HIJABERS Community (HC) menggelar Pengajian Akbar 2021 secara virtual pada Sabtu, 27 November 2021. Mengambil tema besar tentang hijrah, Pengajian Akbar ini terbagi ke dalam dua sesi yaitu Hijrah Cinta dan Hijrah Finansial.
Pengajian Akbar merupakan acara tahunan HC dan tahun ini menjadi kali kedua diadakan secara virtual di tengah pandemi Covid-19. Selain digelar lewat Zoom, Pengajian Akbar juga disiarkan di kanal YouTube Hijabers Community. Sesi pertama yang dipandu Kaditha Ayu ini berlangsung pukul 09.00 – 11.00 WIB dan diikuti lebih dari 200 peserta.
"Mudah-mudahan HC bisa segera menggelar acara secara offline., semoga bisa di tahun depan. Namun untuk tahun ini Pengajian Akbar masih digelar secara online mengingat kondisi yang belum memungkinkan. Semoga teman-teman tetap semangat mengikuti pengajian HC ini," ujar Putri Dwi Andari, Ketua Umum Hijabers Community dalam sambutannya.
Pada Sesi 1 Hijrah Cinta dengan judul "Bukan Cinta Biasa", HC menghadirkan Ustazah Haneen Akira.
Ustazah muda lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu mengajak para peserta pengajian untuk merasakan cinta yang bukan cinta biasa kepada Allah Swt. Bagaimana agar di tengah sekian banyak ihwal duniawi yang membuat kita jatuh cinta, entah itu kepada manusia lain atau harta, kita tetap mampu untuk berjuang dalam berhijrah kepada Allah.
Bagaimana cara terbaik untuk berhijrah?
Umi Haneen menjelaskan bahwa kita sudah seharusnya meneladani Rasulullah untuk bisa berhijrah.
"Untuk mencapai kesempurnaan Allah, kita tidak akan bisa. Karena Allah bukanlah makhluk. Tapi kita bisa melihat sosok manusia yang diberi kesempurnaan oleh Allah, yaitu Rasulullah. Bermodalkan suka, cinta, dan bonding kepada Rasul, kita bisa meneladani akhlak, ihsan, hikmah, dan kejujuran beliau. Dan (terutama) menghadirkan kesabaran yang pernah dilalui Rasul kala berhijrah," ujar Umi Haneen.
Siapa menyangka, Muhammad saw. juga pernah berada dalam sebuah masa kegelapan. Ketika beliau merasa gundah menyaksikan kehancuran akhlak, moral, dan kemanusiaan masyarakat Mekkah di zaman jahiliyah. Beliau ingin mengubah kondisi tersebut tapi tidak tahu harus bagaimana memulainya.
Proses hijrah Rasulullah, menurut Umi Haneen, digambarkan secara singkat dalam tiga ayat pertama surah Al-Muddassir.
Pada saat itu kehidupan Rasul bisa dikatakan sejahtera dan tak kurang suatu apa pun, dengan istri yang sangat baik, anak-anak yang sehat, juga ekonomi keluarga yang berkecukupan. Namun kegelisahan melihat kondisi rusak masyarakat Mekkah pada akhirnya menuntun beliau kepada Cahaya, satu-satunya sumber cahaya di langit dan di bumi, Dialah Allah Swt.
Ya ayyuhal muddassir, qum faandzir, wa rabbaka fakabbir. "Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan, dan agungkanlah Tuhanmu."
Allah Swt. menyuruh Nabi Muhammad saw. bangkit dari zona nyaman demi memenuhi panggilan Allah untuk mengambil tanggung jawab dan berhijrah. "Bangkit, bangun, dan ambillah tanggung jawabmu. Untuk membawa umat dari kegelapan menuju cahaya, juga dari kesenjangan, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dalam urusan ekonomi, politik, juga kemanusiaan. Bangkitlah dan pikul tanggung jawabmu," terang Umi Haneen tentang perintah Allah kepada Rasulullah.
Yang dilalui Rasulullah sepanjang periode dakwahnya bukan tanggung jawab yang ringan. Kehidupan Rasulullah dipenuhi pengorbanan, baik materi, tenaga, fisik, juga mental. Dan Rasulullah menyempurnakan hijrahnya dengan kesabaran tanpa batas.
Perjuangan hijrah Rasulullah seharusnya menjadi penyemangat kita untuk bisa mendekat kepada Allah.
Ketika kecintaan terhadap dunia menghalangi kecintaan kita kepada Allah, hal pertama yang harus kita lakukan adalah melakukan adjustment (penyesuaian) pada diri kita: semua harus menuju Allah; baik mindset, gaya hidup, maupun perilaku sehari-hari. Kita mesti memperbanyak doa agar Allah menyingkirkan semua yang menghalangi rasa cinta kita kepada-Nya.
"Siapa yang menginginkan akhirat, maka dunia sudah pasti mengikuti. Namun jika kita menghamba pada dunia, mencandu dunia, bahkan tenggelam dalam dunia, maka akhirat akan hilang. Ini menjadi kerugian terbesar!" ujar istri Ustaz Hanan Attaki ini mengingatkan.
Jika pilihannya adalah dunia atau Cahaya, seharusnya kita tidak merasa kesulitan memilih karena kita sudah mempunyai komitmen "aku hijrah".
Hijrah bukan tujuan, hijrah adalah langkah pertama kita untuk mendekat kepada Allah Swt. Perjalanan hijrah tidak ada seorang pun mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari; bagaimana kegelapan dan kesulitan yang mungkin menghadang.
Karena hijrah adalah proses berjenjang memiliki tingkatan berbeda, setiap mukmin menjalani proses hijrah sepanjang hidupnya. Ia jatuh, berusaha meraih Cahaya, lalu bangkit dan naik tingkat. Begitu seterusnya.
Hingga pada akhirnya proses hijrah kita menjadi sebuah pola yang kita pahami dengan baik. Dan kita tahu bahwa pertolongan Allah akan selalu datang saat kita telah menjalankan segenap ibadah dan berpasrah.
Umi Haneen menambahkan bahwa kecintaan kita kepada Allah dan kebutuhan kita akan Cahaya adalah sesuatu yang abadi. Ketika kita selalu 'lapar' untuk lebih banyak beribadah dan lebih mendekat pada Allah, saat itulah iman kita berada dalam kondisi yang sehat.
"Ketika sudah datang kesulitan, ista'in billah wa laa ta'jiz; mintalah bantuan kepada Allah. Jangan rapuh, jangan lemah, pilihlah kesabaran, pilihlah untuk bangkit," ujar Umi Haneen menyuntikkan semangat bagi para peserta Pengajian Akbar HC.
KOMENTAR ANDA