Dalam Islam, ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya/ Net
Dalam Islam, ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya/ Net
KOMENTAR

TIDAK tanggung-tanggung Allah menyanjung tingginya kedudukan orang berilmu, derajatnya bertakhta dengan mantap bersama dengan orang-orang beriman. Apabila Anda beriman sekaligus berilmu, maka luar biasa sekali derajat yang dimiliki. Percayalah!

Hal ini ditegaskan oleh Allah pada surat Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”

Ya, betapa tidak hebat orang berilmu, cermati saja kejadian pada masa Nabi Sulaiman. Ratu Bilqis yang berkuasa di negeri Saba’ memiliki kerajaan yang megah. Sebelum sang ratu datang berkunjung, Nabi Sulaiman ingin singgasana milik ratu Bilqis dihadirkan terlebih dulu.  

Jin Ifrit mengajukan diri, tersebut dalam surat An-Naml ayat 39, yang artinya, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu.”

Wow, hebat sekali jin ini, dia mampu mendatangkan singgasana dari tempat teramat jauh dalam tempo waktu singkat. Janjinya pun mentereng, dari Nabi Sulaiman duduk menuju berdiri, sebelum itu dijamin pesanan sudah datang.

Ternyata ada manusia yang lebih hebat berkat ilmunya, surat An-Naml ayat 40, yang artinya, “Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”

Wow, ini jelas lebih dahsyat! Sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip, pesanan pun datang.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur`an menerangkan, yang dapat kita pahami bahwa dia seorang mukmin yang memiliki hubungan dengan Allah. Dia dianugerahi secara rahasia kekuatan besar yang tidak dapat digambarkan dengan dimensi ruang dan waktu.

Alangkah hebatnya orang yang berilmu, jin saja kalah. Memang pantas Allah memberi derajat tinggi bagi orang berilmu.

Karena ilmu itu membuat manusia berkembang teramat dahsyat. Misalnya, kini Covid-19 boleh saja memukul mundur umat manusia terkurung di rumah mereka, dan mengalami kemerosotan ekonomi.

Akan tetapi manusia tidak kunjung menyerah, dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini, banyak lahir orang-orang kaya baru, yang meraup rupiah hingga dolar dari smartphone, sambil bersantai di rumahnya.

Waspadalah!
Waspadalah!
Waspadalah!

Kok harus waspada sih?

Karena ilmu yang tanpa adab dapat berujung pada malapetaka.

Bagaimana jadinya ilmu tanpa ditamengi dengan adab?

Biar enak ceritanya, mari kita buat perumpamaan!

Nuklir merupakan ilmu yang hebat. Konon, nuklir dapat menghasilkan tenaga listrik luar biasa. Bagaimana jadinya kalau pemegang ilmu nuklir itu tidak beradab? Nuklir dapat dijadikannya senjata pemusnah massal, yang dapat membunuh jutaan nyawa hanya dalam sekejap mata.

Sampai di sini tentu kita telah paham mengapa adab senantiasa ditekankan bagi penuntut ilmu.

Jamak diketahui kalau sebelum masuk dalam materi pelajaran di lembaga pendidikan agama, terlebih dulu yang dikaji oleh para pelajar adalah adab-adabnya. Karena tanpa adab, ilmu akan bisa salah pakai, bisa memangsa kehidupan manusia.

Dengan demikian, perlu bagi kita memahami pandangan Islam terkait dengan adab dan ilmu.
Ahmad Alim dalam buku Filsafat Ilmu Perspektif Barat & Islam menyebutkan, dalam Islam, ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya.

Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai (al-maghdhubi alaihim), sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan (al-dhallin).

Karena, ilmu tanpa adab juga membuat orang lepas kendali. Salah satu yang berbahaya adalah munculnya kesombongan. Kita semua sudah tahu apa jadinya jika sombong telah bersemi, ya, kita tidak akan jauh perangainya dari iblis atau setan.

Lagi pula apanya yang mau kita banggakan dari ilmu yang dimiliki? Bukankah Allah telah mengingatkan dalam surat Al-Isra’ ayat 85, yang artinya, “Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Ilmu yang kita miliki bagaikan setitik air di tengah samudera teramat luas. Sudahlah yang dimiliki hanya sedikit, apa yang mau disombongkan? Kalau cuma sedikit yang dipunyai, artinya kita ini miskin. Nah, sudahlah miskin sombong pula, lucunya dimana coba?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur