri fesyen Indonesia khususnya fesyen muslim.
Panggung mode ISEF 2021 diharapkan dapat menstimulasi pelaku usaha fesyen muslim Tanah Air untuk bangkit dari pandemi dengan kreasi dan inovasi tanpa batas untuk menggerakkan kembali ekosistem bisnis fesyen demi mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dan produk halal dunia.
KOMENTAR ANDA