Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PERNIKAHAN memang tampak begitu indah saat pertama kali memasukinya. Dan bukan tak mungkin kian bertambah dahsyat keindahannya manakala pasangan suami istri menyadari betapa berharganya mahligai rumah tangga.

Kisah pernikahan perempuan ini bisa menjadi renungan kita.

Demi pernikahan ia rela putus kuliah. Ia mengenal calon suaminya dengan baik. Sosok laki-laki yang pantas dijadikan imam karena ketaatannya menjalankan ibadah dan berkharisma. Baginya, dua keutamaan lelaki itu sudah cukup untuk berikrar sehidup semati.

Satu demi satu buah hati lahir dari pernikahan mereka. Namun entah mengapa, sosok laki-laki itu seolah tak mau beranjak dari zona nyamannya, menjadi pegawai paruh waktu di sebuah perusahaan konsultan. Padahal laki-laki itu memiliki kompetensi untuk diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan tersebut atau di tempat lain.

Setiap kali sang istri mengajak suaminya berdiskusi untuk mencari solusi finansial atas kebutuhan hidup yang terus bertambah, suaminya emoh. “Wirausaha itu butuh modal besar, lagipula banyak teman-temanku mencoba peruntungan namun berujung buntung,” elaknya.

Terpaksalah perempuan itu menjadi pedagang kaki lima, hingga rautnya yang manis berubah dekil. Suaminya tidak bisa diharapkan secara perekonomian.

Namun perempuan itu tetap bertahan bersama lelaki yang memberinya banyak harapan tapi belum ada yang menjadi kenyataan. Karena bagi perempuan itu pernikahan adalah sesuatu yang teramat berharga, apapun kondisinya.

Memang sudah benar perempuan itu yang memandang pernikahan sebagai sesuatu yang teramat berharga. Dalam bahasa Al-Qur’an, pernikahan disebut dengan istilah mitsaqan ghaliza. Suatu istilah yang hampir selalu tercantum di kartu-kartu undangan pernikahan, dan barangkali terabaikan, atau malah tiada kita ketahui maknanya.

Abduh Al-Barraq dalam buku Panduan Lengkap Pernikahan Islami menerangkan, perjanjian pernikahan dengan menggunakan bahasa mithsaqan ghaliza disejajarkan dengan perjanjian antara Allah Swt. dengan rasul-rasul Allah Swt. yang siap mengemban misi kenabian. Oleh karena itu, seseorang yang telah mengikrarkan akad, berarti ia telah mengikrarkan sebuah perjanjian yang berat sebagaimana para rasul berjanji untuk mengemban amanah kanabiannya.

Tidak main-main akad nikah itu, karena ikrar dua insan tersebut sejajar dengan ikrar para nabi kepada Tuhannya terkait misi agama. Dan demikian berharganya pernikahan, maka perlu dilakukan hal-hal taktis untuk menyambutnya sebagai ikatan yang kokoh.      

Pranikah
Ada yang mengatakan, bila seorang lelaki salah memilih istri maka dunianya akan menjadi neraka. Namun, apabila seorang perempuan salah memilih suami, dunia dan akhiratnya akan mengalami kehancuran.    

Boleh setuju dan lebih boleh lagi kalau tidak setuju, toh itu hanyalah suatu pendapat.

Akan tetapi, bagi seorang ibu yang memiliki anak gadis hendaknya memberikan wawasan yang mumpuni kepada putrinya agar tidak salah dalam memilih pasangan hidup. Belum banyak bekal yang dimiliki anak gadisnya, ketika di usia demikian muda mesti membuat keputusan demikian besar.

Jangan lupa bahwa proses pencarian jodoh ini tidak cukup hanya melibatkan anak gadis itu sendiri, orangtua atau pun keluarga besarnya, melainkan juga yang terpenting petunjuk Allah. Carilah jodoh yang menaati Allah, dan memahami pernikahan adalah mithsaqan ghaliza, tanggung jawabnya di mahkamah Ilahi.    

Pascaakad
Setelah menikah, bukan berarti proses belajar itu telah berhenti. Karena ilmu rumah tangga itu teramat dinamis, kita terus belajar dari setiap pengalaman, dalam rangka saling mengisi dan saling menguatkan.

Pemahaman agama yang baik memang penting sekali, tetapi lelaki saleh bukan hanya yang rajin shalat, tekun mengaji dan seterusnya, melainkan lelaki yang memahami bahwa memperjuangkan anak istri merupakan jihad yang berlimpah pahala.

Dalam kisah pembuka, perempuan itu telah menunjukkan kekuatan batin luar biasa, bertahan dalam keperihan hati. Sungguh menakjubkan. Ia tidak berdiam diri dan tidak menyerah dengan kondisi sulit yang dihadapi. Tapi kita tentu berharap dia akan ‘bergerak’.

Bukan! Kita tidak meminta dia membubarkan rumah tangganya, melainkan memperbaiki ke arah yang terbaik. Bukan suami saja, tetapi istri pun hendaknya menunjuki suaminya bahwa bertanggung jawab penuh atas masa depan anak istri merupakan perintah agama.

Akhirnya, kita dapat memahami kemuliaan hati perempuan yang sekuat tenaga mempertahankan rumah tangga. Pernikahan itu memang sesuatu yang berharga bagi perempuan.

Tak jarang kita turut mengurut dada, ada perempuan yang mempertahankan rumah tangga meski mereka tahu suaminya berselingkuh, suaminya berkhianat, suaminya tidak bertanggung jawab dan lain-lain.

Inti solusinya adalah, bagaimana menjadikan pernikahan sesuatu yang berharga menjadi kesadaran bersama antara suami dan istri, kalau hanya di satu pihak saja, maka rumah tangga itu akan pincang.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur