Orang-orang menunggu untuk dievakuasi ke Rusia di tengah krisis di Donetsk, wilayah yang dikendalikan oleh pemberontak pro-Rusia, di Ukraina timur, Jumat (18/2/2022)/ Foto: AP Photo
Orang-orang menunggu untuk dievakuasi ke Rusia di tengah krisis di Donetsk, wilayah yang dikendalikan oleh pemberontak pro-Rusia, di Ukraina timur, Jumat (18/2/2022)/ Foto: AP Photo
KOMENTAR

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina bisa mengakibatkan transmisi COVID-19 yang tidak terdeteksi.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers (3/3/2022) menjelaskan bahwa WHO sangat prihatin dengan kondisi darurat kemanusiaan yang sedang terjadi di Ukraina.

Terlebih lagi, Ukraina telah mengalami lonjakan gelombang kasus COVID-19 sebelum sebelum perang berkecamuk.

Badan bantuan PBB telah memperingatkan risiko penularan COVID-19 setelah ratusan ribu warga Ukraina melarikan diri ke Polandia dan negara-negara Eropa lain.

Dilansir CNBC, data Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN OCHA) menunjukkan bahwa Ukraina mengalami kenaikan 555% kasus COVID-19 selama Januari-Februari yang sebagian besar didorong oleh Omicron.

"Tingkat pengujian yang rendah sejak awal konflik memungkinkan banyak transmisi yang tidak terdeteksi. Ditambah dengan cakupan vaksinasi yang rendah, hal ini meningkatkan risiko sejumlah orang bisa mengalami penyakit parah," ujar Tedros.

Melihat kondisi perang saat ini, WHO memperingatkan bahwa wabah COVID, ditambah orang-orang yang terluka dalam perang, akan menempatkan lebih banyak tekanan pada sistem perawatan kesehatan Ukraina yang mulai terganggu.

Kekurangan oksigen kritis akan berdampak pada kemampuan untuk merawat pasien COVID-19 juga pasien dalam kondisi darurat lain.

Setidaknya tiga pabrik oksigen utama di Ukraina telah ditutup. Badan bantuan PBB tengah mencari cara mengakses oksigen dari negara-negara tetangga dan cara mengirimkannya dengan aman ke tempat yang dibutuhkan.

Perpindahan populasi secara massal tak hanya bisa berkontribusi dalam penularan COVID-19 tapi juga berpotensi meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan di negara-negara tetangga.

Tedros meminta bantuan internasional berupa perlengkapan medis yang dibutuhkan darurat segera dikirim ke Ukraina, termasuk obat untuk terapi kanker dan insulin. Ia juga menyesalkan adanya laporan serangan terhadap fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan.

"Kami menerima beberapa laporan serangan yang belum dikonfirmasi tentang rumah sakit dan infrastruktur kesehatan, dan satu insiden yang dikonfirmasi pekan lalu, di mana sebuah rumah sakit berada di bawah serangan senjata berat, menewaskan empat orang dan melukai 10 orang, termasuk enam petugas kesehatan," katanya.

Tedros mengingatkan bahwa netralitas dan keamanan perawatan kesehatan—termasuk petugas kesehatan, pasien, persediaan, transportasi, fasilitas, juga hak untuk akses aman ke perawatan, harus dihormati dan dilindungi.

"Serangan terhadap perawatan kesehatan melanggar hukum humaniter internasional," ujar Tedros, seperti dilansir The Cable.

Sementara itu Reuters melaporkan bahwa WHO berharap perang Rusia-Ukraina tidak berdampak pada pasokan vaksin ke Afrika. Vaksin Sputnik Rusia adalah salah satu vaksin yang diimpor ke Afrika. Muncul kekhawatiran bahwa perang dapat mengganggu pengiriman vaksin ke Afrika.

Richard Mihigo, manajer area program untuk WHO Afrika, mengatakan saat ini dampak perang belum mempengaruhi pasokan vaksin. "Kita perlu melihat dampak jangka panjang dari serangan militer ini, dan sanksi ekonomi yang efeknya belum bisa kita katakan saat ini," ujarnya.

Tak hanya COVID-19, Dr. Bruce Aylward, seorang penasihat senior di WHO mengingatkan bahwa para pengungsi juga sangat rentan terhadap penyakit menular lain dan kematian akibat penyakit parah.

"Penyakit menular dengan kejam mengeksploitasi kondisi yang diciptakan oleh perang," pungkasnya.

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News