LENGKAP sudah alasan untuk berkeluh kesah, situasi saat ini memang payah; ekonomi babak belur dihantam pandemi, minyak goreng langka, pertamax naik, phk marak, harga-harga-harga kebutuhan pokok meroket dan lain-lain.
Apapun alasannya, toh keluh kesah tidak mampu merubah keadaan, yang ada kondisi menjadi tambah buruk. Kenapa? Sebab keluh kesah itu hanya memukul psikologis, meruntuhkan mental sendiri.
Mestinya kita tersindir dengan apa yang diungkap Allah Swt. pada surat Al-Ma’arij ayat 19-23, yang artinya, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat, mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya.”
Terkesan ada yang ganjil, utamanya ada pengecualian di bagian akhir ayat. Padahal, betapa mudah dibuktikan dimana banyak orang yang melaksanakan shalat akan tetapi justru doyan berkeluh kesah.
Tidak mungkin toh Al-Qur’an salah! Dan yang ada pemahaman kitalah yang perlu dimatangkan.
Apabila kita sudah rajin shalat tetapi malah doyan berkeluh-kesah, maka perbaiki dulu shalat yang kita tunaikan tersebut.
Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir Jilid 15 (2021: 138) menerangkan, sesungguhnya manusia diberi sifat-sifat tercela, kecuali orang-orang yang mendapatkan taufik, diberi hidayah menuju kebaikan.
Mereka adalah orang-orang yang menjalankan shalat, menjaga waktu dan kewajiban-kewajibannya, tidak meninggalkannya satu waktu pun dan tidak disibukkan satu kesibukan apa pun. Mereka tidak meninggalkan sama sekali fardhu-fardhu dan sunnah-sunnah shalat.
Mereka menjalankan hakikat shalat, yakni hubungan dengan Allah, ketenangan dan kekhusyukan.
Mereka tidak mempunyai sifat-sifat suka berkeluh kesah. Mereka -karena keimanan dan karena adanya agama pada diri mereka- hanya mempunyai sifat-sifat terpuji dan perangai-perangai yang diridhai.
Lebih terperinci Wahbah az-Zuhaili menguraikan, yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah orang-orang yang terus menerus melaksanakan shalat pada waktunya.
Ada pun perhatian terhadap urusan shalat, terjadi dengan menjaga perkara-perkara sebelum shalat, seperti wudhu, menutup aurat, mencari kiblat dan sebagainya, terkaitnya hati dengan shalat ketika waktu shalat sudah masuk, menjaga perkara-perkara yang berkaitan dengan shalat seperti khusyu, menjaga riya, melakukan hal-hal sunnah dan penyempurna shalat, menjaga hal-hal yang menempel pada shalat, seperti menjaga diri tidak melakukan tindakan sia-sia dan hal-hal yang bertentangan dengan ketaatan.
Apabila sudah shalat tetapi masih saja sering berkeluh kesah, maka perbaikilah shalat kita itu terlebih dahulu. Ada hal-hal yang penting diperhatikan sebagaimana tercantum pada uraian di atas, yang insyallah menuntun kepada shalat yang benar.
Karena di antara tandanya shalat telah benar akan terbukti, sebagaimana yang disebutkan surat Al-Baqarah ayat 153, “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Nah!
Dari itulah, agar tidak terus-terusan terjebak dalam kubangan keluh kesah, maka perbaikilah shalat kita supaya benar. Shalat yang benar-benar membuat hati kita tetap sejuk meski sedang melalui lautan bara api, yang tetap tegar walau melayari amukan prahara.
Orang yang benar-benar shalat akan mampu menahan dirinya dari keluh kesah yang memang tidak memberi manfaat apa-apa. Kini yang kita hadapi sudah badai cobaan yang membuat kehidupan porak-poranda. Makanya, berpegang teguhlah dengan kesabaran, dan supaya mental tidak goyah teruslah memperbaiki shalat.
Ketika mengantri vaksinasi, seorang ibu-ibu ditanya, “Mengapa mau divaksin?”
Ibu-ibu itu menjawab sendu, “Sudah habis barang-barang yang bisa digadai.” Keluh kesahnya tergambar dari ucapan tidak ada lagi barang miliknya yang dapat digadaikan demi menyambung hidup di masa pandemi yang memilukan. Kabar baiknya dia tidak terkubur dalam keluh kesah tetapi memilih untuk berikhtiar. Alih-alih memperbanyak keluh kesah meratapi keadaan yang pahit, ibu-ibu itu memilih berusaha merubah kondisi, salah satunya ikut divaksin.
Perempuan itu tentu pernah mengeluh tatkala menghadapi keadaan yang makin berat begini, bukankah keluh kesah memang sifat alami manusia? Namun, dia memilih untuk tidak banyak mengeluh, kemudian mulai melakukan suatu langkah.
Ya, segala kegemilangan itu dimulai dari satu langkah kesadaran, dan pastinya bukan dari banyak mengeluh.
KOMENTAR ANDA