ORANGTUA selalu menginginkan anak menjadi pribadi yang lebih baik. Demikian juga dalam hal menjadi seorang Muslim. Kita sebagai orangtua ingin anak-anak kita menjadi Muslim yang lebih kuat iman, Islam, dan ihsan dibandingkan orangtua mereka.
Salah satu pedoman yang bisa membawa keluarga menjadi sakinah mawaddah wa rahmah serta sukses dunia dan akhirat adalah dengan Alquran.
Bagaimana Alquran bisa membawa kesuksesan bagi kita?
"Ada banyak kiat bagaimana kita bisa dekat dengan Alquran. Namun kunci utama, hal nomor satu yang harus kita lakukan adalah menjadikan Alquran sebagai kenikmatan dalam hidup," ujar Ustaz Mahmudin, S. Pd.I, S.Th.I saat mengisi seminar parenting bertema "Sukses Dunia dan Akhirat dengan Alquran" yang digelar di TKIT Al Kautsar Masnaga, Bintara Jaya (30/10/21).
Menurut Ustaz Mahmudin, banyak orangtua menjadikan Alquran sebagai beban, terutama ketika belum bisa membacanya dengan baik dan benar. Tak heran banyak orangtua ingin anak mereka menjadi lebih baik dalam mengaji dengan mengirim anak bersekolah di sekolah Islam atau memanggil guru mengaji ke rumah.
Padahal, orangtua sejatinya menjadi uswah hasanah bagi anak. "Iringilah kebaikan dengan kebaikan lain. Jika kita ingin anak-anak menjadi hafiz/ hafizah Quran, alangkah lebih baik jika kita sebagai orangtua mendekatkan diri dan mempelajari Alquran lebih giat," ujar ustaz yang kini menjadi kandidat S2 Fakultas Agama Islam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Assyafi'iyah.
Ketika orangtua sudah bisa menjadikan Alquran sebagai nikmat yang membahagiakan, maka kita akan membagikan kenikmatan tersebut kepada orang-orang terdekat kita, terutama anak-anak.
Bagaimana pun, anak akan melihat seberapa besar orangtuanya mengapresiasi Alquran dalam kesehariannya. Anak akan meniru apa yang dilakukan orangtua. Jadi jika kita mengharap anak bisa intens mempelajari Alquran sementara kita tak mendekat pada Alquran, itu hanya akan menjadi impian semu dan angan belaka.
Setelah kita meyakini bahwa Alquran adalah sebuah kenikmatan, barulah kita akan merasa senang untuk berinteraksi dengan ayat-ayat Allah. Mulai dari belajar membacanya sesuai tajwid, menghafal, menadaburi Alquran, mengamalkan, hingga kemudian berdakwah untuk menyiarkan isi Alquran.
Ketika berbicara tentang Alquran sebagai sebuah kenikmatan, kisah Abdullah bin Mas'ud menjadi teladan bagi kita.
Sahabat Nabi Muhammad tersebut dikenal memiliki suara yang indah dalam membaca Alquran. Nabi pun sering meminta Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan ayat-ayat quran untuk beliau.
Suatu ketika, Abdullah bin Mas'ud meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk membaca Alquran di depan ka'bah. Saat itu adalah masa awal dakwah Rasul. Berkali-kali ia meminta izin, berkali-kali pula Rasul menolaknya.
Hingga akhirnya Rasul pun mengizinkan. Abdullah bin Mas'ud dengan bahagianya membaca Alquran dengan suara keras di depan ka'bah. Dari awal membaca hingga selesai, semua yang hadir mendengarkan dengan takjub. Terpesona. Namun begitu selesai, ia langsung menerima siksaan fisik berupa tendangan dan pukulan dari kaum Quraisy yang membenci dakwah Muhammad.
Kapokkah Abdullah bin Mas'ud? Sama sekali tidak!
Ia malah menawarkan diri kembali untuk terus membacakan ayat-ayat Allah di hadapan para musuh Islam. Dan itu ia lakukan tak lain karena kenikmatan yang dirasakan saat melantunkan ayat-ayat Allah. Rasa sakit akibat siksaan kaum Quraisy tidak terasa ketika dia berinteraksi dengan quran.
Ingatlah selalu bahwa iman kita bisa naik dan turun. Ketika kita terbiasa melakukan kesalahan demi kesalahan, hal itu bisa sangat berbahaya karena membuat kita merasa nyaman berbuat dosa. Jangan biarkan itu terjadi, jangan pernah menjauh dari Alquran yang membawa kenikmatan dunia akhirat.
KOMENTAR ANDA