KETUA Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban menganggap Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga lonjakan kasus COVID-19.
"Bagi yang mengira kita telah masuk gelombang tiga, ya kita telah "berhasil" memasukinya. Kasus naik tiap hari, BOR dan positivity rate juga, plus klaster. Tapi jangan panik. Kita bisa atasi sebelum jadi lebih buruk. Pemutusan rantai penularan harus dilakukan cepat dan efisien," tulisnya melalui akun Twitter @ProfesorZubairi, Senin (31/1/2022).
Adapun positivity rate harian untuk pemeriksaan PCR dan TCM mencapai angka 23,93%. Kondisi tersebut sesuai yang dikatakan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahwa positivity rate Indonesia sudah berada di atas standar WHO (5%).
Dengan kondisi saat ini, Prof. Zubairi menyebutkan bahwa strategi dan pelacakan kontak erat serta penelusuran kasus belum dijalankan secara maksimal. Masyarakat mengira keadaan normal saja, tanpa menyadari penyebaran virus corona sudah meluas. Meski meminta masyarakat selalu waspada, Prof. Zubairi mengimbau untuk tidak panik.
Prof. Zubairi meminta pemerintah memperketat level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan meminta evaluasi kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbataas 100%.
Sementara itu epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman juga sependapat bahwa Indonesia tengah memasuki gelombang tiga pandemi.
Dengan jumlah konfirmasi kasus positif di akhir Januari 2022 sebanyak 10.185, Dicky menganggap jumlah sebenarnya jauh di atas angka tersebut dan bisa 10 kali lipat dari jumlah yang terdeteksi. Hal itu menurut Dicky, mengingat tipikal masyarakat Indonesia yang tidak langsung pergi ke RS saat merasakan gejala.
Ia memprediksi puncak kasus akan terjadi pada akhir Februari terutama di wilayah Jawa-Bali, yang kemudian dapat turun kembali di awal bulan Maret. Tergantung respons dan strategi yang diterapkan saat puncak gelombang.
Hal prioritas yang harus disiapkan pemerintah menurut Dicky adalah memastikan fasilitas kesehatan dapat menjalankan fungsi secara maksimal. Caranya dengan memperkuat sistem rujukan, juga memperbaiki kualitas pelayanan darurat dan layanan primer di RS agar tidak ada hambatan.
KOMENTAR ANDA