PULUHAN demonstran yang berasal dari kelompok etnis Muslim Uighur China melakukan protes di Istanbul, Turki menyerukan boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing, Minggu (23/1/2022) waktu setempat.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar gedung Komite Olimpiade Turki mengibarkan bendera biru-putih yang melambangkan gerakan kemerdekaan Turkestan Timur, kelompok yang dianggap Beijing mengancam stabilitas wilayah barat jauh Xinjiang.
Layaknya menjadi peserta lomba, para demonstran mengenakan nomor dada putih bertuliskan #NoBeijing2022. Mereka pun ramai meneriakkan "China, hentikan genosida; China, tutup kamp!"
"China tidak punya hak menjadi tuan rumah Olimpiade sambil melakukan semua penyiksaan, kekejaman, dan genosida terhadap warga Uighur," kata Munevver Ozuygur, seorang ibu rumah tangga yang mengaku memiliki kerabat di kamp-kamp di China.
Para pakar di PBB dan kelompak pembela HAM memperkirakan lebih dari satu juta orang, terutama dari Uighur dan minoritas Muslim lain telah ditahan selama beberapa tahun terakhir di kamp-kamp di wilayah Xinjiang.
Pemerintah China menyangkal tuduhan genosida dan keberadaan kamp kerja paksa di Xinjiang, bahkan menuduh warga Uighur yang bersaksi di luar negeri sebagai pembohong bayaran.
Setelah awalnya menyangkal keberadaan kamp Xinjiang, China kemudian menyebutnya sebagai pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan mengurangi 'ekstremisme'.
Amerika Serikat dan sejumlah negara lain termasuk Inggris, Kanada, Australia, Jepang, dan Denmark mengatakan mereka tidak akan mengirim delegasi diplomatik resmi ke event olahraga akbar itu sebagai protes terhadap catatan hak asasi di China. Olimpiade Musim Dingin rencananya akan dimulai pada 4 Februari mendatang.
Amerika Serikat juga telah menjatuhkan sanksi pada sejumlah politikus dan perusahaan China atas perlakuan mereka terhadap etnis Uighur yang kemudian mulai dibalas oleh Beijing.
China memberikan sanksi kepada legislator Eropa, Inggris, Amerika Serikat, sebuah firma hukum di London, serta para akademisi yang mempelajari Xinjiang.
Sekitar 50.000 orang Uighur diyakini tinggal di Turki, menjadikan mereka diaspora Uighur terbesar di luar Asia Tengah. Bulan lalu, 19 warga Uighur mengajukan tuntutan pidana bersama jaksa Turki terhadap pejabat China. Para warga Uighur menuduh pejabat China melakukan genosida, penyiksaan, pemerkosaan, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Salah satu pengunjuk rasa, Abdurrahman Taymaz mengatakan bahwa dunia, Turki, dan negara-negara Islam harus bangun dan bertindak karena China tengah melakukan genosida. "Mereka menipu orang," ujarnya, seperti dilansir Al Jazeera (23/1/2022).
Warga Uighur juga mengkritik pendekatan Turki ke China. Meski demikian, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan ia akan menyampaikan pandangan, harapan, dan kepekaan Turki atas Uighur kepada China selama pembicaraan di Beijing pada bulan ini.
KOMENTAR ANDA