Tsai bertekad menjadikan Taiwan sebagai bagian dari negara berdaulat yang cemerlang di dunia dengan meningkatkan perekonomian melalui inisiatif di bidang bioteknologi, pertahanan, dan energi hijau.
Tsai bertekad menjadikan Taiwan sebagai bagian dari negara berdaulat yang cemerlang di dunia dengan meningkatkan perekonomian melalui inisiatif di bidang bioteknologi, pertahanan, dan energi hijau.
KOMENTAR

MEMILIH untuk mempertahankan demokrasi di negaranya, Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen tidak sudi untuk tunduk kepada China.

Tekad mempertahankan kedaulatan dan demokrasi di negaranya, Republic of China atau Taiwan tersebut disampaikan Presiden Tsai dalam pidatonya pada Hari Nasional Taiwan bulan Oktober lalu.

Ia pun menyatakan kesiapan menghadapi tantangan di masa depan yang lebih berat, mengingat ketegangan dengan China kembali meningkat. Dikutip Reuters, Tsai memastikan tak ada kata mundur jika menyangkut kedaulatan Taiwan.

Presiden Tsai  bertekad bulat untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan sebagai sebuah negara. Ia tak mau menerima China sebagai otoritas pemerintahan bagi masyarakat Taiwan.

Apa yang ditegaskan Presiden Tsai merupakan jawaban atas janji Presiden China Xi Jinping yang akan mewujudkan reunifikasi alias penyatuan kembali dengan Taiwan yang akan ditempuh dengan jalan damai.

Menurut Presiden Xi, hambatan terbesar untuk reunifikasi China adalah kemerdekaan Taiwan. Dilaporkan Taiwan, Presiden Xi menyebut rakyat Taiwan melupakan warisan nenek moyang mereka, mengkhianati tanah air mereka, dan memecah belah negara.

Siapa Tsai Ing-Wen?

Dilansir Britannica, Tsai Ing-Wen merupakan politikus Partai Progresif Demokrat yang menjadi presiden perempuan pertama Taiwan sejak tahun 2016. Ia juga menjadi presiden pertama Taiwan yang berstatus lajang saat terpilih.

Perempuan kelahiran 31 Agustus 1956 ini adalah keturunan Hakka yang terlahir di keluarga pebisnis kaya dari sembilan saudara.

Tsai Ing-Wen meraih gelar sarjana hukum (1978) dari Universitas Nasional Taiwan, lalu melanjutkan ke Cornell University (1980) dan London School of Economics (1984) untuk gelar master dan doktor bidang hukum.

Namanya berada di posisi ke-9 Power Woman 2021 versi Forbes.

Sejak menjabat, Tsai telah melanggar protokol yang menciptakan ketegangan dengan China yaitu dengan menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat.

Pada tahun 2020, Tsai memenangkan kembali pemilu dengan lebih dari 57% suara. Kemenangan tersebut dianggap sebagai sandungan terhadap upaya China menguasai pulau tersebut.

Saat pandemi COVID-19, kepemimpinan Tsai dijadikan salah satu model global dengan melembagakan program pelacakan dan penelusuran ketat untuk mencegah penularan massal COVID-19.

Dia bertekad menjadikan Taiwan sebagai bagian dari negara berdaulat yang cemerlang di dunia dengan meningkatkan perekonomian melalui inisiatif di bidang bioteknologi, pertahanan, dan energi hijau.




Meutya Hafid, Mengemban Jabatan Menteri Komunikasi dan Digital di Tengah Badai Judi Online

Sebelumnya

4 Perempuan Peneliti Indonesia Raih L’Oreal-UNESCO For Women in Science 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women