KOMENTAR

TIBA-tiba lelaki yang berkendara sendirian itu berhenti di pendakian. Setelah menepikan sepeda motornya, tepat di tepi jurang dia menelpon istrinya. Kemudian lelaki itu nekat bunuh diri, terjun ke jurang menganga. Sebab musababnya, lelaki itu lagi cekcok dengan istrinya lalu melakukan aksi bunuh diri.

Berita di atas menyebar lebih cepat daripada virus, tentunya berkat teknologi medsos. Orang-orang pun heboh, berita bunuh diri sering sih terjadi, tapi kali ini informasinya teramat seksi, karena pelaku bunuh diri adalah bintang film ternama. Makin kaya, kok makin jauh dia dari Tuhannya, bahkan mengakhiri hidupnya dengan cara yang menyedihkan.

Teman-teman dekatnya tidak percaya lelaki itu bunuh diri. Mereka sangat kenal dengan tabiatnya yang setangguh karang, masak gara-gara cekcok sama istri sampai bunuh diri. Namun, bantahan rekan-rekannya bagaikan teriakan di balik bukit, yang kalah dengan hingar bingar medsos.

Itu versi berita medsos ya!

Dengan menahan perihnya kepiluan, sang istri membantah berita yang terlanjur menjatuhkan citra suaminya. Setelah panggilan ponselnya tidak ditanggapi, perempuan itu menghubungi pihak berwajib, dan pencarian pun dilakukan.

Subhanallah, esok harinya lelaki itu ditemukan masih hidup. Sungguh ajaib! Padahal selain menderita luka luar dalam, dirinya mengalami patah tulang di beberapa ruas.    

Suaminya masih kritis dan menjalani operasi, istrinya tetap berupaya memberikan keterangan mengejutkan. Saat di tepi jurang itu suaminya mengeluhkan sakitnya melalui ponsel, kemudian dia pun hilang keseimbangan dan terperosok ke jurang dalam. Dalam kondisi terluka parah, ia masih merangkak sekuat tenaga mencari bantuan, tetapi di sebuah air terjun dirinya terhanyut hingga kemudian ditemukan orang-orang.

Beda jauh ya, berita di medsos dengan faktanya!

Anehnya, masih banyak media yang menyampaikan berita yang akurat, tetapi kok kurang diminati?

Jadi, jangan terlalu jauh menyalahkan medianya, kalau selera kita masih suka yang sensasional meski mengingkari akal sehat.

Media penjual sensasi masih saja laku dan akan terus eksis, selama masyarakat yang masih doyan sama kontroversi, meski itu mengandung fitnah. Ingat fitnah lebih kejam dari pembunuhan!

Padahal korban medsos sudah berjatuhan demikian banyak, bahkan diri kita pun ikut jadi korban, terimbas dari dosa-doasa selama bermedsos ria.

Untuk bergunjing, kini emak-emak tidak perlu bertandang ke rumah tetangga, begitu pun bapak-bapak tidak perlu repot-repot berkumpul di pos ronda, atau remaja tak perlu jauh-jauh nongkrong di kafe. Karena ponsel telah memudahkan banyak hal, termasuk hal-hal negatif.

Belasan abad nan lampau, Nabi Muhammad pun hampir kena prank oleh berita hoaks, meski medsos belum menjamur di masa itu.

Rasulullah mengutus Al-Walid ibn Uqbah mengumpulkan zakat dari Bani Musthaliq. Dari kejauhan ia melihat mereka berkerumun di luar kampungnya. Di masa itu memang lagi genting-gentingnya, peperangan terhadap kaum muslimin seringkali terjadi. Al-Walid ibn Uqbah tidak jadi menemui mereka dan memilih kembali kepada Rasulullah. Ia membuat kesimpulan prematur, Bani Musthaliq hendak memerangi kaum muslimin.

Kontan, marahlah umat Islam dan mendesak segera dilakukan ekspedisi militer terhadap kaum itu. Keadaan lekas memanas dikarenakan situasi peperangan yang sering terjadi, daripada diserang musuh lebih baik mendahului serangan atas mereka.  

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur`an menceritakan, Al-Walid kembali seraya berkata, “Bani Musthaliq telah berkumpul untuk memerangimu. Mereka telah keluar dari agama Islam.”

Maka, Rasulullah mengutus Khalid bin Walid untuk menemui mereka. Beliau menyuruhnya agar berhati-hati dan tidak tergesa-gesa. Dia menyebar mata-mata. Setelah tiba, mereka melapor kepada Khalid bahwa Bani Musthaliq adalah orang-orang yang tetap memegang teguh Islam. Mata-mata masih mendengar azan dan bacaan shalat mereka.

Segalanya menjadi jernih, ketika utusan Bani Musthaliq menemui Rasulullah. Sebagaimana yang diceritakan Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur, kata mereka, “Tuan mengutus kepada kami seorang pegawai untuk memungut zakat. Kami menerima kedatangannya dengan gembira dan kami berkumpul menyambut kedatangannya. Tetapi sebelum bertemu dengan kami, pegawai itu kembali pulang. Oleh karena kami takut bahwa hal itu akan mendatangkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya, maka kami segera datang kesini.”

Kejadian ini pun menjadi latar belakang turunnya surat al-Hujurat ayat 6, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur`an menerangkan, ayat di atas bermakna umum, yaitu mengandung prinsip selektif dan hati-hati terhadap informasi dari orang fasik. Adapun berita dari orang saleh dapat diambil, sebab dialah pangkal di dalam kelompok mukmin. Sedangkan, berita-berita orang fasik dikecualikan. Mengambil berita dari orang saleh merupakan bagian dari manhaj kehati-hatian.   

Kisah ini amatlah menarik, karena yang diutus oleh Rasul adalah Khalid bin Walid, panglima yang tak pernah kalah. Namun, bukan berarti Khalid kehilangan akal sehatnya, dia memegang teguh nasihat Rasul agar mencari kepastian terlebih dahulu dan jangan termakan kabar hoaks.

Dalam ayat sebelumnya diberikan kiat menghindari dosa medsos adalah dengan tabayun, yaitu mencari dulu fakta sebenarnya, atau dalam istilah kerennya setiap informasi disaring dulu, barulah kemudian disharing.  

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur