Dina Fatimah/Net
Dina Fatimah/Net
KOMENTAR

BEBERAPA tahun terakhir, semakin banyak karya desainer Indonesia yang melenggang di panggung New York Fashion Week (NYFW). Sebut saja Barli Asmara, Vivi Zubedi, Itang Yunasz, Dian Pelangi, hingga yang terkini, Erigo. Tentulah menjadi kebanggaan bagi insan fesyen Indonesia untuk tampil di panggung kelas dunia berdampingan dengan berbagai brand internasional.

Di balik keikutsertaan para desainer di NYFW, ada sosok perempuan asal Indonesia yang bermukim di New York, yang menjembatani pelaku mode Indonesia untuk tampil di ajang internasional. Dia adalah Dina Fatimah atau lebih akrab disapa Eski.

Melalui e-mail, Eski berbagi cerita kepada Farah.id tentang awal karier dan kiprahnya di dunia fesyen. Perjalanan karier Eski di dunia mode berawal sejak ia menjadi fashion stylist untuk majalah remaja Aneka Yess! pada tahun 2009 sampai 2015.

“Awalnya saya bekerja di perusahaan oil and gas. Lalu teman saya, Mbak Juli Kristina, memberitahu bahwa kantornya (Aneka Yess!) sedang membuka lowongan kerja untuk posisi fashion stylist. Saya mencoba melamar tanpa pengalaman sama sekali sebagai fashion stylist atau latar belakang fesyen apa pun. Berbekal fashion sebagai passion saya, ditambah saya juga bisa menulis, alhamdulillah saya diterima,” kenang lulusan  STIKOM INTERSTUDI ini.

Selama bekerja sebagai fashion stylist, Eski memanfaatkan kesempatan itu untuk menjalin relasi dengan berbagai designer, selebritis, dan para petinggi di dunia hiburan.

Ingin mengembangkan kariernya, ia memutuskan berhenti di tahun 2015. Dengan jaringan yang dimilikinya, Eski menjadi public relations beberapa desainer fesyen di Indonesia, menjadi personal stylist beberapa selebritis, hingga mengerjakan beberapa fashion event. Tak disangka, apa yang ia lakukan mendapat perhatian dari almarhum Teti Nurhayati.

“Ibu Teti Nurhayati yang mengajak saya keliling dunia. Awalnya kami ke Cannes Fashion Festival di Prancis ternyata dampaknya tidak besar, lalu kami ke Paris tidak ada dampak yang berarti juga dalam hal buyers dan exposure untuk klien kami. Akhirnya kami ke Amerika di mulai dari ISNA (Islamic Society North of America) di Chicago. Saat itu kami membawa 12 UKM dan alhamdulilah sold out. Kami akhirnya tiba di New York, kami mengikuti event- event kecil karena belum ketemu jalurnya,” ujar perempuan kelahiran 7 November ini.

Satu tahun kemudian, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Ia dapat terhubung dengan IMG (International Management Group) yang memiliki lisensi untuk New York Fashion Week, Miss Universe, Supermodel Agency, dan lainnya. Ia memahami bahwa untuk mendapatkan exposure dan buyers, Indonesia harus tampil di NYFW karena event itu disorot oleh media dan buyers dari seluruh dunia. 

Mendirikan Perusahaan Fashion Service

Untuk memperkenalkan busana hasil karya para desainer Inonesia, Ibu Teti membuka Indonesia Fashion Gallery (IFG) di Park Avenue, Manhattan, New York pada tahun 2016. Kehadiran IFG memuluskan jalan industri fesyen Indonesia melenggang ke panggung besar seperti NYFW.

“Kami membuat toko ini karena kami ingin ada wadah bagi desainer Indonesia di New York. Dengan tujuan akhirnya adalah national export dan ada brand Indonesia yang menjadi mainstream di Amerika. Kedudukan saya di IFG sebagai fashion director,” ujar Eski.

Di tengah perjalanan membina brand-brand Indoesia di New York, guru sekaligus partner Eski, Ibu Teti meninggal dunia di tahun 2019. Kemudian pandemi COVID-19 juga memaksa IFG tutup pada tahun 2020.

Meneruskan cita-cita Ibu Teti, Eski mendirikan perusahaan fashion service di New York. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah menjadi konsultan dan penghubung antara IMG dengan desainer yang ingin mengikuti NYFW, sekaligus membuat beberapa program international branding untuk para desainer Indonesia.

Ingin Keliling Indonesia Membina UKM Bisa Go Internasional

Melihat apa yang telah diraihnya sekarang, perempuan yang berjodoh dengan pria bule in mempunyai karier internasional mengatakan sangat bersyukur. Karena lewat fesyen inilah ia menemukan kehidupan baru, suami, dan pekerjaan mengagumkan.

“Untuk bisa tinggal di New York dan memiliki keluarga di sini, saya tidak pernah membayangkan. Apalagi bertemu dengan suami yang profesinya tidak jauh dari dunia saya, sebagai broadcast engineer di media Insider,” ujar istri dari Stephen Barber ini.

Saat ini meski sudah banyak pelaku industri fesyen Indonesia yang dibawa ke ajang ini, ia terus berusaha agar semakin banyak budaya Indonesia go global demi mewujudkan cita citanya bersama Ibu Teti untuk konsisten memperkenalkan industri fesyen Indonesia melalui New York Fashion Week, sampai brand Indonesia dapat memiliki tempat spesial terutama di Amerika.

Ditanya apakah ia akan kembali di Indonesia, ibu dari Ryu Putra Barber ini mengatakan jika suatu hari  ia akan memulai traveling lagi apabila suasana sudah kondusif. Dalam perjalanannya keliling Indonesia, ia ingin  melatih UMKM Indonesia supaya karya mereka dapat dipasarkan di Amerika. “Insya Allah akan ada banyak program yang ingin saya kerjakan juga di Indonesia,” tegas Eski.




Konsisten dengan Aksi Sosial Kemanusiaan, dr. Ayu Widyaningrum Raih Socialpreneur Award 2004 dalam I Fashion & Masterpiece 2024

Sebelumnya

Transformasi Kahiyang Ayu Menjadi Sosok Perempuan Inspiratif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women