Bukan hanya menjadi perempuan tertinggi di Turki, Rumesya Gelgi juga menjadi perempuan tertinggi di dunia/ Net
Bukan hanya menjadi perempuan tertinggi di Turki, Rumesya Gelgi juga menjadi perempuan tertinggi di dunia/ Net
KOMENTAR

GUINESS Book of Record mencatatkan dan menobatkan perempuan asal Turki, Rumesya Gelgi (24) tahu sebagai wanita tertinggi di dunia dengan tinggi 215,16 sentimeter.

Lewat akun media social @rumeysagelgi, perempuan berkacamata ini juga menuliskan rekor terbarunya ini.

“Nama saya Rumeysa Gelgi dan saya adalah pemegang gelar Guinness World Records untuk wanita tertinggi yang masih hidup dan pemegang sebelumnya dari remaja wanita tertinggi yang masih hidup. Saya telah merahasiakan ini selama 3 bulan terakhir dan sekarang saya dapat dengan bangga mengumumkan gelar rekor dunia baru saya!” tulis Rumesya.

Dikutip dari rumesyageligi.com, tahun 2014, Rumesya  menerima gelar "remaja wanita tertinggi di dunia" secara resmi oleh Guinness World Records dengan tinggi  2,13,6 cm (7'0"). Lewat web resminya ini, Rumesya mengumumkan bahwa sejak ia mendapatkan rekor itu ia telah muncul di berbagai acara TV dan menjadi pemberitaan di berbagai media.

Rumesya menjelaskan jika tinggi badan yang dimilikinya ini karena mutase langka yang diidapnya, yaitu Sindrom Weaver. Sebuah keadaan dengan ukuran lahir yang besar, pertumbuhan cepat, tampilan wajah atipikal, tinggi badan, tangan dan kaki besar, hipertonia, hernia umbilikalis, kelainan bentuk tulang belakang , tulang dan otot yang lemah, struktur kerangka khusus dan pematangan kerangka dll.

Dituliskan oleh Rumesya bahwa ia adalah Sindrom Weaver pertama di Turki dan ke-27 di seluruh dunia. Ia sendiri didiagnosis di Universitas Hacettepe, Klinik Endokrinologi Anak, ketika  berusia satu tahun dan harus  menjalani operasi jantung terbuka karena masalah ASD+PDA sejak lahir.

“Setelah 9 bulan fisioterapi pada usia 5 tahun, saya bisa berjalan untuk pertama kalinya dengan alat bantu jalan. Saya berada di bawah pengawasan Departemen Endokrinologi Anak Universitas Marmara. Saya sembuh untuk percepatan pertumbuhan saya sejak September 2003 hingga Mei 2006. Pada awalnya, tinggi saya 1,72 cm (5'8"),” ujar perempuan kelahiran 1 Januari 1997.

Selain kerap melakukan berbagai operasi dan terapi karena mutase genetik yang dimilikinya ini, Rumesya menggatakan bahwa tidak pernah ke sekolah secara langsung tetapi menyelesaikan pendidikan saya melalui home schooling.

Untuk meningkatkan skillnya, selama karantina COVID-19 tahun lalu, ia mulai belajar Pengembangan Web. Rumesya menekuni ilmu ini  karena ia ingin  bekerja di industri Teknologi yang merupakan  impian masa kecilnya.

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News