KOMENTAR

MENULIS sepertinya ibarat napas bagi perempuan satu ini. Sama seperti tagline yang kerap ia gaungkan: “Indari itu emak yang nggak bisa napas kalau nggak menulis”.

Dengan moto yang ia miliki seperti itu, tak heran jika sudah banyak jenis buku yang ia tulis. Mulai dari menulis biografi, buku motivasi, dan antologi, baik dalam bentuk buku cetak maupun e-book. Di antara biografi yang pernah ditulisnya adalah kisah hidup Atalia Praratya Kamil dan biografi pemilik perusahaan brownies Amanda.

Dengan beragam karyanya, tak heran jika nama perempuan ini dikenal sebagai penulis perempuan penuh prestasi, terutama di wilayah Bandung, Jawa Barat. Tak heran bila ia kerap digandeng istri Gubernur Jawa Barat Atalia Praratya Kamil untuk menjadi narasumber di berbagai program pemberdayaan perempuan.

Menandai 25 tahun karier menulis pada pertengahan Desember ini, ibu 3 anak ini menerbitkan sebuah buku berjudul Tak Terduga!.

“Buku ini adalah kisah panjang saya meniti karier sebagai seorang penulis dan berbisnis di dunia jasa penulisan. 25 tahun dan 14 tahun, bukan waktu yang singkat, lebih dari setengah hidup saya dihabiskan dengan menulis. Banyak kisah saya tuliskan di buku ini, mungkin akan sedikit mengejutkan,” ujar Indari pada Farah.id.

Berawal dari Menulis Tips

Perempuan yang mempunyai nama lengkap Indari Mastuti Rezky Resmiyati Soleh Addy juga nama pena Indari Mastuti dan Bunda Nanit ini memulai menulis sejak kecil. Bahkan saat masih duduk di bangku kelas 4 SD, ia sudah bercita-cita menjadi penulis buku. Hobi membaca dan menulis ini diakuinya didapat dari almarhum sang ayah yang memang suka membaca da mempunyai banyak koleksi buku.

Sejak kelas 4 SD, perempuan yang akrab disapa Teh Iin ini seringkali menuliskan apa yang ia rasakan di dalam kehidupannya. Latar belakang keluarga yang tidak harmonis membuatnya banyak mencurahkan perasaan ke dalam buku harian.

Tulisan pertamanya yang dipublikasikan adalah tips tentang cara menghadapi stres di tengah keluarga yang tak harmonis. Meski bukan seorang psikolog, gaya bahasa dan pengalaman pribadi yang nyata membuat tulisan Indari dimuat di majalah Gadis. Honor yang ia dapat dibelikan pita mesin tik , perangko, dan kertas untuk menulis.

Menyadari bahwa menulis adalah aktivitas yang menghasilkan, Indari bertambah semangat. Terlebih saat ayahnya meninggal dunia ketika ia masih duduk di bangku SMA yang notabene membutuhkan banyak biaya untuk meneruskan pendidikan, memaksanya untuk berpikir keras tentang masa depan. Saat itu ia pun memutuskan untuk menulis lebih banyak.

Semakin banyak menulis, semakin bertambahlah keterampilannya menulis. Meski ia pernah bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi dengan posisi yang terbilang tinggi, namun karena jiwanya ingin selalu menulis dan menulis, ia akhirnya memutuskan berhenti bekerja untuk benar-benar fokus menulis.

Tahun 1996, Indari mulai mempublikasikan tulisannya di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Di tahun 2004, ia mulai menulis buku pertama kemudian bergabung sebagai penulis di Kompas Gramedia sejak 2005. Hingga akhirnya pada tanggal 8 Oktober 2007, Indari merintis usaha agensi naskah dengan nama Indscript Creative.

Menularkan Kreativitas

Ia juga mendirikan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dan Ibu-Ibu Doyan Bisnis (IIDB) yang anggotanya sudah tersebar di seluruh Indonesia dan sejumlah negara. Bersama suaminya, Indari mendirikan percetakan untuk lebih memudahkan menerbitkan buku baik karyanya ataupun karya perempuan-perempuan yang lain yang dibinanya untuk menjadi penulis.

Meski bekerja penuh dari rumah, kolaborasinya dengan sang suami dan karyawan-karyawannya telah menghasilkan banyak karya yang membuatnya banyak menerima penghargaan tinglat nasional. Hebatnya, meski sudah meraih banyak prestasi, Indari tak pernah puas untuk berkarya.

Indari selalu berusaha menularkan semangat dan kreativitas menulis. Salah satunya dengan aktif di komunitas Business Network Internasional Chapter Bandung.  Ia kerap diundang sebagai pembicara di berbagai acara. Yang terbaru ia menjadi pembicara tamu dalam acara Bedah Buku Bisnis The Art of Learning karya Gatot, seorang alumnus ITB.

Bagi Indari, buku tulisan Gatot itu menjadi bahasan yang sangat menarik, terlebih karena ia mengaku sebagai seseorang yang gila belajar. Dalam acara bedah buku itu, ia pun membagikan pengalamannya hingga bisa menghasilkan 345 karya dalam berbagai bentuk tulisan.

Apa rahasia ketekunan Indari sehingga bisa konsisten dalam berkarya dan terus meningkatkan kapabilitasnya sebagai penulis?

“Saya sampaikan progress sejak awal saya menulis, bahwa saya berani memulai meski masih nol ilmu. Saya terus menulis dan mengalokasikan waktu menulis tiap hari. Saya mencari guru yang mengajari saya menulis dan saya sungguh-sungguh mengikuti guru saya. Saya menyimak yang diajarkan dan mempraktikkan dalam apa yang saya tulis. Saya menjadi diri saya sendiri saat menulis, tidak mengada-ngada, tidak ditambah-tambahi. Saya berani menerjang tantangan dengan mengirimkan tulisan ke mana-mana. Saya berani berproses hingga terus naik level di dunia penulisan dan menambah value saya sebagai penulis. Saya bergaul bukan hanya dengan sesama penulis tapi ke lintas pergaulan sehingga bisa mendapatkan ilmu lebih dari dunia penulisan yang memperkaya langkah saya. Saya tak pernah tidak punya waktu untuk belajar, kadang beragam disiplin ilmu saya pelajari untuk menambah kekayaan program dalam melangkah,” demikian Indari Mastuti menuliskan kisah perjalanan 25 tahun menulis tanpa henti di akun media sosialnya.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women