Jodoh harus dilandasi persamaan sekaligus perbedaan untuk bisa saling melengkapi. Dan untuk mendapat jodoh, jalan yang ditempuh setiap orang berbeda-beda/ Net
Jodoh harus dilandasi persamaan sekaligus perbedaan untuk bisa saling melengkapi. Dan untuk mendapat jodoh, jalan yang ditempuh setiap orang berbeda-beda/ Net
KOMENTAR

IHWAL jodoh, apakah itu menjadi cerminan diri atau pelengkap diri?

Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa jodoh harus dilandasi persamaan sekaligus perbedaan untuk bisa saling melengkapi. Dan untuk mendapat jodoh, jalan yang ditempuh setiap orang berbeda-beda.

Pada hakikatnya tak ada larangan untuk menjemput jodoh, pun bagi seorang perempuan. Tapi tentulah, cara menjemput jodoh itu harus tetap menjaga kemuliaan diri seperti yang dibenarkan dalam syariah.

Adakah doa untuk mempercepat datangnya jodoh?

Menurut Prof. Quraish, kita diperkenankan untuk memohon kepada Allah Swt. tentang jodoh. Salah satu doa yang bisa kita panjatkan terdapat dalam Al-Qur'an.

Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqina imaman
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
(QS. Al-Furqan: 74)

Doa-doa lain diperbolehkan, dalam Bahasa Indonesia pun tak mengapa. Atau bahkan tanpa kata.

Dalam hati, kita menyampaikan bahwa Allah mengetahui keingina kita, betapa kita membutuhkan pendamping. Atau hati kita mengatakan, "Ya Allah, aku tidak menyampaikan kebutuhanku karena Engkau mengetahui apa kebutuhanku. Anugerahkanlah apa yang aku butuhkan."

Suami istri, menurut Prof. Quraish, harus memiliki setidaknya 4 persamaan. Semakin kuat persamaan tersebut, semakin kuatlah hubungan antara suami istri.

Pertama, suami istri harus sama-sama merasa hidup. Perlu diketahui, hidup ditandai oleh tiga hal yaitu tahu, gerak, dan rasa. Itu artinya, pasangan harus saling mengetahui, jangan menyembunyikan sesuatu dari pasangan. Pasangan harus bergerak aktif, dan harus memiliki rasa yang sama.

Kedua, suami istri harus sama-sama merasa sebagai manusia. Jangan laki-laki menganggap perempuan lebih rendah. Jangan pula salah satu beranggapan pasangannya bersumber darinya, atau bergantung padanya.

Ketiga, sama-sama dewasa. Jodoh harus sama-sama dewasa. Jika yang satu masih kecil (anak-anak) akan sulit menyelaraskan berbagai pemikiran.

Keempat, sama-sama cinta. Ini sudah pasti. Rasa cinta kasih yang ada di hati pasangan suami istri dapat menjadi salah satu kekuatan untuk menghadapi berbagai masalah.

Namun di balik berbagai persamaan yang harus ada, jodoh juga sejatinya saling melengkapi perbedaan yang ada. Satu perempuan, satu laki-laki. Dengan segala sifat dan nalurinya, mereka harus mampu saling melengkapi.

Pun dalam keempat persamaan tadi, suami istri juga dituntut mampu saling melengkapi.
Bisa jadi keduanya sama-sama tahu, tapi si istri lebih pandai dalam satu hal, maka ia melengkapi suaminya dengan pengetahuan.

Bisa jadi keduanya sama-sama gerak, tapi misalnya kondisi fisik suami yang lebih tua, maka istri yang melengkapi suaminya untuk bisa beraktifitas.

"Karena itulah jodoh adalah cerminan diri sekaligus saling melengkapi," pungkas Prof. Quraish.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur