Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BERUNTUNGLAH kaum Muslimin yang rajin menadaburi Al-Qur’an. Karena di antara ayat-ayatnya menyingkap kejadian yang amat futuristik, seperti dialog antara penghuni neraka dengan Tuhan.   

Salah satunya tertera dalam surat Al-Fathir ayat 37, yang artinya, “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.’ (Dikatakan kepada mereka), ‘Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”

Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam buku Tamasya ke Negeri Akhirat menerangkan, dari Qatadah, Ma'mar berkata, “Suara orang-orang kafir di neraka seperti suara himar, awalnya isakan dan tarikan napas panjang kemudian berakhir dengan teriakan keras.”

Ahli neraka merasakan siksa yang sangat pedih bertambah pedih, mereka meminta pertolongan, padahal pintu neraka Jahanam tertutup atas mereka.

Kita menghargai penjelasan Ma’mar tersebut meski belum ada satu pun manusia yang kembali dari neraka dan menceritakan kondisi di sana.

Tidak ada yang akan benar-benar berhasil mengungkapkan dahsyatnya siksa neraka beserta kengerian yang menyertainya, tidak terkecuali tulisan ini. neraka. Kengerian yang dirasakan penghuni neraka tak terjangkau oleh imajinasi manusia. Tentulah penyebabnya siksa yang teramat pedih, yang kemudian berujung jeritan kepiluan.

Lalu mengapa Allah Swt. menolak permintaan para penghuni neraka untuk kembali ke dunia padahal mereka berjanji akan mengerjakan kebajikan dan amal saleh?

Bagaimana pun, penyesalan selalu datang terlambat. Keinginan para penghuni neraka tersebut menjadi sesuatu yang mustahil. Karena ketika manusia telah meninggalkan dunia yang fana menuju akhirat yang kekal abadi, tidak ada jalan untuk kembali pada kefanaan dunia.

Dan bukan hanya menolak permintaan tersebut, Allah Swt. menguraikan secara mendetail alasan penolakan tersebut dalam ayat ke-37 surat Al-Fathir tersebut.

Pertama, bukankah telah diberikan umur yang panjang.

Umur adalah salah satu hal yang paling sering disia-siakan manusia. Masa kanak-kanak dan remaja berjalan begitu cepat. Tanpa terasa kita telah mendewasa, menikah, dan berkeluarga. Tentang ajal, tak bisa kita menerka kapan maut akan datang.

Yang paling malang adalah orang yang mengisi umurnya bukan lagi dengan kesia-siaan, melainkan dengan kejahatan atau kedurhakaan. Umur yang panjang malah menambah panjang daftar dosa, lalu menjerumuskannya ke neraka.

Kedua, bukankah telah ada kesempatan berpikir.

Akal pikiran juga tanpa terasa telah tersia-siakan dengan memikirkan hal-hal yang tiada berguna. Padahal akal pikiran kita lebih bermanfaat jika dipakai memikirkan amal-amal kebajikan.

Celakanya lagi, tidak sedikit orang yang memperalat akalnya menimbun dosa demi dosa. Segalanya seperti tak terasa. Ada yang tersadar akan dosa beberapa saat sebelum kematian mendatanginya. Namun tak sedikit pula yang tak sempat berpaling dari maksiat dan dosa sementara ia telah dipanggil menghadap Yang Mahakuasa.

Ketiga, bukankah telah datang pemberi peringatan.

Allah Swt. telah mengutus nabi sebagai pemberi peringatan tentang pedihnya siksa neraka. Berbagai peringatan itu bahkan tertera dalam kitab suci dan hadis-hadis nabi. Peringatan itu telah ada, telah datang, dan telah berulang-ulang, akan tetapi kesadaran itu pula yang sayangnya tidak kunjung datang.

Tak hanya tentang alasan, Allah Swt. juga menjelaskan dua konsekuensi bagi para penghuni neraka.

Pertama, rasakanlah azab.

Neraka tidak menyediakan apa pun kecuali siksa yang pedih. Saat itulah jeritan-jeritan ngeri terdengar. Namun janji Allah Swt. tidak mungkin dihindari, termasuk janji adanya siksa neraka. Dan siapa pula yang dapat menolak itu?

Kedua, tidak ada penolong bagi orang-orang zalim.

Bukan hanya siksa yang menyedihkan, penghuni neraka juga dijamin mustahil memperoleh penolong. Mengapa? Karena perbuatan-perbuatan zalim mereka selama di dunia yang menjadi penghalang datangnya pertolongan.

Ingatlah, sebaik-baiknya penolong adalah Allah Swt. Bagaimana penghuni neraka akan mendapatkan pertolongan ketika selama di dunia perbuatannya hanyalah mengecewakan Allah?

Demikianlah surat Al-Fathir ayat 37 menceritakan kejadian futuristik tentang manusia yang tak akan bisa kembali ke kehidupannya di dunia setelah sampai di akhirat.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur