KOMENTAR

AKHIRNYA, cita yang membumbung setinggi langit itu berbalik arah menjadi harapan yang terhempas. Timnas Indonesia dengan gagah perkasa kalah dari Thailand. Apabila sebelumnya laskar Garuda menumbangkan tim-tim lawan secara mencolok 4-5 gol, kini giliran Indonesia yang merasakan kepahitan yang sama.

Ya begitulah, kekalahan itu akan terasa amat menyakitkan jika didahului harapan yang berlebihan.

Namun, ini belumlah berakhir!

Belum sama sekali!

Hasil pertandingan final leg 1 ini masih dapat dikupas dari berbagai dimensi, yang membuka harapan-harapan menakjubkan untuk masa depan, tentunya dengan cara memberanikan diri untuk introspeksi.

Surat Al-Hasyr ayat 18, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Terkait ayat ini, Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur`an (2006: 489-490) menerangkan, renungan dan introspeksi inilah yang akan menyadarkan manusia untuk bisa mengantisipasi semua kelemahan yang ada dalam dirinya dan mereview ulang semua amal perbuatan yang telah dilakukannya.

Apa yang terjadi bila kesempatan untuk bisa mengintrospeksi dirinya sudah hilang dan ia menemukan bahwa amal perbuatan baiknya sangat minim? Pada saat itu, maka hatinya tidak akan pernah tenang dan akan selalu menyesal.  

Pesan ayat di atas jelas sekali, setiap insan hendaknya mempersiapkan yang terbaik untuk esok yang akan menjelang.

Bagi timnas Garuda, esok yang terdekat adalah babak final leg kedua. Jangan larut dalam kesedihan, apalagi sampai trauma dengan kekalahan! Karena peluang untuk membalikkan keadaan masih terbentang 90 menit lagi di lapangan pertandingan. Dalam waktu yang demikian luas apa saja dapat terjadi, keajaiban demi keajaiban boleh jadi akan dipersembahkan sejarah.

Esok dalam masa jangka yang jauh ke depan, bagi timnas sesungguhnya terbentang harapan nan kemilau. Mereka adalah deretan anak-anak muda belia, bahkan di antaranya remaja masih belasan tahun, tapi telah menorehkan sejarah mencengangkan.

Untuk tim yang masih teramat belia ini, timnas Garuda masih membutuhkan 4-5 tahun tahun lagi agar matang dengan sempurna. Lupakanlah apa yang terjadi hari yang lalu, dan tetaplah menjejakkan kaki di bumi dengan gagah.

Tidaklah pantas laskar Garuda patah arang hanya tersandung di satu kekalahan di satu turnamen. Jika terus berlatih dengan baik dan memasang optimisme yang membaja, insyallah prestasi yang lebih memukau akan terhampar di masa depan.

Apabila merujuk kepada kitab suci Al-Qur’an, ada lho ayat yang dapat menjadi pesan bahkan perbekalan bagi perjuangan timnas berikutnya.

Surat Yunus ayat 62, yang artinya, “Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

Khauf (takut) dan hazn (sedih) sekilas mirip-mirip saja toh! Ternyata Al-Qur’an membedakan dua kondisi psikologis tersebut. Khauf itu rasa takut yang berhubungan dengan masa depan, adapun hazn adalah kesedihan yang berkaitan dengan kenangan atau trauma masa lalu.

Dua-duanya buruk bagi psikologis, dan jika mental sudah runtuh maka jadilah timnas akan kalah sebelum berperang. Timnas akan kehilangan tenaga bertanding spartan kalau mentalnya dirundung rasa takut dan sedih. Kaki-kakinya akan melemah, intelegensia mereka akan mandeg, dan akhirnya hanya akan jadi santapan timnas Thailand pada leg kedua nantinya.

Jangan!

Jangan sampai itu terjadi!

Apa yang tidak dapat kita kontrol, yang Shin Tae-yong pun tidak akan mampu mengendalikannya, yaitu faktor mentalitas. Kalau sampai ambruk, ya buruklah hasilnya.

Kemenangan adalah guru yang baik, tetapi kekelahan adalah guru yang lebih baik. Terkadang kemenangan membuat lupa diri, tapi kekalahan mengajarkan kita untuk introspeksi diri.

Tim ini terlalu muda, mereka butuh pengalaman, termasuk itu pengalaman kekalahan. Timnas sudah belajar banyak dari kekalahan yang lalu, dan insyallah akan lebih semangat dan lebih yakin lagi menatap pertandingan final terakhir.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur