SUKA tidak suka, Putin telah menjadi pemimpin dunia yang disegani, terlebih dirinya adalah Presiden Rusia, negara yang terluas di muka bumi. Dan meroketnya popularitas Putin kali ini dibaluti kontroversi sebagai sosok di balik meletusnya perang memalukan di benua biru.
Aib itu telah tercoreng tepat di jidat orang-orang Eropa, yang disebut-sebut punya peradaban tinggi, tetapi masih tega memakai konflik bersenjata sebagai jalan pintas permasalahan. Aduh!
Lalu pentingkah mengenali sosok Putin?
Tentunya perlu! Bahkan, kini biografi Putin termasuk yang banyak membuat publik penasaran.
Dua puluh tahun lebih lamanya memegang tampuk kekuasaan presiden dan juga pernah menjabat perdana mentri di Rusia, negara yang meliputi 11 persen daratan bumi, membuat Putin terlalu besar untuk diabaikan.
Lagi pula melihat pribadi Putin hanya dari invasi militernya ke Ukraina tidak akan cukup untuk memotret keunikan dirinya dalam pigura yang utuh. Putin ialah pribadi yang dibentuk oleh pengalaman yang sarat ujian hidup, dan melalui berbagai rintangan dengan gayanya yang khas.
Renny Candradewi Puspitarini dalam buku Kajian Kebijakan Politik Internasional (2020: 160) menerangkan Putin lahir pada tanggal 7 Oktober 1952 di Leningrad (Uni Soviet) yang sekarang menjadi Saint Petersburg, Federasi Rusia. Vladimir Putin lahir dari lahir dari ibu, seorang buruh pabrik, dan ayahnya, seorang konskrip angkatan laut Soviet, yang bertugas dalam armada submarinir pada tahun 1930-an.
Karier Vladimir Putin berawal setelah bergabung dengan KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) nama badan intelijen Uni Soviet (1954-1991). Dilatih di sekolah KGB ke-401,Okhta, Leningrad.
Lepas dari dinas intelijen KGB, Putin menapaki karir yang cemerlang di lajur politik.
Teguh Santosa dalam buku Di Tepi Amu Darya (2018: 201) menguraikan Vladimir Vladimirovich Putin dipuja sebagai politisi yang mampu mengembalikan kebanggaan bangsa Rusia setelah Uni Soviet bubar.
Putin mulai menempati posisi penting di Federasi Rusia pada 1998. Di bulan Juli tahun itu dia ditunjuk sebagai Direktur Badan keamanan Federal hingga Maret 1999. setelah itu Putin dipercaya Presiden Boris Yeltsin menjadi Perdana Menteri dari bulan Agustus 1999 hingga Mei 2000. Pada bulan Maret 2000 Putin mengikuti pemilihan presiden dan berhasil memenangkannya.
Jabatan presiden diduduki Putin selama dua periode hingga Mei 2008. Selanjutnya, dari bulan Mei 2008 hingga 7 Mei 2012, Putin kembali menjadi Perdana Menteri Rusia. Di tahun 2012, Putin mengikuti pemilihan presiden untuk kali ketiga, dan menang dengan perolehan suara 64 persen. Dalam pemilihan presiden di bulan Maret 2018, Putin kembali menang.
Dengan terjadinya perubahan dalam konstitusi Rusia, maka Putin masih punya peluang memperpanjang lagi periode jabatannya, bahkan dunia berdebar-debar menanti apakah Putin dapat menjadi presiden seumur hidup? Hal ini makin membuat Putin makin diperhitungkan, terlebih keahliannya dalam kecamuk perang.
Perang bukanlah hal yang mengejutkan bagi Putin, karena selama kekuasaannya pria ini telah terlibat sejumlah pertempuran di Georgia, Kaukasus dan belum termasuk keterlibatan dirinya di perang Suriah yang membuat sahabatnya Presiden Asad masih bertahan di tampuk kekuasaannya.
Putin pernah menyebut Ukraina sebagai saudara, tetapi dirinya malah melakukan invasi militer yang mengguncang dunia. Terbukti Putin politikus ulung, antara ucapan dan tindakannya sulit ditebak atau malah saling bertabrakan.
