Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, DR Muhammad Najib dalam bincang virtual Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.ID bertajuk
Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, DR Muhammad Najib dalam bincang virtual Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.ID bertajuk "Dari Spanyol Menata Diaspora Muslim Indonesia", Selasa (21/12/21)/ FARAH
KOMENTAR

BELUM genap satu bulan menempati posisinya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol sekaligus Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), DR Muhammad Najib sudah menjalankan berbagai tugas kenegaraan.

Setelah dilantik Presiden Joko Widodo pada 25 Oktober 2021, segudang aktivitas menanti, terutama menemani sejumlah pejabat negara yang berkunjung ke Spanyol.

Ada Ketua DPR RI Puan Maharani yang menghadiri sidang umum IPU (Inter-Parliamentary Union) dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman yang menggelar pertemuan dengan MK Spanyol. Ia juga hadir dalam pertemuan UNWTO.

Ia juga menerima atlet Indonesia binaan PB Djarum yang berlaga di Kejuaraan Dunia 2021 di Andalusia dan atlet catur PB Percasi berlaga di turnamen di Barcelona.

Selepas menjalankan serangkaian tugas kenegaraan tersebut, barulah ia memiliki waktu untuk mengunjungi komunitas Indonesia yang ada di berbagai penjuru Spanyol, seperti di Toledo dan Sevilla. Ia juga akan mengunjungi Cordova, Malaga, juga Granada. Tak hanya bersilaturahmi dengan para diaspora Indonesia di Spanyol, Dubes Najib juga selalu menyempatkan mengunjungi masjid-masjid di setiap kota yang ia datangi.

Hal itu sesuai dengan dua misi yang ingin dijalankan Dubes Najib selain kewajiban tugas diplomatik yang ia emban. Dua misi itu adalah optimalisasi peran diaspora Muslim Indonesia dan dialog antaragama.

Seberapa urgen menata diaspora Muslim Indonesia sekaligus menjadikan mereka agen diplomasi di pentas dunia?

"Ide ini (menata diaspora Muslim Indonesia) muncul sejak saya masih menjadi anggota Komisi I DPR. Saya diundang Dino Patti Djalal (saat itu menjabat Dubes RI untuk AS) untuk acara deklarasi diaspora Indonesia. Acara itu sukses. Saya ikuti secara aktif, sampai berhasil mendatangkan Barack Obama ke Indoensia. Tapi saat ini, saya lihat diaspora lebih fokus pada kelompok profesional dan migran Indonesia yang sukses—khususnya mereka yang ada di Eropa Barat. Diaspora di Timur Tengah atau Afrika Utara, yang mayoritas Muslim, relatif tidak tersentuh," ujar Dubes Najib dalam bincang virtual Tanya Jawab Cak Ulung RMOL.ID bertajuk "Dari Spanyol Menata Diaspora Muslim Indonesia", Selasa (21/12/21).

Bukan hanya wacana, Dubes Najib bersama Dubes RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi sepakat untuk menjadikan diaspora Muslim Indonesia sebagai contoh nyata persatuan umat Islam tanpa membedakan organisasi keagamaan yang menaungi mereka.

"Zaman Belanda dulu, mereka punya niat memecah-belah bangsa Indonesia. Saat ini dan ke depan, sudah tidak zamannya lagi terpecah. Saya dan Gus Misrawi (Dubes RI di Spanyol dan Tunisia) sepakat mengisi dakwah dalam perspektif positif, dan tidak hanya membangun optimalisasi umat Islam dalam pembangunan di Tanah Air, tapi go international ke dunia Islam. Kita melihat peta di Timur Tengah menyedihkan, bahkan menurut saya sangat memalukan," kata politikus PAN ini.

Menurut Dubes Najib, urgensi menata diaspora muslim Indonesia saat ini sangat dibutuhkan mengingat kisruh antarumat Islam yang terjadi di Timur Tengah semakin menjadi-jadi.

"(Sudah benar) Kita tidak memihak. Jika kita mendukung Iran, Arab Saudi pasti marah. Pun sebaliknya. Indonesia sudah benar mendukung Palestina, karena Palestina adalah simpul dari berbagai konflik tingkat global. Karena itu, saya berusaha mendorong ini saatnya Indonesia untuk tampil. Selama ini kita pasif, ke depan kita harus proaktif. Dulu kita low profile, sekarang harus high profile. Dulu kita defensif, sekarang dan ke depan harus ofensif."

"Bicara tentang diaspora Muslim Indonesia di Spanyol, mahasiswa S2 dan S3 di sini banyak sekali. Mereka bisa digerakkan menjadi instrumen baru dalam diplomasi dan menjadi garda pelindung dari efek negatif konflik dari Timur Tengah untuk rakyat Indonesia. Inilah tujuannya," tegas Dubes Najib.

Menyoal konflik di wilayah Timur Tengah hingga ribuan warga mengungsi ke Eropa, hal itulah yang menurut Dubes Najib memalukan umat Islam. Peran indonesia tak hanya bisa menyelamatkan Timur Tengah, tapi juga dunia barat ingin sekali berdiskusi dengan ulama moderat Indonesia yang mengedepankan toleransi dan menjadi rahmatan lil alamin.

Tragedi kemanusiaan dunia Islam yang dipicu konflik internal dalam negeri negara Arab maupun tetangga-tetangganya belum pernah terjadi separah saat ini.

Penyebabnya, menurut Dubes Najib, sama seperti apa yang ia tulis dalam bukunya, Mengapa Umat Islam Tertinggal?. Tesisnya tidak berubah. Seperti kata Jamaluddin al-Afghani, "Saat di Paris, saya tidak melihat Islam banyak dibicarakan, tapi dipraktikkan. Sedangkan di negara Islam, Islam banyak dibicarakan tapi jarang dipraktikkan."

Umat Islam masih jauh tertinggal walaupun pembicaraan tentang Islam terasa makin semarak, tapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jauh panggang dari api. Ini karena umat Islam enggan melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan tidak mau memperbaiki kesalahan.

Dubes kelahiran Singaraja itu mencontohkan kisah Abdullah bin Saba yang berhasil menanam bibit perpecahan dan kerusakan di tengah umat Islam. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

"Temuan saya, para sahabat saat itu ketulusan dan motivasi berjuang mereka sudah berubah. Bukan lagi lillahi ta'ala, tapi mengejar harta dan tahta. Dan tidak cukup hanya untuk diri mereka, tapi juga untuk diwariskan ke keluarga. Itulah (kesalahan) yang diulang-ulang sampai sekarang. Jika motivasi duniawi jangka pendek yang bersifat pribadi selalu ada, Islam tak akan maju," tegas Dubes Najib.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News