KOMENTAR

DUNIA kedokteran Indonesia, khususnya Morula IVF Surabaya (@morulaivfsurabaya), berhasil mengukir terobosan dalam teknologi medis. Aisyah Finanti, perempuan asal Sumenep, Madura, melahirkan bayi perempuan pada Kamis (11/11/21) dari embrio yang telah dibekukan sejak 6 tahun silam.

Momen kebahagiaan ini diunggah pertama kali oleh dr. Benediktus Arifin, MPH, Sp.OG(K) atau biasa disapa dr. Benny lewat akun media sosialnya yang sudah terverifikasi.

“Puji Syukur kepada Yang Maha Kuasa, hari ini momen penuh kebahagiaan datang dari salah satu pasangan yang meniti buah hati @morulaivfsurabaya. Pasangan Aisyah Fiyanti dan Rifki yang sudah lama menikah (12 tahun), 6 tahun yang lalu (2015) mengawali proses bayi tabung dan berhasil lahir Achmad Rifansyah (Evan) anak laki-laki pertama mereka di tahun 2016.

Kemudian pasangan ini melakukan Frozen Embryo Transfer (FET) lagi di tahun 2021 dari embryo yang telah disimpan selama 6 tahun lalu. Dan berhasil hamil lagi dengan sehat hingga lahirnya Khadijah Adzkiya pada tanggal 11.11.2021 hari ini,” tulis dr. Benny pada akun @drbennyarifin.

Dituliskan juga oleh dr Benny, putra pertama Aisyah bernama Evan yang kini berusia 6 tahun tersenyum melihat ‘saudara kembar’nya, Adzkiya.

“Karena berasal dari embrio yang sudah di-frozen selama 6 tahun, kini baby Adzkiya menjadi girl in one of the "oldest" baby Morula Surabaya di tahun 2021.

Bagi saya, momen ini merupakan pengalaman dan berita gembira. Tuhan memberikan lagi kesempatan kepada saya untuk menyaksikan kuasaNya yang luar biasa melalui pasangan ini. Ini juga sekaligus menjawab beragam pertanyaan dan keraguan tentang berapa lama embryo bisa disimpan.

Jawabannya: belum ada batasan waktu tertentu,” tulis dr. Benny.

Lalu bagaimana kisahnya hingga Aisyah bisa melahirkan dengan embrio yang dibekukan?

Melalui sambungan telepon, Aisyah membagikan ceritanya secara eksklusif kepada Farah.id.

Menurut Aisyah, ia dan suaminya Rifki, cukup lama menantikan hadirnya buah hati di tengah-tengah mereka. Berbagai usaha sudah mereka lakukan hingga akhirnya atas saran dr. Rahmi, ia dan suaminya direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dr. Benny di Surabaya untuk menjalani program kehamilan.

Berikhtiar kehamilan, meski jarak Sumenep – Surabaya terbilang jauh, hingga 5 jam perjalanan darat, ia dan suaminya menemui dr. Benny. Dari konsultasi dengan dr. Benny di tahun 2015, dihasilkan 10 embrio lewat teknologi bayi tabung.

“Dari 10 embrio, 3 embrio dimasukkan ke rahim saya. Namun upaya ini gagal. Hingga satu tahun berikutnya kami mencoba lagi. Dokter memasukkan 2 embrio. Alhamdulillah satu berhasil. Embrio inilah yang kemudian lahir menjadi anak pertama kami di tahun 2016,” ujar Aisyah yang berprofesi sebagai guru kimia di SMA ini.

Semakin beranjak besar anak pertama mereka, pasangan ini memutuskan untuk memiliki anak lagi. Mereka berencana berkonsultasi lagi ke dr. Benny. Namun terjadinya pandemi Covid-19 menghentikan langkah mereka.

“Covid menghentikan langkah kami. Membayangkan perjalanan darat selama 5 jam yang harus ditempuh di tengah kondisi kasus Covid-19 yang sedang tinggi, pasti akan merepotkan untuk proses bolak-baliknya. Karena itulah kami putuskan untuk menundanya,” tutur Aisyah.

Memasuki awal tahun 2021, mereka mengikuti program bayi tabung menggunakan Frozen Embrio Transfer yang sudah disimpan selama 6 tahun. Dari dua embrio yang ditransfer, hanya satu yang berhasil.

Embrio yang berhasil berkembang itulah yang kemudian menjadi anak kedua pasangan ini yang berjenis kelamin perempuan.

“Sekarang masih 3 embrio lagi yang dibekukan. Belum tahu nantinya akan kami pakai atau tidak, mengingat usia saya sekarang sudah 37 tahun,” ujar Aisyah menutup pembicaraan dengan Farah.id.

Meski tak menyebutkan angka spesifik, Aisyah mengatakan biaya untuk Frozen Embrio ini terbilang mahal. Ia dan suaminya harus membayar embrio yang dititipkan ini dengan periode bayaran secara bulanan.

Mengutip alodokter, Frozen Embrio Transfer adalah salah satu metode terbaru dari program bayi tabung yaitu teknologi baru yang disebut dengan frozen embryo transfer atau transfer embrio beku.

Metode ini merupakan pengembangan yang dilakukan oleh para pakar guna meningkatkan peluang kehamilan untuk pasien. Prosedur ini dapat menjadi alternatif pilihan untuk dijalani, jika ada kondisi tertentu yang menyebabkan pemindahan embrio harus ditunda terlebih dahulu.
 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News