MESKI hampir 99 persen anak dengan Covid-19 tidak bergejala atau hanya bergejala ringan dan bisa sembuh, namun anak menjadi salah satu kelompok paling tentang terinfeksi virus. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus Covid-19 pada anak di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, DR dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPIFRCPI (Hon) mengungkap data, ada 260 ribu anak terinfeksi Corona. Tingginya kasus penularan itu dikarenakan kurangnya pemeriksaan dan skrinning yang dilakukan pada anak. Itulah mengapa terjadi keterlambatan penanganan.
Dr Aman pun mengakui, sebagian besar anak yang terinfeksi virus memang tidak menunjukkan gejala, bergejala ringan, bahkan sembuh dalam waktu yang singkat. Tapi pencegahan dengan cara vaksinasi merupakan hal terpenting untuk memutuskan mata rantai penularan.
Senada dengan Dr Aman, pegiat masalah kesehatan di media sosial, dr RA Adaninggar, mengungkap sejumlah fakta mengenai berapa pentingnya vaksinasi Covid-19 pada anak.
1. Anak tetap bisa mengalami gejala berat
Kemungkinan anak mengalami gejala berat akibat infeksi virus, masih sangat tinggi. Bahkan sejak adanya varian Delta, jumlah anak usia 0-4 tahun yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan.
Begitu pula dengan jumlah anak usia 12 hingga 18 tahun yang belum divaksinasi lengkap, menambah panjang jumlah kasus positif di Indonesia.
2. Anak bisa meninggal akibat Covid
Meskipun gejala yang dimunculkan ringan hingga sedang, namun potensi datangnya gejala berat tetap ada. Hal itu pun bisa memicu kematian.
Di Indonesia, jumlah kematian total sekitar 144.000 (yang terdeteksi). Jadi jumlah anak yang meninggal akibat Covid-19 sekitar 720 anak (0-5 tahun) dan 720 anak usia 6-18 tahun.
Rata-rata 65 anak meninggal dunia per bulan dan 2 anak meninggal dunia per jam.
3. Anak bisa mengalami long Covid berat
Long Covid bisa terjadi pada siapa saja yang terinfeksi, termasuk anak. Salah satu long Covid berat yang patut diwaspadai orangtua adalah MIS-C.
MIS-C adalah kedatangan pada hampir seluruh organ tubuh yang sering terjadi pada 2-6 minggu setelah terinfeksi.
Data di Amerika menunjukkan 66-73 persen anak yang mengalami MIS-C sebelumnya dalam kondisi sehat (tidak memiliki penyakit bawaan). Sebagian besar butuh perawatan intensif dan 1,4 persen di antaranya meninggal dunia.
Selain MIS-C, long Covid juga bisa mengganggu konsentrasi (brain fog), lelah berlebihan, gangguan tidur, nyeri otot dan sendiri, pusing, sesak napas dan jantung berdebar. Gejala ini menetap hingga 5 minggu dan tentu saja mengganggu aktivitas sehari-hari anak.
4. Anak bisa menulari
Karena terkadang anak tidak menunjukkan gejala, maka kemungkinan untuk menulari orang dewasa yang rentan, seperti lansia dan pemilik komorbid, juga sangat tinggi.
Studi menunjukkan bahwa anak usia balita berisiko 1,5 kali lebih tinggi menulari orang di sekitarnya.
"Itu alasan mengapa vaksinasi penting. Lagipula efektivitas vaksinasi pada anak itu nyata. Anak usia 12-18 tahun yang belum divaksin memiliki risiko 10 kali lebih tinggi tertular Covid. Dan risiko anak mengalami MIS-C turun hingga 91 persen setelah mendapat vaksinasi lengkap," tulis dr Ning.
Di Indonesia, pemerintah menggunakan Sinovac untuk vaksinasi anak. Vaksinasi ini membentuk antibodi 96-100 persen pada anak usia 13-17 tahun.
Efek sampingnya pun ringan dan sedikit sedang. Berupa reaksi lokal seperti nyeri di bekas suntikan, bengkak, kemerahan, dan gatal. Juga reaksi sistemik seperti demam, batuk, nyeri kepala, nafsu makan turun, diare, mual muntah, kemerahan kulit, nyeri otot, hingga kelelahan.
Jadi bisa dikatakan, manfaat vaksin pada anak jauh lebih tinggi dibandingkan risikonya. Yuk, vaksinasi anak!
KOMENTAR ANDA