KISAH inspiratif kali ini datang dari anak seorang penjahit di Sumatera Barat, yang sukses berkarier di Perancis. Siska Hamdani berhasil membuktikan bahwa materi tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk terus belajar dan membuktikan diri bahwa ia mampu menjadi salah satu orang penting di perusahaan internasional.
Siska adalah anak seorang penjahit pakaian di Nagari Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Keterbatasan ekonomi dari orangtua, tidak membuat Siska patah semangat. Ia giat belajar demi menggapai cita-cita.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, wanita kelahiran 25 Januari 1980 ini sudah menunjukkan prestasinya. Siska berhasil menyabet juara umum dan masuk ke SMP favorit di Solok.
Anak pasangan Yulizar (69) dan almarhumah Yasma Erni ini kembali berprestasi di SMP. Pihak sekolah sering mengikutsertakannya ke sejumlah perlombaan, salah satunya lomba-lomba bahasa Inggris. Dan bisa ditebak, Siska lulus SMP sebagai juara umum.
Melanjutkan sekolah di Kota Padang, Siska memilih Sekolah Menengah Analisis Kimia Padang (SMAKPA). Tahu akan keterbatasan ekonomi keluarga, Siska selalu berprestasi dan menjadi juara umum serta berhasil mendapat beasiswa penuh di sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Perindustrian ini.
Tak berhenti sampai di situ. Siska yang haus akan prestasi kembali mencatatkan diri sebagai penerima beasiswa Bumi Asih lantaran IPK saat kuliah di Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP) mencapai 4,0.
"Dari ATIP, seorang profesor Universitas Andalas Prof Novesar Jamarun, menyarankan saya untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya senang sekali dan juga bingung, karena saat itu ekonomi keluarga pas-pasan," kenang Siska.
Gayung pun bersambut. Teman Siska sewaktu di SMAKPA yang sudah bekerja di Jakarta, membantunya meminjamkan uang sebesar Rp 4 juta untuk kuliah di UGM. Dan pada 2002, Siska mencatatkan diri sebagai mahasiswa di Jurusan Kimia, Fakultas MIPA UGM.
Perjalanan Siska di UGM pun tak mulus, lagi-lagi ekonomi menjadi kendala. Tapi ia tak patah arang. Siska kembali mengejar beasiswa agar bisa menamatkan pendidikannya di UGM.
Usai menyandang gelar Sarjana, Siska langsung diterima bekerja di perusahaan Buckman Laboratories (Asia) PTE Ltd, sebuah perusahaan multinasional asal Amerika.
Di pertengahan 2005, Siska mendapat 3 tawaran beasiswa. Salah satunya beasiswa France Exellence di Ecole Nationale Superieure de Chimie de Montpellier, yaitu beasiswa di universitas yang keahlian kimianya sangat terkenal di dunia.
"Selain karena keahlian kimia Perancis sangat terkenal, motivasi saya kuliah di sana juga karena ingin mempelajari bahasanya, karena bahasa Inggris saya sudah fasih. Di sana saya juga mendapat summer class selama dua bulan belajar bahasa Prancis yang biayanya ditanggung penuh oleh Pemerintah Prancis," kata dia.
Lulus dengan skala 18,5 dari 20, Siska melanjutkan program PhD bidang polimer untuk kabel tegangan tinggi di Universite Montpellier II. Disertasinya tentang silikon untuk aplikasi pada suhu tinggi seperti kabel keamanan dan penelitian dasar terkait pengisian mineral, mekanisme tahan api, telah dipatenkan dan dipublikasikan.
Tercatat ada 5 buku yang berhasil dipatenkannya. Dan program doktoral tersebut juga hadiah dari seorang Rusia yang tertarik dengan inovasi terbarunya.
Tetap Warga Negara Indonesia
Meskipun berkarier, menetap, dan menikah dengan pria berkebangsaan Perancis, Siska tetap seorang Warga Negara Indonesia (WNI). Sampai sekarang ia tetap memegang paspor hijau dan tidak pernah terbersit untuk berpindah kewarganegaraan.
Dan sejak Oktober 2018, ibu dua anak ini tercatat bekerja di Electricite de France S.A (EDF) dan ditempatkan sebagai spesialis polimer di Edvance yang merupakan anak perusahaan EDF.
"Sukses bisa kita raih dengan cara giat belajar dan gigih, tidak mudah putus asa. Semua harapan bisa kita capai asalkan ada kemauan dan perjuangan," demikian Siska.
KOMENTAR ANDA