NAMA Ibu Hoiriyah dari Jakarta Utara terpilih menjadi salah satu dari 21 perempuan Penggerak Literasi Ibu Ibukota Awards 2021. Mereka adalah para perempuan yang berjuang di bidang kesehatan, bidang lingkungan, bidang kewirausahaan, bidang pendidikan, dan bidang pemberdayaan.
IBU Ibukota Awards adalah sebuah wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di seluruh penjuru kota Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi ajang penghargaan tahunan yang digelar sejak tahun 2019.
Berawal dari kesulitannya mendapat tempat pendidikan bagi kedua anaknya yang berkebutuhan khusus, Ibu Hoiriyah berdikari untuk mendidik anaknya di rumah. Lalu ia pun tak segan untuk mengajar anak-anak tetangga sekitarnya agar anak-anaknya mempunyai teman belajar. Siapa sangka, dari garasi rumah yang dimanfaatkan sebagai tempat belajar, PAUD inklusi Bu Hoiriyah kemudian mendapat izin operasional pada tahun 2008.
Tinggal di lingkungan kumuh yang tidak menganggap penting pendidikan, PAUD Ibu Hoiriyah kerap mendapat ejekan sebagai “sekolah idiot”. Tapi itu tidak membuat semangatnya turun. Terbukti, dari tahun ke tahun, semakin banyak anak mendaftar ke sekolahnya.
Saat pandemi misalnya, ketika banyak sekolah kekurangan murid, PAUD Ibu Hoiriyah justru pernah memiliki murid hingga 60 anak. Bahkan kini, sudah ada sejumlah anak yang masuk waiting list untuk masuk tahun depan.
Saat ini banyak anak berkebutuhan khusus dari berbagai wilayah yang menjadi murid di PAUD inklusi milik Ibu Hoiriyah. Ia mendidik anak-anak berbekal pembelajaran yang ia lakukan selama bertahun-tahun melalui berbagai pelatihan, termasuk pelatihan dari Dinas Pendidikan. Bu Hoiriyah sekarang menggunakan metode ABA (Applied Behaviour Analysis) dalam mendidik para muridnya.
Banyak tantangan yang dihadapi Ibu Hoiriyah. Yang terbesar adalah masih banyak orangtua anak berkebutuhan khusus menolak diajak kerja sama untuk mendidik anak mereka. Banyak pula yang menyangkal bahwa anak mereka berkebutuhan khusus hingga tidak mengusahakan pendidikan yang layak selama bertahun-tahun. Dan banyak pula orangtua dari anak tipikal (reguler) yang tidak mau anak mereka bersekolah bersama anak berkebutuhan khusus.
Ibu Hoiriyah tak lelah mengedukasi para orangtua. Ia menjelaskan bahwa berkebutuhan khusus bukanlah penyakit menular. Dan setiap anak berhak untuk mendapat pendidikan. Anak berkebutuhan khusus juga ingin bersekolah seperti teman-temannya.
Baginya, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sama pentingnya dengan pendidikan bagi anak-anak lain. Ia berharap PAUD inklusinya dapat memberi pendidikan terbaik bagi para siswanya dan menjadi bekal bagi orangtua dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.
Ada keinginan untuk mendirikan sekolah di tempat yang lebih mudah diakses para orangtua. Saat ini, sekolah berada di lantai dua rumahnya, di gang sempit yang tidak memiliki lahan parkir. Ia berharap Allah memberinya jalan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.
Sadar bahwa ia belum bisa menerima terlalu banyak murid karena keterbatasan jumlah guru, Ibu Hoiriyah mengunjungi PAUD lain yang pernah menolak murid. Ia meminta PAUD tersebut untuk menerima anak berkebutuhan khusus dan membantu guru di sana untuk mendidiknya.
“Paling tidak, apa yang saya rasakan dulu tidak dirasakan oleh orangtua yang lain. Untuk mencari sekolah selalu ditolak karena membawa anak berkebutuhan khusus. Saya tidak mau anak-anak ini sampai tidak bersekolah. Karena saya yakin, anak-anak ini punya masa depan sama seperti orang lain,” ujar Ibu Hoiriyah.
KOMENTAR ANDA