BERAWAL dari keprihatinan melihat para tetangga yang meminjam uang ke rentenir hingga terjerat bunga tinggi, Suyatmi mendirikan Koperasi Wanita Pengembang Sumber Daya (KWPS) Flamboyan di Ciracas, Jakarta Timur.
Ibu Mamiek (panggilan akrab Suyatmi) berkenalan dengan LSM PPSW (Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita) pada tahun 1992 yang kemudian menginspirasinya untuk membuat koperasi simpan pinjam.
Pada mulanya, PPSW membentuk kelompok beranggotakan 40 perempuan di lingkungan tempat tinggal Ibu Mamiek. Untuk pemberdayaan ekonomi keluarga, Ibu Mamiek mengusulkan pelatihan membuat aneka kue untuk dijual.
Dua tahun berlalu, satu per satu anggota sukses berjualan kue dan memutuskan keluar dari kelompok tersebut hingga menyisakan enam orang. Namun Ibu Mamiek menolak untuk membubarkan kelompok berisi para ibu rumah tangga tersebut.
Ibu Mamiek kemudian melihat sejumlah tetangganya yang menjadi penjual bakso dan mi ayam kekurangan dana untuk mengembangkan usaha mereka. Terbersitlah ide untuk membentuk koperasi simpan pinjam.
PPSW kemudian mendampingi Ibu Mamiek dalam membentuk dan menjalankan koperasi, termasuk menyediakan buku-buku yang digunakan untuk operasional koperasi. Seiring waktu, peran Koperasi Flamboyan semakin terasa membantu perekonomian keluarga di wilayah tersebut.
Menurut Enah Nurjanah, Ketua Koperasi Flamboyan, tujuan didirikannya koperasi adalah demi mengubah nasib perempuan untuk menjadi perempuan tangguh yang bisa mengelola keuangan dan berdaya secara ekonomi.
Dari aset yang sangat minim, Koperasi Flamboyan kini memiliki aset sebesar Rp17 milyar dengan 4328 anggota yang merasakan manfaatnya. Untuk peminjaman, satu anggota bisa meminjam hingga maksimal Rp400 juta.
Tak cuma memberi bantuan pinjaman, Koperasi Flamboyan juga menghadirkan berbagai kegiatan bermanfaat seperti pelatihan koperasi dan pengelolaan keuangan produktif untuk perempuan produktif.
Di saat pandemi, Ibu Mamiek tidak memungkiri adanya sejumlah pinjaman macet. Dengan mereka, pengurus koperasi tetap menjalin hubungan baik. Sebisa mungkin dicari solusi win-win solution bagi kedua pihak.
Salah satunya adalah dengan menggunakan dana cadangan risiko yang untuk menutupi utang mereka yang memiliki kesulitan membayar selama bertahun-tahun dan berasal dari kelompok ekonomi lemah. Jika nanti anggota bisa membayar, maka uang tadi dikembalikan ke pos dana cadangan risiko koperasi.
Kiprah Ibu Mamiek menjadi penting karena ia terus mengedukasi warga di sekitarnya tentang ketahanan ekonomi keluarga. Ia memahami bahwa setiap perempuan harus mampu memaksimalkan potensinya untuk berdaya secara finansial demi mendukung keluarga sejahtera.
Koperasi Flamboyan juga berperan memberantas praktik rentenir. Meskipun menurut Ibu Mamiek masih ada rentenir masih beroperasi, ia bersama pengurus koperasi tak henti berusaha untuk mendidik dan menebar manfaat bagi warga.
Dengan kiprahnya tersebut, Ibu Mamiek terpilih menjadi Penggerak Literasi Pemberdayaan dalam Ibu Ibukota Awards 2021.
Ibu Ibukota Awards merupakan wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik di seluruh penjuru kota Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi acara tahunan sejak tahun 2019. Memasuki tahun ketiga pelaksanaannya, panitia memilih 21 sosok perempuan penggerak literasi dari lima bidang yaitu kesehatan, pemberdayaan, lingkungan, kewirausahaan, dan pendidikan.
KOMENTAR ANDA