TERKADANG pemikiran yang nakal juga berguna menjadi pemantik diskusi yang sengit. Sebagaimana kejadian yang berikut ini:
Seorang pria intelektual berkata, “Bila surga di bawah telapak kaki ibu, jika rida orangtua itu penting, mengapa pula orangtua membutuhkan doa anak saleh? Bagaimana logikanya orangtua masih meminta-minta doa kelak setelah meninggal dunia?”
Main logika nih?
Okelah!
Justru di sini terlihat betapa indahnya ajaran Islam memposisikan para penganutnya. Memang tidak ada seorang pun manusia yang suci, apalagi yang terbebas dari yang namanya dosa.
Sebagai anak, meski belumlah lama di dunia ini, dosanya juga berjibun, termasuk kepada manusia, terhadap orangtua dan yang berkaitan dengan umat manusia lainnya. Berhubung memang sudah hidup lebih lama, orangtua pun potensial banyak melakukan dosa.
Sekali lagi, tidak ada manusia yang benar-benar suci. Dari itulah kita pun saling mendoakan; orangtua mendoakan anak, dan anak pun mendoakan orangtua. Intinya, sebagaimana doa itu tergolong amalan baik, maka segala lapisan manusia berhak meraup pahala darinya.
Kita tidak tahu dari doa manakah permohonan dan harapan itu dikabulkan Allah. Barangkali doa belum terkabul dari lisan sendiri, tetapi doa itu insyallah malah terkabulkan melalui doa anak, atau justru pintu surga itu terbuka lebar bagi orangtua berkat doa dari anak yang saleh.
Jatuh bangun anak berjuang demi meraih kehidupan nan gemilang, dengan rangkaian doa yang tiada putus-putusnya, ternyata eh ternyata, malah melalui doa orangtua harapan itu jadi kenyataan. Bahkan boleh jadi malah dengan doa ayah bunda maka dosa-dosa anak jadi terampuni (tentunya dengan terlebih dulu bertaubat ya!).
Kok bisa?
Dalam hidup yang singkat ini, seorang anak dapat saja terjebak dalam kubangan dosa demi dosa. Dan jangan pernah berpikir menunda program menghapus dosa kelak setelah tua, ajal tidak ada yang tahu toh! Sudah cukup mati mudanya rekan-rekan seperjuangan menjadi pelajaran bagi kita untuk segera bertaubat.
Nah, taubat adalah jalan teramat penting dalam menghapus dosa demi dosa, taubatlah yang sebenar-benarnya agar Allah mengampuni. Supaya peluang taubat diterima itu terbuka lebar-lebar, maka mintalah rangkaian doa, terutama dari orangtua.
Ayah bunda tentulah mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan dalam rangkaian doa mereka, hendaknya terinspirasi pula doa yang melancarkan taubat penghapus dosa itu. Agar kita hadir di hadapan mahkamah Ilahi dalam kondisi syukur-syukur bersih dari noda-noda dosa, amin.
Ingat, doa adalah senjata mukmin! Jangan pernah sia-siakan senjata pamungkas ini. Dan dalam berbagai hadisnya, Nabi Muhammad menyebutkan berbagai jenis doa yang potensial dikabulkan Allah. Nah, jenis-jenis doa nan ampuh inilah yang penting dipahami, di mana doa orangtua termasuk yang sering disebut-sebut mujarab.
M. Khalilurrahman Al-Mahfani dalam bukunya Keutamaan Doa & Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera (2006: 58-59) menyebutkan, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga macam doa yang akan dikabulkan dan tidak diragukan lagi yakni; doa orang yang teraniaya, doa orang yang bepergian (musafir), dan doa orangtua untuk anaknya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Hurairah)
Jadi, kembali kepada logika yang dihamparkan pada pembukaan di atas, sebenarnya tidak ada yang meminta-minta, tidak ada yang dalam posisi demikian merendahkan diri. Kita tidak dalam peran mengemis doa kepada sesama manusia, karena saling mendoakan itu bagian dari adab sesama muslim.
Termasuk dalam adab bagi orangtua untuk mendoakan anaknya, dan adab seorang anak mendoakan orangtuanya. Kedua-duanya dalam peran terhormat karena sama-sama beradab, bahkan tuntunan ini juga tertera dalam Al-Qur’an.
Surat Al-Isra' ayat 24, yang artinya, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
Terkait dengan ayat di atas yang menjadi bait doa nan populer, Imam al-Ghazali pada buku Cara Memperoleh Hidayah Allah (2018: 287) menerangkan, berbakti terhadap orangtua tidak hanya ketika mereka masih hidup, setelah wafatpun seorang anak tetap diperintah untuk berbakti. Hal ini berdasarkan hadis Nabi, “Apabila manusia itu wafat terputuslah amal ibadahnya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh mendoakannya.”
Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewajiban mendoakan orangtuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, doa yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah doa seorang anak untuk orangtuanya.
Makin menarik adanya doa timbal balik antara orangtua dan anak ini, sesungguhnya gambaran dari ketulusan agama menciptakan ladang pahala yang berimbang. Terlebih jika yang dipanjatkan itu doa-doa agar diterimanya taubat, niscaya kebaikannya akan lebih berlimpah.
KOMENTAR ANDA