Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

TANGGAL 14 November setiap tahun diperingati sebagai World Diabetes Day (WDD) atau Hari Diabetes Sedunia. WDD merupakan kampanye kesadaran global terhadap diabetes melitus yang pertama kali diperingati Federasi Diabetes Internasional (IDF) dan World Health Organization (WHO) pada tahun 1991.

Dalam rangka memperingati World Diabetes Day 2021 bertema Access to Diabetes Care: If Not Now, When?, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan media briefing virtual mengenai Update Penanganan Diabetes pada Anak beserta Teknologinya, Sabtu (13/11/21).

Kampanye global tentang kesadaran terhadap diabetes menjadi penting karena setiap tahun terjadi peningkatan angka penderita diabetes melitus di seluruh dunia.  Data WHO menyebutkan bahwa peningkatan ini tak hanya terjadi pada kasus orang dewasa tapi juga pada kasus anak-anak.

Bagaimana dengan jumlah kasus diabetes di Indonesia?

Prof. Dr. dr. Aman B. Pulungan selaku Ketua Program Changing Diabetes in Children mengatakan bahwa jumlah anak penderita diabetes selama 10 tahun terakhir meningkat 500%. Mengingat kondisi tersebut, akses pengobatan diabetes melitus seperti insulin maupun obat lainnya harus bisa dipenuhi untuk seluruh anak Indonesia di 34 provinsi.

Dalam acara pengarahan virtual ini, Ketua Umum IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik utama pada anak yang dapat berisiko untuk proses tumbuh kembangnya.

“Ada dua jenis diabetes yang umumnya dialami oleh anak, yakni DM  tipe 1 dan tipe 2. Menurut data IDAI pada bulan Maret 2021, ada sekitar 1.282 anak di Indonesia menderita DM tipe 1. Namun jumlah sebenarnya jauh lebih banyak dari itu karena Indonesia memiliki kendala dalam pencatatan. Ada pasien yang tidak berobat atau justru keburu meninggal sebelum tiba di layanan kesehatan,” ujar dr. Piprim.

Ketua IDAI juga mengatakan pentingnya edukasi dan kesadaran orangtua terhadap penyakit DM atau kencing manis yang bisa juga diderita anak-anak.

"Tata laksana pada anak (terbilang) sulit. Yang paling murah dan paling gampang adalah intervensi dari sisi lain, dalam hal ini tentu ada peran orangtua dan media untuk mengedukasi. Adapun peran orangtua penting untuk membentuk pola makan anak-anak,” kata dr. Piprim.

Untuk mencegah DM terjadi pada anak-anak, dr. Piprim memberikan saran untuk mencegah dengan cerdik dan mengelola dengan patuh. Sejak dini, biasakan anak untuk tidak mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti makanan yang mengandung karbohidrat buatan, minuman manis, juga junk food.

Faktor Penyebab Diabetes

Dikutip dari akun Instagram @idai_ig, pada anak dikenal dua jenis diabetes. Pertama, DM tipe 1 dengan kadar insulin rendah akibat kerusakan sel beta pankreas dengan faktor genetik sebagai penyebabnya. Kedua, DM tipe 2 yang disebabkan resistensi insulin akibat gaya hidup tidak sehat dan kegemukan.

DM tipe 1 adalah yang paling banyak diderita anak-anak. DM tipe memerlukan pengobatan seumur hidup (sampai dewasa). Karena itulah dibutuhkan pemahaman yang baik dari orangtua agar tumbuh kembang anak dapat berjalan secara optimal.

Adapun gejala klinis DM di antaranya, anak cederung banyak makan, sering buang air kecil terkadang mengompol, penurunan berat badan drastis hingga 6 kg selama dua bulan, sering lapar, mudah lelah, penglihatan kabur, kulit sering terasa gatal dan kering, serta rasa kebal dan kesemutan di kaki.

Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia, dr. Piprim mengajak seluruh orangtua Indonesia untuk menghadapi diabetes dengan cerdik dan sigap.

“Mari kita kenali gejala diabetes anak sejak dini dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan yang ada. Kemudian kita kelola dengan sebaik-baiknya agar tidak timbul komplikasi yang tidak diharapkan. Hindari maksimal makanan dengan indeks glikemik tinggi, usahakan agar anak terus berolahraga, tidak malas bergerak, agar tumbuh kembangnya tetap optimal meskipun dia mengidap dabetes,” pesan dr. Piprim.

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health