HINGGA saat ini pro kontra tentang tes PCR (polymerase chain reaction) masih saja terjadi. Banyak masyarakat menanyakan mengapa harus tes PCR untuk syarat berbagai kepentingan? Meski harga tes PCR sudah turun dan relatif terjangkau, polemik ini masih ada.
Lewat akun Youtube Kominfo TV di acara Anda Bertanya IDI Menjawab, Kamis (29/10), Profesor Zubairi Joerban, Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjawab pertanyaan seputar tes PCR.
Q : Kenapa harus tes PCR saat akan bepergian?
A : Bulan Juli – Agustus lalu kasus meninggal setiap harinya lebih dari 2000. Untuk menjaga agar tidak kembali ke bulan Juli – Agustus dilakukan pengetatan antara lain dengan menunjukkan bukti vaksin dan PCR. Terutama untuk wilayah yang cukup padat perjalannya seperti di Pulau Jawa – Bali. Karena sudah terbukti secara ilmiah penularan melalui air travel termasuk tinggi. Karenanya diperlukan PCR. Apalagi varian Delta bisa menembus meskipun sudah vaksin dua kali.
Q: Sudah vaksin dua kali tapi tetap harus PCR. Buat apa?
A: Vaksin memang aman dan efektif untuk mencegah Covid-19. Namun sebetulnya belum 100% aman dan efektif untuk semua jenis vaksin. Sebagian dokter yang sudah vaksin pun masih kena Covid-19. Di Amerika meskipun vaksinnya sudah 180 juta, masih ada 30.000 masuk RS karena Covid-19. Meski prosentasenya kecil tapi kita tidak boleh mengabaikannya. Jadi memang harus waspada dan ketat. Jangan sampai kita kembali lagi ke bulan Juli – Agustus. Meskipun terkena, mereka yang sudah vaksin kondisinya akan lebih baik dibandingkan jika tidak vaksin. Indonesia pernah berada di peringkat nomor 1 untuk kasus meninggal harian, Alhamdulillah sekarang ada di peringkat 65. Makanya meski sudah vaksin dua kali harus tetap PCR.
Q : Berapa persen dapat diketahui terdeteksi Covid-19 lewar PCR?
A: Tes PCR saat ini merupakan Gold Standard terbaik untuk mendeteksi. Karena meski virus sudah hancur berkeping-keping tapi kalau diperiksa masih bisa terdeteksi apakah masih ada yang aktif atau tidak. Memang ada jenis pemeriksaan yang lain seperti Antigen, Anti Bodi, ataupun dulu pernah ada Genose. Antigen bagus tapi masih kalah dari PCR. Nah karena mau memperketat penyebarannya, pemerintah memilih PCR untuk untuk penerbangan Jawa-Bali sedang di luar Jawa – Bali yang penerbangannya tidak sepadat Jawa – Bali bisa Antigen.
Q : Saat ini harga tes PCR sudah murah, apakah tetap menjamin kualitasnya?
A: Itu yang harus dipastikan, dimonitor dan dievaluasi. Harus ada kunjungan ke labolatorium, pemerintah harus punya sistem pengawasan bahwa laboratorium yang memeriksa PCR megerjakan dengan baik dan benar, benar-benar punya peralatan yang lengkap dan terakreditasi, dokter yang menandatangani suratnya harus benar-benar bertanggung jawab. Jangan sampai pemeriksaan asal-asalan karena harga terlalu murah.
Q: Hasil PCR sudah negatif dan sudah vaksin dua kali apakah harus karantina juga?
A: Ini tergantung negara masing-masing. Jadi misalnya kita ke Amerika kita di sana harus karantina meski sudah vaksin dua kali dan hasil tes negatif. Harus karantina selama 7 hari. Cuma peraturan ganti-ganti saat ini boleh ditempat tujuan, kalau mau di hotel atau di tempat anak atau kerabat boleh karatina 7 hari nggak boleh keluar rumah walaupun negatif. Begitu juga turis yang masuk ke Indonesia. Meskipun tes PCRnya dilakukan dengan tes PCR yang paling canggih, ketika mereka masuk ke Indonesia juga harus dikarantina lima hari.
Q: Kenapa peraturan pemerintah berubah-ubah?
A: Karena pandemi ini sifatnya dinamis maka peraturan pun berubah-ubah. Itu justru bagus berarti mengikuti kondisi yang ada. Kalau peraturannya sama tidak ada perubahan mengikuti perkembangan pandemi itu tidak bagus.
Q: Saat seorang sedang flu melakukan PCR apakah akan terdeteksi Covid-19?
A: Nggak bisa, jadi tes PCR mendeteksi SARS Co-2, tidak bisa mendeteksi virus influenza.
KOMENTAR ANDA