PARA pencari suaka asal Afghanistan melakukan unjuk rasa di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada Rabu (19/1/2022) siang.
Ratusan pengungsi Afghanistan menuntut keadilan HAM sekaligus mendesak United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) segera menentukan negara tujuan bagi mereka.
Rencana untuk melakukan long march dari Monas ke kantor Amnesty International Indonesia di Menteng tidak mendapat izin dari Polres Metro Jakarta Pusat.
Alasannya tidak hanya dapat mengganggu ketertiban lalu lintas, kerumunan para pengungsi juga dikhawatirkan dapat menjadi sumber penularan COVID-19. Terlebih lagi di Jakarta saat ini sedang terjadi lonjakan kasus varian Omicron.
Koordinator demo Yasin Alemi menyatakan bahwa unjuk rasa tersebut ditujukan untuk pemerintah Indonesia, PBB, dan organisasi HAM. Dengan mendatangi Amnesty International, mereka berharap suara mereka didengar dan tuntutan mereka bisa segera dipenuhi.
Menurut Yasin, selama 10 tahun berada di Indonesia, para pengungsi tidak mendapat dukungan finansial maupun dukungan moral dari pemerintah. Yasin berharap aksi mereka dapat menggugah pemerintah Indonesia untuk lebih aktif dalam meringankan kesusahan para pengungsi.
Ia juga mempermasalahkan kasus meninggalnya pengungsi Afghanistan yang dianggap sebagai bentuk kelalaian International Organization for Migration (IOM) di Indonesia dan UNHCR.
Pihak Amnesty International tidak dapat menemui para pengungsi Afghanistan karena mereka sedang menjalani work from home (WFH). Karena itulah Amnesty International menawarkan solusi pertemuan secara virtual kepada para pengunjuk rasa.
Dalam aksi yang melibatkan anak-anak itu, para pencari suaka membawa sejumlah spanduk, di antaranya bertuliskan We hope our cry for freedom could be heard by resettlement countries, UNHCR wake up! juga We only ask for a country to call Home.
Data UNHCR hingga akhir November 2021 menunjukkan bahwa kebanyakan pengungsi di Indonesia datang dari Afghanistan (57%), Somalia (10%), dan Irak (5%).
KOMENTAR ANDA