LEMBAGA-lembaga bantuan memperingatkan urgensi melindungi perempuan dan anak-anak perempuan dalam perang Rusia-Ukraina. Seruan tersebut disampaikan bertepatan dengan peringatan International Women's Day yang jatuh pada 8 Maret.
Diketahui bahwa sebagian besar dari 1,7 juta orang yang meninggalkan Ukraina adalah perempuan dan anak-anak. Dan diperkirakan 80.000 perempuan akan melahirkan dalam tiga bulan ke depan di Ukraina.
Komite Darurat Bencana (Disaster Emergency Committee, DEC) Inggris menyatakan bahwa konflik, krisis, dan pengungsian menempatkan perempuan dan anak-anak perempuan dalam risiko kekerasan serta pelecehan seksual dan fisik.
Artinya, banyak perempuan yang tidak akan menerima perawatan kesehatan ibu yang kritis dan itu bisa membuat persalinan menjadi pengalaman yang mengancam jiwa.
“Konflik di Ukraina dan pengungsian yang diakibatkannya membuat keluarga tercabik-cabik, membuat perempuan dan anak-anak yang berusaha mencari keselamatan terbuka dan rentan,” kata Suzy Madigan, penasihat kemanusiaan senior Care International untuk gender dan perlindungan.
Perempuan yang melarikan diri dari bencana akan menghadapi risiko nyata kekerasan dan pelecehan berbasis gender ketika mereka terpaksa meninggalkan rumah.
“Jika Anda menjadi bergantung pada orang lain untuk kebutuhan dasar bertahan hidup, eksploitasi menjadi ancaman nyata," ujar Suzy.
Care International adalah salah satu dari 15 badan amal DEC yang berbasis di Inggris yang bekerja di Ukraina dan di negara-negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang meningkat. PBB mendeskripsikan kondisi saat ini sebagai krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
DEC menyediakan makanan, tempat tinggal, air bersih, perlengkapan kebersihan, perawatan kesehatan dan ruang ramah anak bagi perempuan dan keluarga, serta dukungan psikososial termasuk konseling trauma. DEC telah mengumpulkan lebih dari £100 juta ($ 131 juta) dalam penggalangan dana kemanusiaan untuk rakyat Ukraina sejauh ini.
"Sangat menyakitkan bila membayangkan apa yang dihadapi perempuan dan anak-anak yang telah meninggalkan rumah, mereka mengkhawatirkan hidup mereka, dan mereka mengkhawatirkan keluarga yang mereka tinggalkan," kata Rebecca Front, pendukung Palang Merah Inggris.
Sementara itu, Alexandra Parnebjork, penasihat gender dalam kondisi darurat Plan International, mengatakan sebagian besar kematian ibu di dunia terjadi dalam krisis kemanusiaan.
“Kita harus memastikan mereka memiliki akses ke perawatan kesehatan yang layak serta perlindungan dari kekerasan seksual dan berbasis gender.”
Banyak perempuan, anak-anak dan remaja tiba di perbatasan Polandia, Rumania, Hongaria, Slovakia, dan Moldova, hanya dengan membawa apa yang dapat mereka bawa.
“Ada laporan yang sangat memprihatinkan tentang rasisme terhadap pengungsi kulit berwarna, termasuk ibu dengan bayi yang dipaksa menunggu lebih lama dalam suhu di bawah titik beku tanpa tempat berlindung, dan laporan tentang siswa perempuan yang terjebak di perbatasan selama beberapa hari tanpa fasilitas tempat tinggal dan toilet," kata Niki Ignatiou, penasihat kemanusiaan ActionAid UK.
Perempuan dan anak perempuan yang tiba di perbatasan sangat membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan barang-barang penting seperti sabun, produk menstruasi, dan pakaian dalam.
“Dukungan psikososial dan ruang aman untuk mencegah kekerasan berbasis gender juga akan sangat penting dalam beberapa minggu mendatang," tambah Niki.
DEC juga menangani sejumlah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di seluruh dunia yang menempatkan perempuan dan anak-anak dalam bahaya.
Dana yang dikumpulkan DEC sebelumnya dan berkelanjutan hingga saat ini banyak dialokasikan ke Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, Yaman, dan kamp-kamp pengungsi Rohingya, serta komunitas rentan yang terkena dampak pandemi virus corona, seperti dilansir The National News (8/3/2022).
KOMENTAR ANDA