KISAH Pak Khaerun viral di media sosial.
Pengendara bus TransJakarta itu melakukan aksi heroik dengan menyelamatkan seorang perempuan yang berniat bunuh diri dari flyover di daerah Jembatan Tiga.
Atas jasanya, Pak Khaerun dianugerahi piagam penghargaan dan emas 5 gram dari Perum PPD, operator bus tempatnya bekerja. Menurut pihak PPD, kebaikan yang dilakukan Pak Khaerun merepresentasikan karyawan yang berakhlak mulia dan mengedepankan moral.
Kisah Pak Khaerun mengingatkan kembali bahwa setiap kita bisa menjadi pahlawan. Karena menjadi pahlawan bukan semata bermodalkan uang. Sejatinya, kebermanfaatan diri kitalah yang mampu menjadikan kita pahlawan bagi orang lain.
Pada awal ayat ke-7 surah Al-Isra', Allah Swt. berfirman, In ahsantum ahsantum li anfusikum yang bermakna "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri".
Berbuat baik, sejatinya menunjukkan adanya iman dan ihsan dalam hati. Ketika kita berbuat baik dengan tulus, niscaya kebaikan kita akan memantul kembali kepada kita.
Karena tak ada yang menghalangi antara kita dan kebaikan tersebut. Tak ada dahaga akan pujian, tak ada niat untuk mendapat nama baik, juga tak ada harapan akan mendapat imbalan. Maka air kebajikan yang kita alirkan kepada orang lain akan mengalir kembali ke diri kita.
Perbuatan baik juga memperlihatkan apa yang ada di lubuk hati terdalam. Ketika seseorang sedang terpuruk dalam gelimang dosa atau sedang mengalami kesulitan hidup, namun dia mampu menjadi pahlawan bagi orang lain, itu artinya ada secercah cahaya terang dalam sanubarinya. Cahaya yang akan menuntunnya keluar dari lembah dosa. Cahaya yang membantunya untuk selalu mengingat Allah dan bersyukur meski terlilit kesulitan hidup.
Dari Pak Khaerun, kita bisa meresapi kembali hakikat "setiap orang adalah pahlawan".
Meskipun kita bukan Pak Khaerun yang telah menyelamatkan nyawa seseorang, kita bisa memberikan kebermanfaatan kita bagi sesama.
Jika kita punya ilmu atau keterampilan, kita bisa membagikannya. Jika kita tahu kebenaran, kita bisa menyuarakannya. Jika kita memiliki rezeki luang, kita bisa menyumbangkannya. Jika kita punya tenaga, kita bisa memakainya untuk meringankan pekerjaan orang lain. Dan ketika kita semua menjadikan diri kita sumber pengorbanan yang tak ada habisnya, tak perlu seremoni untuk menandai kepahlawanan kita.
Adakah pahlawan yang mengharap tanda jasa? Rasanya tidak.
Kebermanfaatan yang diberikan untuk orang lain didasari pada kesadaran bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang seharusnya menjadikan dunia sebagai tempat teraman dan ternyaman untuk ditinggali.
Pahlawan sejati berkorban demi kepentingan yang lebih besar dari keuntungan pribadinya. Harapannya tak terarah untuk sesama manusia, tapi jauh lebih tinggi, berharap agar Sang Khalik memperkenankan kebaikannya menjadi pembuka pintu surga.
Kisah Pak Khaerun wa khairuhu (dan kebaikannya) semoga menyemangati kita untuk tak lelah berbuat baik dalam kondisi apa pun. Sekalipun dibayangi rasa frustasi tentang ketidakpastian hidup, asa untuk berbuat kebaikan harus tetap menyala.
"Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)
KOMENTAR ANDA