Putin memadukan keahliannya di militer dan kelicinannya di politik. Pada tahap awal dirinya melakukan “tes air” dengan menginvasi Krimea tahun 2014. Ukraina marah wilayahnya dicaplok, tapi tiada berkutik. Sedangkan Amerika Serikat dan sekutunya NATO hanya berteriak-teriak dari balik bukit.
Ketika gelombang amarah itu belum mereda, Putin lanjut melanjutkan “tes ombak”, tak tanggung-tanggung kali ini langsung negara Ukraina yang diinvasi. Amerika Serikat dan sekutunya kompak berteriak, lagi-lagi dari kejauhan. Pasukan koalisi NATO berjumlah 12.000 prajurit hanya bersiaga di perbatasan. Jangan salahkan jika ada yang menyebut mereka bukan pasukan tempur melainkan tim sorak-sorai. Nyatanya Ukraina masih saja sendirian keteteran menghadapi amukan pasukan beruang merah.
Putin juga menunjukan kehebatannya di bidang sejarah (menafsirkan versi keuntungan ambisinya), dengan menyebut dulunya Krimea merupakan bagian dari Rusia. Entah bagaimana pula jadinya kalau nanti Putin menemukan bukti sejarah Ukraina juga bagian Rusia.
Agresifnya politik luar negeri yang dilancarkan Putin, tidak terlepas dari rasa percaya diri di dalam negeri. Dukungan terhadap dirinya teramat kuat dari kalangan tua, sebab merekalah yang merasakan jasa Putin yang menyelamatkan Rusia dari jurang kepahitan setelah runtuhnya Uni Soviet. Tak dapat disangkal kegeniusan Putin yang mampu mengokohkan kembali supremasi Rusia, setelah ditinggal hancur leburnya Uni Soviet.
Namun, mana ada kursi kekuasaan yang adem ayem belaka. Kalangan muda Rusia mulai menunjukkan aksinya menggoyang posisi Putin, mereka adalah kalangan yang sulit menemukan kata puas dan sering mengharapkan yang lebih. Putin pun ekstrawaspada dengan berbagai manuver Partai Komunis Rusia yang memang punya keahlian menjungkalkan siapapun dari tampuk kekuasaan.
Hitung-hitungan Putin tentang kekuatannya di dalam negeri perlu dipertajam lagi, sebab invasi ke Ukraina dapat berubah menjadi badai di kandang Rusia itu sendiri.
Karena perang dengan Ukraina ini telah menciptakan berbagai sanksi internasional, yang paling keras menyasar ekonomi Rusia. Putin tidak dapat menutup mata, morat-maritnya kondisi ekonomi dapat merubuhkan seorang penguasa otoriter sekalipun. Dampak perang yang membuat babak belur ekonomi dapat dipakai oleh lawan politiknya melengserkan Putin dari singgasana.
Tentunya Putin telah berhitung dengan berbagai risiko itu, dan semoga saja hitung-hitungannya membuat peta jalan damai makin terbuka lebar.
Pada diri Vladimir Putin melekat kuat identitas sebagai sosok mantan intelijen KGB, dinas rahasia Uni Soviet yang disegani di era perang dingin. Tentunya Putin sangat paham seluk-beluk peperangan hingga ke akar-akarnya. Latar belakang Putin berbeda jauh dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yang berlatar pelawak, dan semoga kini menyadari tidak ada perang yang lucu.
Dari itulah harapan berakhirnya perang diharapkan muncul dari inisiatif Putin yang tentu menyadari perang tidak mungkin berkecamuk selamanya. Sebagai mantan intelijen dalam dinas mata-mata bergengsi di jagad raya ini, Putin amat paham ongkos mahal dari peperangan.
Memang sih Rusia punya cadangan duit banyak, tetapi tidak akan mungkin terus menyusui rakyatnya yang luar biasa pula banyaknya. Kalau pandai memulai perang, dia harus tahu pula cara mengakhirinya. Dan mestinya kini Putin yang paling sibuk berhitung berbagai opsi mengakhiri perang ini.
KOMENTAR ANDA