Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

INDONESIA berduka. Gunung tertinggi yang terletak di dua kabupaten, Malang dan Lumajang, Jawa Timur, yaitu Gunung Semeru, mengalami erupsi pada Sabtu (4/12) sekitar pukul 15.09 WIB.

Dampak erupsi Semeru kali ini sungguh luar biasa. Tidak hanya menyebabkan kerusakan materi, tercatat hingga Minggu (5/12), sebanyak 13 warga Lumajang meninggal dunia. Dua di antaranya sudah teridentifikasi.

Saat erupsi, Semeru mengeluarkan abu vulkanik (wedus gembel) yang dapat menyebar hingga ratusan kilometer. Debu dari abu vulkanik ini tentu saja banyak memunculkan gangguan kesehatan, utamanya pada anak.

Mengapa? Anak lebih sensitif dibandingkan orang dewasa. Karenanya, mereka lebih sering menghirup udara yang terpolusi dalam jumlah banyak.

Anak bernapas lebih frekuen, lebih aktif, dan memiliki proporsi ukuran paru yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.

Udara yang terpolusi debu abu vulkanik, dihirup begitu saja lantaran filtrasi partikel polutan pada anak kurang efisien. Akibatnya:

1. Terjadi gatal-gatal, infeksi, dan iritasi kulit pada anak.
2. Merusak lapisan kornea pada mata anak.
3. Menimbulkan iritasi hingga infeksi pada saluran pernapasan (ISPA).

Terkait hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membuat panduan untuk orangtua saat terjadi erupsi gunung berapi.

1. Orangtua harus tetap memantau dan mematuhi peringatan dari pemerintah selama terjadi bencana letusan gunung berapi.

2. Orangtua sebaiknya memantau kualitas udara di lingkungannya, terutama berhubungan dengan debu abu vulkanik.

3. Anak sebaiknya bermain di ruangan tertutup. Cegah anak berlarian atau beraktivitas berat di luar ruangan selama hujan abu untuk menghindari anak menghirup abu secara berlebihan.

4. Agar anak tidak bosan, maka orangtua sebaiknya membuat dan mengajak anak membuat permainan di dalam ruangan.

5. Jika anggota keluarga harus keluar rumah, maka wajib menggunakan masker.

6. Abu letusan gunung berapi dapat menyebabkan iritasi kulit, maka anak sebaiknya menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang untuk meminimalisasi kontak dengan abu vulkanik.

7. Untuk menghindari iritasi mata akibat abu gunung yang pekat, maka anak bisa menggunakan kaca mata.

8. Orangtua sebaiknya rutin membersihkan ruangan untuk mencegah paparan abu di dalam ruangan.

9. Bila dianjurkan oleh pemerintah untuk segera mengungsi, lakukan segera dan lebih awal.

10. Sebelum mengungsi, siapkan obat-obatan emergensi, makanan, botol air minum, senter, korek api, peluit, selimut, baju ganti anak, tali, plastik pembungkus, kertas, alat tulis, dan uang tunai. Masukkan ke dalam tas.

11. Hindari mengungsi ke daerah hilir letusan.

12. Lindungi anak dari debu dengan baju tertutup. Pakaikanlah masker untuk mencegah debu terhirup dan mencegah penyebaran Covid-19 selama di pengungsian.

13. Tetap disiplin dan menjaga protokol kesehatan selama di pengungsian.

Jangan abaikan gangguan saluran napas pada anak, karena dapat menyebabkan hal yang serius, hingga berujung pada kematian anak.

 




Mengapa Mengasuh Anak Sekarang Jauh Lebih Sulit Dibandingkan Dulu?

Sebelumnya

Mata Ibu, Silvia Menjadi Komentator Bola bagi Anaknya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting